Cargill Tropical
Palm (CTP) adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang industri perkebunan
kelapa sawit yang memiliki lahan perkebunan di Sumatera Selatan dan Kalimantan
Barat. Untuk menjalankan bisnis unit ini, butuh kerja keras, materi dan waktu
yang banyak sehingga CTP mampu menciptakan budaya kerja yang harus diterapkan
oleh seluruh karyawannya sehingga CTP dapat menjadi mitra pilihan dan dikenal
memiliki nilai (Value) yang berbeda
dari perusahaan lain. Budaya kerja dengan mengutamakan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja serta perlindungan Lingkungan menjadikan CTP semakin dikenal baik
dibandingkan dengan perusahaan lainnya dan khusus pada perusahaan dibidang yang
sama.
Salah satu upaya
CTP untuk menghasilkan karyawan yang mampu menerapkan budaya kerja tersebut
adalah dengan melakukan training dan indoktrinasi safety kepada seluruh karyawan, termasuk kepada calon karyawannya seperti
Field Cadet, Mill Cadet maupun PA Cadet.
Field Cadet
merupakan calon staff CTP yang akan mempelajari keseluruhan sistem agronomi
secara keseluruhan dan kepemimpinan yang nantinya akan dipersiapkan sebagai
generasi pemimpin (Agent of Change)
di CTP. Untuk mempelajari sistem agronomi
tersebut maka seorang cadet field harus
mengetahui sistem & operasional field
ataupun mill yang dipelajari secara
menyeluruh dalam in class maupun On Job Training. Setelah Cadet field menjalani in class dan On Job Training, maka proses atau tahapan terakhir yang harus
dilalui adalah dengan menyelesaikan sebuah field
project yang berkaitan dengan operational kebun.
Field project yang akan dikerjakan yaitu menyangkut masalah scheme payment terhadap produktivitas serta pengaruhnya terhadap
motivasi kerja di Kebanteng Estate dan Sungai Dabu Estate yang berada di West Region PT HSL. Penerapan scheme payment baru ini salah satunya
untuk mendukung prinsip RSPO No 1 yaitu
komitmen terhadap transparansi dan No 3 yaitu komitmen terhadap kekayaan
ekonomi dan keuangan jangka panjang. Kebanteng estate merupakan estate terluas
di HSL Kalimantan Barat dengan luas 4352.60 Ha. Dan memiliki produktifitas yang
lebih tinggi dibandingkan dengan estate lain di West Region untuk tahun fiscal
2014/2015. Selain itu semakin luas lahan yang dimiliki estate tentunya memiliki
jumlah karyawan pemanen yang lebih banyak sehingga untuk mengetahui pengaruh
dari perubahan penerapan scheme payment
lebih besar dibanding estate lain yang jumlah karyawanya lebih sedikit. Selain
Kebanteng Estate, analisis scheme payment
ini juga akan dilakukan di Sungai Dabu Estate yang merupakan estate terluar
(paling jauh) di West Region adanya
produktifitas lebih rendah dirayon II. Beberapa alasan dilakukan perubahan scheme payment:
Penerapan scheme payment lama
produktivitasnya relatif rendah:
1. Premi basis
kelipatan 30% yang didapat pemanen maksimal (4 kali), sehingga motivasi pemanen
untuk memanen buah tidak terlalu tinggi
2. Pendapatan
dihari minggu dan libur nasional lebih kecil dari hari biasa
3. Ketika tidak
mencapai target janjang, maka tidak ada kewajiban untuk mengganti dihari berikutnya
(sistem target harian)
4. Ketika
tidak hadir (mangkir, ijin pribadi), tidak mempengaruhi target tonase
5. Out
turn rendah karena tidak berpengaruh pada target tonase di hari-hari yang lain
dalam bulan yang sama
Penerapan scheme
payment baru dapat meningkatkan produktivitas pemanen:
1. Premi yang
didapat pemanen tidak ada batasan maksimal
2. Pendapatan pemanen pada hari minggu dan
libur nasional lebih besar dibanding hari biasa
3. Pada
saat pemanen mangkir, dan izin pribadi maka target akan dibebankan pada hari yang lain dibulan yang
sama (sistem target bulanan)
4. Pemanen menjadi lebih agresif untuk
mendapatkan premi, karena preminya lebih tinggi (berbanding lurus dengan hasil
janjang yang dihasilkan) artinya semakin banyak jumlah janjang yang dihasilkan
maka premi dalam Rp yang akan didapat juga akan semakin besar per Kg TBS yang
dipanen.
5. Scheme
payment baru dapat menurunkan headcount,
karena Ha coverage per hari lebih luas
6. Pemanen menjadi lebih banyak yang produktif
di hari biasa maupun hari minggu
7. Pengaruh terhadap interval dan kualitas
panen menjadi lebih mudah dikontrol karena dengan agresifnya pemanen maka lebih
mudah untuk diarahkan untuk mencapai interval kurang dari 15 hari.
No comments:
Post a Comment