PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Menurut
asal-usulnya, konon tanaman melon berasal dari daerah Mediterania yang
merupakan perbatasan antara Asia Barat dengan Eropa dan Afrika. Secara khusus
ada yang menyebutkan bahwa melon berasal dari lembah Persia (Syria). Tanaman
ini kemudian menyebar secara luas ke Timur Tengah dan merambah ke Eropa
(Denmark, Belanda, dan Jerman). Dari Eropa, Melon dibawa ke Amerika pada abad
ke-14 dan ditanam secara luas di daerah Colorado, California, dan Texas.
Akhirnya, tanaman melon menyebar ke segala penjuru dunia, terutama pada daerah
tropis dan subtropis mulai dari Jepang, Cina, Taiwan, Korea, Australia, hingga
berkembang di Indonesia (Prajnanta, 1997).
Data dari Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Ngawi, mencatat jumlah produksi buah tahun 2010 di
wilayah tersebut mencapai 56.637 ton per tahun, termasuk buah melon. Sementara
itu tingkat kebutuhan mencapai 80.877 ton pertahun. Kekurangan ini diduga
karena beberapa faktor yang di
antaranya serangan hama (http://www.berita8.com, 2011).
Tanaman melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang
banyak dibudidayakan di Indonesia. Buah melon banyak digemari oleh masyarakat
karena buahnya yang berasa manis dan mengandung banyak air sehingga menyegarkan
apabila dimakan. Tanaman melon ini juga memiliki arti penting bagi perkembangan
sosial ekonomi masyarakat khususnya dalam meningkatkan pendapatan petani,
karena dirasa buah melon memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi, adapun arti
penting yang lain adalah sebagai perbaikan gizi masyarakat dan perluasan
kesempatan kerja (Kristianingsih, 2010).
Kandungan
gizi tiap 100 gr buah melon dari bagian yang dapat dimakan adalah : Energi 23
kalori, Protein 0,6 gram, Kalsium 17 miligram, Vitamin A 2400 IU, Vitamin C 30
miligram, Thiamin 0,045 miligram, Ribloflavin 0,065 miligram, Niacin 1,0
miligram, Karbohidrat 6,0 miligram, Besi 0,4 miligram, Nicotinamida, 0,5
miligram, Air 93,0 miligram, Serat 0,4 gram (Gillivray, 1961).
Dolomit
merupakan pupuk yang berasal dari endapan mineral sekunder yang banyak
mengandung unsur Ca dan Mg dengan rumus kimia CaMg (CO3)2. Pupuk dolomit di
samping menambah Ca dan Mg dalam tanah juga memperbaiki keasaman tanah serta
meningkatkan ketersediaan unsur yang lain misalnya M0 dan P (Sumaryo dan Suryono, 2000).
Pupuk majemuk yang mengandung tiga unsur sekaligus (NPK) disebut pupuk
lengkap, contoh dari pupuk ini adalah pupuk NPK dari jerman yaitu Rustica
Yellow dengan rumus kimia NH4 NO3 – NH4 H2
P-O4-KCl dengan kadar unsur hara 15 % N + 15 % P2O5
+ 15 % K2O. yang sifatnya berupa butiran-butiran berwarna
kekuning-kuningan. Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur hara
utama lebih dari dua jenis. Dengan kandungan unsur hara Nitrogen 15 % dalam bentuk NH3,
fosfor 15 % dalam bentuk P2O5, dan kalium 15 % dalam
bentuk K2O. Sifat Nitrogen (pembawa nitrogen ) terutama dalam bentuk
amoniak akan menambah keasaman tanah yang dapat menunjang pertumbuhan tanaman (Damanik,
dkk, 2010).
Tujuan
Percobaan
Tujuan
percobaan ini adalah untuk mengetahui Pertumbuhan dan produksi tanaman melon (cucumis melo L.) dengan pemberian pupuk
NPK dan dolomit.
