Thursday, July 18, 2013

Paper : Makalah Melon (cucumis melo L.)

PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Menurut asal-usulnya, konon tanaman melon berasal dari daerah Mediterania yang merupakan perbatasan antara Asia Barat dengan Eropa dan Afrika. Secara khusus ada yang menyebutkan bahwa melon berasal dari lembah Persia (Syria). Tanaman ini kemudian menyebar secara luas ke Timur Tengah dan merambah ke Eropa (Denmark, Belanda, dan Jerman). Dari Eropa, Melon dibawa ke Amerika pada abad ke-14 dan ditanam secara luas di daerah Colorado, California, dan Texas. Akhirnya, tanaman melon menyebar ke segala penjuru dunia, terutama pada daerah tropis dan subtropis mulai dari Jepang, Cina, Taiwan, Korea, Australia, hingga berkembang di Indonesia (Prajnanta, 1997).
            Data dari Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Ngawi, mencatat jumlah produksi buah tahun 2010 di wilayah tersebut mencapai 56.637 ton per tahun, termasuk buah melon. Sementara itu tingkat kebutuhan mencapai 80.877 ton pertahun. Kekurangan ini diduga karena beberapa faktor yang di antaranya serangan hama (http://www.berita8.com, 2011).
Tanaman melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Buah melon banyak digemari oleh masyarakat karena buahnya yang berasa manis dan mengandung banyak air sehingga menyegarkan apabila dimakan. Tanaman melon ini juga memiliki arti penting bagi perkembangan sosial ekonomi masyarakat khususnya dalam meningkatkan pendapatan petani, karena dirasa buah melon memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi, adapun arti penting yang lain adalah sebagai perbaikan gizi masyarakat dan perluasan kesempatan kerja (Kristianingsih, 2010).
Kandungan gizi tiap 100 gr buah melon dari bagian yang dapat dimakan adalah : Energi 23 kalori, Protein 0,6 gram, Kalsium 17 miligram, Vitamin A 2400 IU, Vitamin C 30 miligram, Thiamin 0,045 miligram, Ribloflavin 0,065 miligram, Niacin 1,0 miligram, Karbohidrat 6,0 miligram, Besi 0,4 miligram, Nicotinamida, 0,5 miligram, Air 93,0 miligram, Serat 0,4 gram (Gillivray, 1961).
Dolomit merupakan pupuk yang berasal dari endapan mineral sekunder yang banyak mengandung unsur Ca dan Mg dengan rumus kimia CaMg (CO3)2. Pupuk dolomit di samping menambah Ca dan Mg dalam tanah juga memperbaiki keasaman tanah serta meningkatkan ketersediaan unsur yang lain misalnya M0 dan P (Sumaryo dan Suryono, 2000).
Pupuk majemuk yang mengandung tiga unsur sekaligus (NPK) disebut pupuk lengkap, contoh dari pupuk ini adalah pupuk NPK dari jerman yaitu Rustica Yellow dengan rumus kimia NH4 NO3 – NH4 H2 P-O4-KCl dengan kadar unsur hara  15 % N + 15 % P2O5 + 15 % K2O. yang sifatnya berupa butiran-butiran berwarna kekuning-kuningan. Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur hara utama lebih dari dua jenis. Dengan kandungan unsur hara Nitrogen 15 % dalam bentuk NH3, fosfor 15 % dalam bentuk P2O5, dan kalium 15 % dalam bentuk K2O. Sifat Nitrogen (pembawa nitrogen ) terutama dalam bentuk amoniak akan menambah keasaman tanah yang dapat menunjang pertumbuhan tanaman (Damanik, dkk, 2010).
Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui Pertumbuhan dan produksi tanaman melon (cucumis melo L.) dengan pemberian pupuk NPK dan dolomit.

Hipotesis Percobaan
Ada respon yang nyata dengan pemberian  pupuk NPK dan pemberian dolomit serta interaksi keduanya pada pertumbuhan dan produksi tanaman                  melon (Cucumis melo L.).
Kegunaan Percobaan
Sebagai tugas akhir Laboratorium Budidaya Tanaman Hias dan Buah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
            Tanaman melon dalam Prajnanta (2003) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Subdivisio       : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledoneae
Ordo                : Cucurbitales
Famili              : Cucurbitaceae
Genus              : Cucumis
Spesies            : Cucumis melo L.
            Akar tanaman melon menyebar, tetapi dangkal. Akar–akar cabang dan rambut–rambut akar banyak terdapat di permukaan tanah, semakin ke dalam akar–akar tersebut semakin berkurang. Tanaman melon membentuk ujung akar yang menembus ke dalam tanah sedalam 45-90 cm. Akar horizontal cepat berkembang di dalam tanah, menyebar dengan kedalaman 20-30 cm (Tjahjadi,1989).
            Batang tanaman melon bisa mencapai ketinggian (panjang) antara 1,5 – 3 meter, berbentuk segi lima, lunak, berbuku-buku, sebagai tempat melekatnya tangkai daun. Batang melon mempunyai alat pemegang yang disebut pilin. Batang ini digunakan sebagai tempat memanjat tanaman (Rukmana, 1994).
Daun melon (Cucumis melo L) berbentuk hampir bulat, tunggal dan tersebar sudutnya lima, mempunyai jumlah lekukan sebanyak 3-7 lekukan. Daun melon berwarna hijau, lebar bercangap atau berlekuk, menjari agak pendek. Permukaan daun kasar, ada jenis melon yang tepi daunnya bergelombang dan tidak bercangap. Panjang pangkal berkisar 5-10 cm dengan lebar 3-8 cm (Soedarya, 2010).
Bunga melon tumbuh di ketiak daun dan hampir selalu berkelamin tunggal, berumah satu (monoceous). Artinya letak bunga jantan dan betina terpisah tidak dalam satu bunga, tetapi masih dalam satu tanaman bahkan dalam satu cabang tanaman. Bunga betina terbentuk secara tunggal, tidak berkelompok. Bunga jantan mudah dibedakan dari bunga betinanya. Bunga jantan terbentuk berkelompok 3-5 buah dan terdapat pada setiap ketiak daun. Bunga betina umumnya terletak pada daun ke-1 atau 2 pada setiap ruas percabangan. Bunga betina mempunyai putik, mahkota bunga dan bakal buah (Prajnanta, 2003).
Buah melon sangat bervariasi, baik bentuk, warna kulit, warna daging buah maupun berat atau bobotnya. Bentuk buah melon antara bulat, bulat oval sampai lonjong atau silindris. Warna kulit buah antara putih susu, putih-krem, hijau-krem, hijau kekuningan, hijau muda, kuning, kuning-muda, kuning jingga sampai kombinasi dari warna-warni tersebut. Bahkan ada yang bergaris-garis, totol-totol dan juga struktur kulit antara berjala, semi berjala hingga tipis dan halus (Rukmana, 1994).
Syarat Tumbuh
Iklim
            Tanaman melon memerlukan curah hujan antara 2000-3000 mm/ tahun. Ketinggian tempat yang optimal adalah 200-900 m dpl. Namun, tanaman melon masih dapat berproduksi dengan baik pada ketinggian 0-100 meter dpl.      Pertumbuhan tanaman melon tidak banyak dipengaruhi oleh kelembaban udara, asalkan kadar air di dalam tanah cukup tersedia. Kelembaban ± 65% . Kelembaban yang tinggi akan mempercepat perkembangan penyakit, jamur dan proses pemasakan. Angin yang bertiup cukup keras dapat merusak pertanaman melon dan hujan yang turun terus menerus juga akan merugikan tanaman melon. (Prajnanta, 2003).
            Tanaman melon membutuhkan tempat yang mendapat sinar matahari penuh sekitar 10-12 jam/hari, suhu udaranya hangat dan kelembaban udaranya relatif rendah. Selama proses perkecambahan idealnya pada suhu udara 28oC- 30oC, sedangkan pada periode pertumbuhan kisaran suhu yang ideal 25oC-30oC (Rukmana, 1994).
Tanah
            Jenis tanah yang paling ideal untuk melon adalah tanah geluh berpasir yang lapisan olahnya dalam, tidak mudah becek (menggenang), subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, dan pHnya antara 6,0-6,8 meskipun masih toleran pada pH antara 5,8-7,2 (Rukmana, 1994).
Media Tanam yang baik untuk menanam tanaman melon                         (Cucumis melo L) ialah tanah liat berpasir yang banyak mengandung bahan organik, kekurangan dari sifat-sifat tanah tersebut dapat dimanipulasi dengan cara pengapuran, penambahan bahan organik, maupun pemupukan. Tanaman melon tidak menyukai tanah yang terlalu basah, yang ber pH tanah 5,8-7,2                  (http://www.iptek.net.id, 2010).
Pupuk NPK Niphoska (15:15:15)
Pupuk Niphoska merupakan terobosan baru dari Petrokimia Gresik karena pupuk majemuk ini mengandung urea, kalium, dan fosfat.
NPK merupakan pupuk majemuk (dalam satu pupuk mengandung beberapa jenis unsur hara) yang diperlukan tanaman dalam pertumbuhannya. Kalau Niphoska itu salah satu merek pupuk NPK (pupuk majemuk) selain itu juga ada Mutiara, Rustika Yellow dll (
Sumaryo dan Suryono, 2000).