Hipotesis Percobaan
Ada respon yang nyata dengan
pemberian pupuk NPK dan pemberian
dolomit serta interaksi keduanya pada pertumbuhan dan produksi tanaman melon (Cucumis
melo L.).
Kegunaan Percobaan
Sebagai tugas akhir Laboratorium Budidaya Tanaman Hias dan Buah Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai
bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN
PUSTAKA
Botani Tanaman
Tanaman melon dalam Prajnanta (2003)
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Cucurbitales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Cucumis
Spesies : Cucumis melo L.
Akar tanaman melon menyebar, tetapi
dangkal. Akar–akar cabang dan rambut–rambut akar banyak terdapat di permukaan
tanah, semakin ke dalam akar–akar tersebut semakin berkurang. Tanaman melon
membentuk ujung akar yang menembus ke dalam tanah sedalam 45-90 cm. Akar
horizontal cepat berkembang di dalam tanah, menyebar dengan kedalaman 20-30 cm
(Tjahjadi,1989).
Batang tanaman melon bisa mencapai
ketinggian (panjang) antara 1,5 – 3 meter, berbentuk segi lima, lunak,
berbuku-buku, sebagai tempat melekatnya tangkai daun. Batang melon mempunyai
alat pemegang yang disebut pilin. Batang ini digunakan sebagai tempat memanjat
tanaman (Rukmana, 1994).
Daun
melon (Cucumis melo L) berbentuk hampir bulat, tunggal dan tersebar
sudutnya lima, mempunyai jumlah lekukan sebanyak 3-7 lekukan. Daun melon
berwarna hijau, lebar bercangap atau berlekuk, menjari agak pendek. Permukaan
daun kasar, ada jenis melon yang tepi daunnya bergelombang dan tidak bercangap.
Panjang pangkal berkisar 5-10 cm dengan lebar 3-8 cm (Soedarya, 2010).
Bunga
melon tumbuh di ketiak daun dan hampir selalu berkelamin tunggal, berumah satu
(monoceous). Artinya letak bunga jantan dan betina terpisah tidak dalam satu
bunga, tetapi masih dalam satu tanaman bahkan dalam satu cabang tanaman. Bunga
betina terbentuk secara tunggal, tidak berkelompok. Bunga jantan mudah
dibedakan dari bunga betinanya. Bunga jantan terbentuk berkelompok 3-5 buah dan
terdapat pada setiap ketiak daun. Bunga betina umumnya terletak pada daun ke-1
atau 2 pada setiap ruas percabangan. Bunga betina mempunyai putik, mahkota
bunga dan bakal buah (Prajnanta, 2003).
Buah
melon sangat bervariasi, baik bentuk, warna kulit, warna daging buah maupun
berat atau bobotnya. Bentuk buah melon antara bulat, bulat oval sampai lonjong
atau silindris. Warna kulit buah antara putih susu, putih-krem, hijau-krem,
hijau kekuningan, hijau muda, kuning, kuning-muda, kuning jingga sampai
kombinasi dari warna-warni tersebut. Bahkan ada yang bergaris-garis,
totol-totol dan juga struktur kulit antara berjala, semi berjala hingga tipis
dan halus (Rukmana, 1994).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman melon memerlukan curah hujan
antara 2000-3000 mm/ tahun. Ketinggian tempat yang optimal adalah 200-900 m
dpl. Namun, tanaman melon masih dapat berproduksi dengan baik pada ketinggian
0-100 meter dpl. Pertumbuhan tanaman
melon tidak banyak dipengaruhi oleh kelembaban udara, asalkan kadar air di
dalam tanah cukup tersedia. Kelembaban ± 65% . Kelembaban yang tinggi akan
mempercepat perkembangan penyakit, jamur dan proses pemasakan. Angin yang
bertiup cukup keras dapat merusak pertanaman melon dan hujan yang turun terus
menerus juga akan merugikan tanaman melon. (Prajnanta, 2003).