Peranan utama nitogen (N) bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Selain itu, nitrogen pun berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis. Fungsi lainnya ialah membentuk protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya (Lingga dan Marsono, 2001).
Fungsi nitrogen yang selengkapnya bagi tanaman adalah sebagai berikut:
1)      untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman
2)      dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang lebih hijau
3)      meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman
4)      meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan
5)      meningkatkan berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam tanah
(Sutedjo, 2002)
Fosfor diserap tanaman dalam bentuk H2PO4-, HPO42- dan PO42- atau tergantung dari nilai pH tanah. Fosfor sebagian besar berasal dari pelapukan bahan organik. Walaupun sumber fosfor didalam tanah cukup banyak             (Novizan, 2002).
Secara umum, fungsi dari P (fosfor) dalam tanaman dapat dinyatakan sebagai berikut:
1)      dapat mempercepat pertumbuhan akar semai
2)      dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa pada umumnya
3)      dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah
4)      dapat meningkatkan produksi biji-bijian
(Sutedjo, 2002).
Fungsi utama kalium (K) ialah membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium pun berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan buah, tidak mudah gugur. Yang tidak bisa dilupakan ialah kalium pun merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit (Lingga dan Marsono, 2001).
Dolomit (CaCO3MgCO3)
            Pengapuran bertujuan untuk meningkatkan pH tanah dari tanah masam (<6) untuk mencapai kemasaman netral (pH=7). Kemasaman tanah yang mendekati netral memudahkan unsur-unsur hara di dalam tanah diserap tanaman. Selain itu, penyakit-penyakit yang terbawa tanah akan lebih terkendalikan. Pengapuran juga dapat menambah unsur hara kalium yang diperlukan untuk pembentukan dinding sel tanaman. Pengapura ini dapat menggunakan dolomit calmag (CaCO3MgCO3) ataupun kalsit/kaptan (CaCO3) (Prajnanta, 2003).
Pemberian dolomit dapat menambah ketersediaan Ca dan Mg dalam tanah, dengan meningkatnya Ca dan Mg memacu turgol sel dan pembentukan khlorofil sehingga proses fotosintesis menjadi lebih meningkat, produk dari fotosintesis juga meningkat, hasil. Pemberian dolomit di samping menambah unsur hara Ca dan Mg juga dapat meningkatkan ketersediaan hara-hara yang lain serta memperbaiki sifat fisik tanah, dengan semakin meningkatnya unsur dan sifat fisik maka peningkatan hasilpun tercapai (Sumaryo dan Suryono, 2000).
Pemberian 30 g dolomit per pot dan 100 g pupuk kandang per pot per tahun, ternyata dapat memperbaiki sifat-sifat kimia tanah atau kesuburan, sehingga berakibat meningkatnya pertumbuhan vegetatif tanaman. Hasil penelitian Hakim (1982), Santoso Et Al., (1993) dan Santoso Et Al., (1995) menunjukkan bahwa pemberian bahan organik mempunyai pengaruh yang sama dengan pemberian kapur yaitu dapat meningkatkan ketersediaan P bagi tanaman. Pelapukan bahan organik menghasilkan asam-asam organik seperti gugus asam humat dan asam fulvat yang memegang peranan penting dalam pengikatan Al dan Fe sehingga P menjadi tersedia. Dalam percobaan ini aktivitas dekomposisi oleh mikrobia tanah ditunjukkan oleh adanya penurunaan nilai C/N dari 64 menjadi 37-48 selama waktu 10 bulan. Dolomit selain sebagai bahan ameliorasi tanah juga mengandung unsur Mg. Unsur Mg dibutuhkan dalam pertumbuhan rami. Menurut Richard et al., (1999) magnesium dapat mempengaruhi kondisi pH tanah (Sastrosupadi dan Santoso, 2003).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan
            Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang berada pada ketinggian ± 25 meter di atas permukaan laut pada bulan September hingga Desember 2011.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah benih tanaman melon sebagai objek percobaan, top soil + kompos + pasir dengan perbandingan  2 : 1 : 1 sebagai media tanam tanaman melon, pupuk NPK Niphoska (15:15:15) dan dolomite (CaCO3MgCO3) sebagai perlakuan, pupuk daun sebagai nutrisi tanaman, fungisida antracol sebagai bahan agar tanaman tidak rusak, tali plastik atau kawat sebagai penguat/penopang ajiran pada tanaman melon dan air untuk menyiram tanaman.      
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah polibeg sebagai wadah penanaman, cangkul sebagai alat pengambil tanah dan untuk membuat bedengan serta parit, bambu sebagai alat untuk ajiran tanaman melon, handsprayer sebagai alat untuk menyemprot pupuk daun dan pestisida, penggaris dan meteran untuk mengukur tinggi tanaman, buku data dan alat tulis untuk mencatat data percobaan, dan gembor atau alat lainnya untuk menyiram tanaman.
Metode Percobaan
            Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan dua faktor perlakuan, yaitu:

Faktor I           : Dosis pupuk NPK dengan 3 taraf yaitu :
                     N1= 50 gram/tanaman
                     N2 = 100 gram/tanaman
                     N3 = 150 gram/tanaman
Faktor II          : Dosis dolomit dengan 2 taraf yaitu :
                     D1= 1/2 kg/ tanaman
                     D2 = 1 kg/ tanaman
Sehingga didapat  6 kombinasi perlakuan, yaitu :
N1D1                    N2D2
N1D2                    N3D1
N2D1                    N3D2
Jumlah ulangan                                   : 3 ulangan             
Jumlah plot                                          : 18 plot
Jumlah tanaman per plot                     : 4 tanaman
Jumlah tanaman sampel per plot         : 1 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya                : 72 tanaman
Jumlah sampel seluruhnya                   : 18 tanaman
            Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan model linier yaitu:
Yij       = μ + ai  + bj+  (ab) ij + εij
Yij       = Hasil pengamatan pada perlakuan pupuk NPK taraf ke-i dan pengaruh dolomit pada taraf ke-j
μ          = Nilai tengah
ai         = Efek dari perlakuan pupuk NPK pada taraf ke-i
bj         = Efek dari perlakuan Dolomit pada taraf ke-j
εij            = Galat percobaan akibat pengaruh pemberian pupuk NPK  ke-i dan dolomit ke-j
Hasil sidik ragam nyata diuji dengan uji jarak berganda Duncan (DMRT) dengan taraf 5%
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Persiapan Lahan
Lahan percobaan dibersihkan dari gulma dengan cara mengikis dan mencangkul tanah. Setelah gulma dibersihkan, dicangkul lahan percobaan sedalam ± 20cm. Kemudian tanah dibiarkan selama 1 minggu. Selanjutnya tanah dihaluskana dan diratakan, kemudian dilakukaun pembuatan parit pada sekeliling lahan percobaan agar lahan terhindar dari air yang tergenang.
Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah campuran top soil, kompos dan pasir dengan perbandingan 2:1:1. Media tanam dicampur dengan menggunakan cangkul. kemudian dimasukkan ke dalam polybag.
Pengapuran
            Pengapuran dilakukan untuk menaikkan PH tanah yang asam. Pada kondisi asam, kandungan zat-zat beracun dalam tanah akan aktif dan dapat meracuni tanaman. Pengapuran dilakukan pada saat persiapan media tanam. Media tanam yang telah dipersiapkan dibagi menjadi dua bagian dengan jumlah yang sama setelah proses pencampuran. Lalu dolomit (CaCO3MgCO3) ditaburkan merata pada bagian permukaan tanah sesuai perlakuan lalu tanah kembali dibolak-balik agar kapur dapat masuk ke dalam lapisan tanah yang lebih dalam.
Penanaman Bibit
Penanaman dilakukan dengan menanam 3 benih melon pada setiap lubang tanam di polibag yang kemudian ditutup kembali dengan kompos diatas. Setelah selesai, lahan percobaan disiram dengan air.
Aplikasi Pupuk NPK Niphoska (15:15:15)
        Aplikasi pupuk dilakukan setelah penanaman bibit dilakukan. Pupuk diaplikasikan sekitar dua minggu setelah penanaman bibit. Aplikasi pupuk dilakukan dengan meletakkan pada sekitar tanaman didekat akar tanaman tapi tidak terlalu dekat dengan tanaman. Aplikasi pupuk dilakukan satu kali.
Pemeliharaan Tanaman
Penjarangan tanaman
            Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST. Penjarangan dilakukan dengan memotong tanaman melon sehingga hanya sisa 1 tanaman per polibek.
Pengajiran
            Pengajiran dilakukan saat tanaman berumur 3 MST. Pengajiran dilakukan agar tanaman melon dapat tumbuh tegak dan dapat menopang buah.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman melon yang tidak tumbuh.
Penyiraman
         Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu sore hari tergantung dengan kondisi kelembaban permukaan media tanam. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor.
Penyiangan
           Penyiangan dilakukan dengan menggunakan tangan pada saat gulma mulai tumbuh di media tanam maupun di areal penanaman.
Pengamatan Parameter
Panjang Sulur (cm)
Panjang sulur tanaman dihitung mulai dari permukaan tanah sampai bagian tertinggi dari tanaman.
Jumlah Daun (helai)
Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna. Penghitungan ini dilakukan setiap minggunya. Cara pengamatan yang dilakukan dengan menghitung helaian daun.
Jumlah Cabang (cabang)
Jumlah buku dihitung dengan cara mengurangkan semua jumlah daun dengan angka 1 (Jumlah Buku = Jumlah Daun – 1).
Umur Berbunga (hari)
Umur berbunga dihitung dengan lamanya bunga untuk menjadi buah.
Jumlah Bunga Jantan (bunga)
Bunga jantan ditandai dengan bunga saja tanpa disertai bonggolan dibawahnya. Bunga jantan dihitung berapa banyak tanaman mengeluarkan bunga tersebut sampai pemanenan dilakukan.
Jumlah Bunga Betina (bunga)
Bunga betina ditandai dengan bonggolan dibawahnya. Bunga betina dihitung berapa banyak tanaman mengeluarkan bunga tersebut sampai pemanenan dilakukan.
Persentase Bunga jadi Buah (%)
Dihitung berapa banyak bunga yang menjadi buah lalu dijadikan dalam bentuk persentase.
Berat Buah (gram)
Dihitung berat buah dengan menggunakan timbangan setelah buah dipetik dari pohonnya sekitar umur tanaman 3 bulan.
Diameter Buah (cm)
Diameter buah dihitung pada keliling buahnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Panjang Sulur Tanaman (cm)
            Berdasarkan daftar sidik ragam panjang sulur tanaman yang menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap panjang sulur tanaman 2, 4, 6, dan  8 MST. Hasil uji beda rataan panjang sulur tanaman 8 MST dapat                     dilihat pada table 1.
Tabel 1.Rataan Panjang Sulur Tanaman 8 MST
Dolomit
(kg)
Pupuk NPK (gr)
Rataan
50
100
150
0,5
1
63.03
65.73
67.18
70.00
73.85
69.20
68.02
68.31
Rataan
64.38
68.59
71.53
68.16