Tanaman melon membutuhkan tempat
yang mendapat sinar matahari penuh sekitar 10-12 jam/hari, suhu udaranya hangat
dan kelembaban udaranya relatif rendah. Selama proses perkecambahan idealnya
pada suhu udara 28oC- 30oC, sedangkan pada periode
pertumbuhan kisaran suhu yang ideal 25oC-30oC (Rukmana,
1994).
Tanah
Jenis
tanah yang paling ideal untuk melon adalah tanah geluh berpasir yang lapisan
olahnya dalam, tidak mudah becek (menggenang), subur, gembur, banyak mengandung
bahan organik, dan pHnya antara 6,0-6,8 meskipun masih toleran pada pH antara
5,8-7,2 (Rukmana, 1994).
Media
Tanam yang baik untuk menanam tanaman melon (Cucumis melo L) ialah
tanah liat berpasir yang banyak mengandung bahan organik, kekurangan
dari sifat-sifat tanah tersebut dapat dimanipulasi dengan cara pengapuran,
penambahan bahan organik, maupun pemupukan. Tanaman melon tidak menyukai
tanah yang terlalu basah, yang ber pH tanah 5,8-7,2 (http://www.iptek.net.id, 2010).
Pupuk NPK Niphoska (15:15:15)
Pupuk Niphoska merupakan terobosan baru dari Petrokimia Gresik karena pupuk
majemuk ini mengandung urea, kalium, dan fosfat.
NPK merupakan pupuk majemuk (dalam satu pupuk mengandung beberapa jenis unsur hara) yang diperlukan tanaman dalam pertumbuhannya. Kalau Niphoska itu salah satu merek pupuk NPK (pupuk majemuk) selain itu juga ada Mutiara, Rustika Yellow dll (Sumaryo dan Suryono, 2000).
NPK merupakan pupuk majemuk (dalam satu pupuk mengandung beberapa jenis unsur hara) yang diperlukan tanaman dalam pertumbuhannya. Kalau Niphoska itu salah satu merek pupuk NPK (pupuk majemuk) selain itu juga ada Mutiara, Rustika Yellow dll (Sumaryo dan Suryono, 2000).
Peranan utama
nitogen (N) bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara
keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Selain itu, nitrogen pun
berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses
fotosintesis. Fungsi lainnya ialah membentuk protein, lemak, dan berbagai
persenyawaan organik lainnya (Lingga dan Marsono, 2001).
Fungsi
nitrogen yang selengkapnya bagi tanaman adalah sebagai berikut:
1)
untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman
2)
dapat menyehatkan
pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang lebih hijau
3)
meningkatkan kadar
protein dalam tubuh tanaman
4)
meningkatkan
kualitas tanaman penghasil daun-daunan
5)
meningkatkan
berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam tanah
(Sutedjo, 2002)
Fosfor diserap
tanaman dalam bentuk H2PO4-, HPO42-
dan PO42- atau tergantung dari nilai pH tanah. Fosfor
sebagian besar berasal dari pelapukan bahan organik. Walaupun sumber fosfor
didalam tanah cukup banyak (Novizan, 2002).
Secara umum,
fungsi dari P (fosfor) dalam tanaman dapat dinyatakan sebagai berikut:
1)
dapat
mempercepat pertumbuhan akar semai
2)
dapat
mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa
pada umumnya
3)
dapat
mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah
4)
dapat
meningkatkan produksi biji-bijian
(Sutedjo, 2002).
Fungsi utama
kalium (K) ialah membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium
pun berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan buah, tidak
mudah gugur. Yang tidak bisa dilupakan ialah kalium pun merupakan sumber
kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit (Lingga dan
Marsono, 2001).