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa hasil tertinggi untuk parameter panjang sulur tanaman (cm) terdapat pada perlakuan N3D1 (73.85 cm), dan yang terendah adalah  N1D1 (63.03 cm).
Jumlah Daun (Helai)
 Berdasarkan daftar sidik ragam jumlah daun dapat menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada 2,4,6,dan 8 MST. Hasil uji beda rataan jumlah daun dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2.  Rataan Jumlah Daun 8 MST
Dolomit
(kg)
Pupuk NPK (gr)
Rataan
50
100
150
0,5
1
8.40
9.30
10.70
11.40
13.50
13.80
10.87
11.50
Rataan
8.85
11.05
13.65
11.18


Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa hasil tertinggi untuk parameter jumlah daun (helai) terdapat pada perlakuan N3D2 (13.80), dan yang terendah adalah N1D1 (8.40).
Jumlah Cabang (cabang)
Berdasarkan daftar sidik ragam pada parameter jumlah cabang yang menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang 4, 6, dan 8 MST. Perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang 2 MST Hasil uji beda rataan jumlah cabang 8 MSTdapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Rataan jumlah cabang 8 MST
Dolomit
(kg)
Pupuk NPK (gr)
Rataan
50
100
150
0,5
1
3.10
3.30
3.80
4.90
5.70
6.10
4.20
4.77
Rataan
3.20
4.35
5.90
4.48

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil tertinggi untuk parameter jumlah cabang 8 MST  terdapat pada perlakuan N3D2 (6.10) dan yang terendah adalah N1D1 (3.10).
Jumlah Bunga Betina (bunga)
Berdasarkan daftar sidik ragam jumlah bunga betina menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga betina. Hasil uji beda rataan jumlah bunga betina dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Rataan Jumlah Bunga Betina
Dolomit
(kg)
Pupuk NPK (gr)
Rataan
50
100
150
0,5
1
2.30
2.60
3.60
4.10
4.70
5.80
3.53
4.17
Rataan
2.45
3.85
5.25
3.85

Dari tabel dapat dilihat bahwa hasil tertinggi untuk parameter jumlah bunga betina terdapat pada perlakuan N3D2 (5.80) dan yang terendah adalah N1D1 (2.30).
Jumlah Bunga Jantan (bunga)
Berdasarkan daftar sidik ragam jumlah bunga jantan menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga jantan. Hasil uji beda rataan jumlah bunga jantan dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Rataan Jumlah Bunga Jantan
Dolomit
(kg)
Pupuk NPK (gr)
Rataan
50
100
150
0,5
1
1.50
2.60
2.40
3.50
3.10
4.30
2.33
3.47
Rataan
2.05
2.95
3.70
2.90

Dari tabel dapat dilihat bahwa hasil tertinggi untuk parameter jumlah bunga betina terdapat pada perlakuan N3D2 (4.30) dan yang terendah adalah N1D1 (1.50).
Jumlah Buah yang Terbentuk (buah)
Berdasarkan daftar sidik ragam jumlah buah yang terbentuk menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah buah yang terbentuk. Hasil uji beda rataan jumlah buah yang terbentuk dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Rataan Jumlah Buah yang terbentuk
Dolomit
(kg)
Pupuk NPK (gr)
Rataan
50
100
150
0,5
1
1.30
2.00
2.40
3.00
3.20
4.10
2.30
3.03
Rataan
1.65
2.70
3.65
2.67