Dolomit (CaCO3MgCO3)
Pengapuran
bertujuan untuk meningkatkan pH tanah dari tanah masam (<6) untuk mencapai
kemasaman netral (pH=7). Kemasaman tanah yang mendekati netral memudahkan
unsur-unsur hara di dalam tanah diserap tanaman. Selain itu, penyakit-penyakit
yang terbawa tanah akan lebih terkendalikan. Pengapuran juga dapat menambah
unsur hara kalium yang diperlukan untuk pembentukan dinding sel tanaman.
Pengapura ini dapat menggunakan dolomit calmag (CaCO3MgCO3)
ataupun kalsit/kaptan (CaCO3) (Prajnanta, 2003).
Pemberian
dolomit dapat menambah ketersediaan Ca dan Mg dalam tanah, dengan meningkatnya
Ca dan Mg memacu turgol sel dan pembentukan khlorofil sehingga proses
fotosintesis menjadi lebih meningkat, produk dari fotosintesis juga meningkat,
hasil. Pemberian dolomit di samping menambah unsur hara Ca dan Mg juga dapat meningkatkan
ketersediaan hara-hara yang lain serta memperbaiki sifat fisik tanah, dengan
semakin meningkatnya unsur dan sifat fisik maka peningkatan hasilpun tercapai (Sumaryo dan Suryono, 2000).
Pemberian
30 g dolomit per pot dan 100 g pupuk kandang per pot per tahun, ternyata dapat
memperbaiki sifat-sifat kimia tanah atau kesuburan, sehingga berakibat
meningkatnya pertumbuhan vegetatif tanaman. Hasil penelitian Hakim (1982),
Santoso Et Al., (1993) dan Santoso Et Al., (1995) menunjukkan bahwa pemberian
bahan organik mempunyai pengaruh yang sama dengan pemberian kapur yaitu dapat
meningkatkan ketersediaan P bagi tanaman. Pelapukan bahan organik menghasilkan
asam-asam organik seperti gugus asam humat dan asam fulvat yang memegang
peranan penting dalam pengikatan Al dan Fe sehingga P menjadi tersedia. Dalam
percobaan ini aktivitas dekomposisi oleh mikrobia tanah ditunjukkan oleh adanya
penurunaan nilai C/N dari 64 menjadi 37-48 selama waktu 10 bulan. Dolomit
selain sebagai bahan ameliorasi tanah juga mengandung unsur Mg. Unsur Mg
dibutuhkan dalam pertumbuhan rami. Menurut Richard et al., (1999) magnesium
dapat mempengaruhi kondisi pH tanah (Sastrosupadi dan Santoso, 2003).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan ini
dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
yang berada pada ketinggian ± 25 meter di atas permukaan laut pada bulan September hingga
Desember 2011.
Bahan
dan Alat
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah benih
tanaman melon sebagai objek percobaan, top
soil + kompos + pasir dengan
perbandingan 2 : 1 : 1 sebagai media tanam
tanaman melon, pupuk NPK
Niphoska (15:15:15) dan dolomite (CaCO3MgCO3)
sebagai perlakuan, pupuk
daun sebagai nutrisi tanaman, fungisida antracol sebagai bahan agar tanaman
tidak rusak, tali plastik atau kawat sebagai penguat/penopang ajiran pada
tanaman melon dan air untuk menyiram tanaman.
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah polibeg sebagai
wadah penanaman, cangkul sebagai alat pengambil tanah
dan untuk membuat bedengan serta parit, bambu
sebagai alat untuk ajiran tanaman melon, handsprayer sebagai alat untuk
menyemprot pupuk daun dan pestisida, penggaris
dan meteran untuk mengukur tinggi tanaman, buku data dan alat tulis untuk
mencatat data percobaan, dan gembor atau alat lainnya untuk menyiram tanaman.