Dari tabel dapat dilihat bahwa hasil tertinggi untuk parameter jumlah buah yang terbentuk terdapat pada perlakuan N3D2 (4.10) dan yang terendah adalah N1D1 (1.30).
Pembahasan                                                           
Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa pada pengamatan 8 MST untuk panjang sulur tertinggi terdapat pada perlakuan N3D1 sebesar 73,85 cm dan terendah pada perlakuan N1D1 sebesar 63,03 cm. Hal ini menyimpulkan bahwa perlakuan pemberian pupuk NPK dan Dolomite berpengaruh nyata terhadap panjang sulur tanaman melon dimana pupuk NPK merupakan pupuk yang mengandung 3 unsur yang penting bagi tanaman yaitu N, P dan K. Hal ini sesuai dengan literatur Sumaryono dan Suryono (2000) yang menyatakan bahwa Pupuk Niphoska merupakan terobosan baru dari Petrokimia Gresik karena pupuk majemuk ini mengandung urea, kalium, dan fosfat. NPK merupakan pupuk majemuk (dalam satu pupuk mengandung beberapa jenis unsur hara) yang diperlukan tanaman dalam pertumbuhannya.
Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa pada pengamatan 8 MST untuk jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan N3D2 sebesar 13,80 dan terendah pada perlakuan N1D1 sebesar 8,40 dimana perlakuan N3D1 adalah 150 kg NPK dan 1 kg dolomite dan N1D1 adalah 50 kg NPK dan 0,5 kg dolomite. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa dosis pemberian pupuk NPK dan dolomite berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman melon dimana unsur N berperan dalam proses pertumbuhan vegetatif tanaman (pertumbuhan awal tanaman). Hal ini sesuai dengan literatur Lingga dan Marsono (2001) yang menyatakan bahwa Peranan utama nitogen (N) bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Selain itu, nitrogen pun berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis. Fungsi lainnya ialah membentuk protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya.
Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa pada pengamatan 8 MST untuk jumlah cabang tertinggi terdapat pada perlakuan N3D2 sebesar 6,10 dan terendah pada perlakuan N1D1 sebesar 3,10. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa dosis pemberian pupuk NPK dan dolomite berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang tanaman melon dimana unsur K berperan dalam memperkuat tubuh tanaman dan dengan adanya pemberian kapur dapat menambah unsur K sehingga pertumbuhan cabang pada tanaman melon untuk perlakuan N3D2 memperoleh hasil yang tertinggi. Hal ini sesuai dengan literatur Prajnanta (2003) yang menyatakan bahwa Pengapuran bertujuan untuk meningkatkan pH tanah dari tanah masam (<6) untuk mencapai kemasaman netral (pH=7) dan pengapuran juga dapat menambah unsure hara kalium yang diperlukan untuk pembentukan dinding sel tanaman.
Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa pada parameter jumlah bunga betina tertinggi terdapat pada perlakuan N3D2 sebesar 5,80 dan terendah pada perlakuan N1D1 sebesar 2,30 sedangkan parameter jumlah bunga jantan tertinggi terdapat pada perlakuan N3D2 sebesar 4,30 dan terendah pada perlakuan N1D1 sebesar 1,50. Hal ini dikarenakan pemberian dosis NPK dan dolomite lebih tinggi untuk perlakuan N3D2 dibandingkan dengan perlakuan N1D1. Didukung lagi bahwa dengan pemberian kapur maka unsur-unsur lainnya yang di dalam tanah akan bisa tersedia bagi tanaman dan akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Sumaryo dan Suryono       (2000) yang menyatakan bahwa Pemberian dolomit dapat menambah ketersediaan Ca dan Mg dalam tanah, dengan meningkatnya Ca dan Mg memacu turgol sel dan pembentukan khlorofil sehingga proses fotosintesis menjadi lebih meningkat, produk dari fotosintesis juga meningkat. Pemberian dolomit di samping menambah unsure hara Ca dan Mg juga dapat meningkatkan ketersediaan hara-hara yang lain serta memperbaiki sifat fisik tanah, dengan semakin meningkatnya unsur dan sifat fisik maka peningkatan hasilpun tercapai.
Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa pada parameter jumlah buah yang terbentuk tertinggi terdapat pada perlakuan N3D2 sebesar 4,10 dan terendah pada perlakuan N1D1 sebesar 1,30. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa asupan unsur hara NPK pada dosis lebih tinggi lebih baik dibandingkan dengan dosis rendah dimana unsure N,P, dan K telah terpenuhi sehingga buah yang dihasilkan pada perlakuan N3D2 memperoleh hasil yang baik. Hal ini sesuai dengan literatur http://tokopupuk.net (2011) yang menyatakan bahwa Pupuk NPK Plus Organik Niphoska (15:15:15) merupakan pupuk majemuk yang sangat berguna bagi tanaman. Pupuk NPK Plus Organik Niphoska dapat meningkatkan hasil panen karena mengandung unsur makro primer yaitu N, P dan K yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pupuk NPK Plus Organik Niphoska mengandung unsur makro sekunder yaitu Ca dan Mg yang diperlukan untuk memperkuat jaringan tanaman yang meliputi bunga dan buah. Pupuk NPK Plus Organik Niphoska juga dilengkapi dengan unsur mikro yang bermanfaat untuk menyempurnakan metabolisme dan fisiologis tanaman. Unsur Mn dan Zn diperlukan tanaman untuk proses asimilasi pembentukan daun.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.             Perlakuan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap panjang sulur, jumlah daun, jumlah cabang, jumlah bunga betina, jumlah bunga jantan dan jumlah buah yang terbentuk.
2.             Perlakuan pemberian dolomit berpengaruh nyata terhadap panjang sulur, jumlah daun, jumlah cabang, jumlah bunga betina, jumlah bunga jantan dan jumlah buah yang terbentuk.
3.             Interaksi antara perlakuan pemberian pupuk NPK dan dolomit berpengaruh nyata terhadap panjang sulur, jumlah daun, jumlah cabang, jumlah bunga betina, jumlah bunga jantan dan jumlah buah yang terbentuk.
4.             Perlakuan yang baik pada tanaman melon terdapat pada perlakuan N3D2 yaitu pemberian pupuk NPK 150 kg dan dolomit 1 kg.
5.             Hasil percobaan dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat pertumbuhan tanaman melon dan kebutuhan air bagi tanaman melon.
Saran
            Sebaiknya tanaman melon ditanam pada musim kemarau karena tanaman melon membutuhkan air yang cukup untuk pertumbuhannya.
DAFTAR PUSTAKA
Damanik, M. M. B., B. E. Hasibuan., Fauzi., Sarifuddin., dan H. Hanum. 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU- Press. Medan.
Gillivray, J. H. M. 1961. Vegetable Production. Mc. Graw Hill Book Co. New
         York.
http://www.iptek.net.id . 2010. Budidaya Tanaman Melon. Diakses tanggal 16 Desember 2011.
http://www.berita8.com. 2011. Petani Melon di Ngawi Terancam Gagal Panen. Diakses pada tanggal 16 Desember 2010.
Kristianingsih, I. D. 2010. Produksi benih melon (cucumis melo l) unggul di Multi Global Agrindo (mga), Karangpan dan Karanganyar. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Lingga, P. dan Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Marsono dan P. Sigit. 2001. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Prajnanta, F. 1997. Melon: Pemeliharaan Secara Intensif, kiat sukses beragribisnis. Penebar Swadaya, Jakarta.

                       . 2003. Melon: Pemeliharaan Secara Intensif, kiat sukses beragribisnis. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rukmana, R. 1994. Budidaya Melon Hibrida. Kanisius, Yogyakarta.

Soedarya, A. 2010. Agribisnis Melon. Pustaka Grafika. Bandung.

Sumaryo dan Suryono, 2000. Pengaruh Dosis Pupuk Dolomit Dan SP-36 Terhadap Jumlah Bintil Akar Dan Hasil Tanaman Kacang Tanah Di Tanah Latosol. Agrosains Volume 2 No 2.

Sutedjo, M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

Tjahjadi, Nur. 1989. Bertanam Melon. Kanisius.Yogyakarta.

Sastrosupadi , A., dan B. Santoso. 2003. Respon Rami Terhadap Dosis dan Aplikasi Pupuk Mikro dan Dolomit di Lahan Gambut Kalimantan Tengah. Balai Penelitian Tanaman Tembakau Dan Serat. Jurnal Littri Vol 9. No 4,


No comments:

Post a Comment