Metode
Percobaan
Percobaan
ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan dua faktor perlakuan, yaitu:
Faktor I :
Dosis pupuk NPK dengan 3 taraf yaitu :
N1= 50 gram/tanaman
N2 = 100 gram/tanaman
N3 = 150 gram/tanaman
Faktor II :
Dosis dolomit dengan 2 taraf yaitu :
D1= 1/2 kg/ tanaman
D2 = 1 kg/ tanaman
Sehingga didapat 6 kombinasi perlakuan, yaitu :
N1D1 N2D2
N1D2 N3D1
N2D1 N3D2
Jumlah ulangan : 3 ulangan
Jumlah plot :
18 plot
Jumlah tanaman per plot : 4 tanaman
Jumlah tanaman sampel per plot : 1 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 72 tanaman
Jumlah sampel seluruhnya : 18 tanaman
Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan model
linier yaitu:
Yij = μ + ai + bj+ (ab) ij + εij
Yij = Hasil pengamatan pada perlakuan
pupuk NPK taraf ke-i dan pengaruh dolomit pada
taraf ke-j
μ = Nilai tengah
ai =
Efek dari perlakuan pupuk NPK pada taraf ke-i
bj = Efek
dari perlakuan Dolomit pada taraf ke-j
εij = Galat percobaan akibat
pengaruh pemberian pupuk NPK ke-i dan dolomit ke-j
Hasil sidik ragam nyata diuji dengan uji jarak
berganda Duncan (DMRT) dengan taraf 5%
Persiapan Lahan
Lahan percobaan dibersihkan dari gulma dengan cara mengikis
dan mencangkul tanah. Setelah gulma dibersihkan, dicangkul lahan percobaan
sedalam ± 20cm. Kemudian tanah dibiarkan selama 1 minggu. Selanjutnya tanah
dihaluskana dan diratakan, kemudian dilakukaun pembuatan parit pada sekeliling
lahan percobaan agar lahan terhindar dari air yang tergenang.
Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah campuran top soil, kompos dan pasir dengan perbandingan 2:1:1.
Media tanam dicampur dengan
menggunakan cangkul. kemudian dimasukkan ke dalam polybag.
Pengapuran
Pengapuran
dilakukan untuk menaikkan PH tanah yang asam. Pada kondisi asam, kandungan
zat-zat beracun dalam tanah akan aktif dan dapat meracuni tanaman. Pengapuran
dilakukan pada saat persiapan media tanam. Media tanam yang telah dipersiapkan
dibagi menjadi dua bagian dengan jumlah yang sama setelah proses pencampuran.
Lalu dolomit (CaCO3MgCO3)
ditaburkan merata pada bagian permukaan tanah sesuai perlakuan lalu tanah
kembali dibolak-balik agar kapur dapat masuk ke dalam lapisan tanah yang lebih
dalam.
Penanaman Bibit
Penanaman dilakukan
dengan menanam 3 benih melon pada setiap lubang tanam di polibag yang kemudian
ditutup kembali dengan kompos diatas. Setelah selesai, lahan percobaan disiram
dengan air.
Aplikasi Pupuk NPK Niphoska (15:15:15)
Aplikasi
pupuk dilakukan setelah penanaman bibit dilakukan. Pupuk diaplikasikan sekitar
dua minggu setelah penanaman bibit. Aplikasi pupuk dilakukan dengan meletakkan
pada sekitar tanaman didekat akar tanaman tapi tidak terlalu dekat dengan
tanaman. Aplikasi pupuk dilakukan satu kali.
Pemeliharaan Tanaman
Penjarangan tanaman
Penjarangan dilakukan pada saat
tanaman berumur 2 MST. Penjarangan dilakukan dengan memotong tanaman melon
sehingga hanya sisa 1 tanaman per polibek.
Pengajiran
Pengajiran
dilakukan saat tanaman berumur 3 MST. Pengajiran dilakukan agar tanaman melon
dapat tumbuh tegak dan dapat menopang buah.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila ada
tanaman melon yang tidak tumbuh.
Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu sore hari tergantung dengan kondisi kelembaban permukaan media tanam. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor.
Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu sore hari tergantung dengan kondisi kelembaban permukaan media tanam. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan menggunakan tangan pada saat gulma mulai tumbuh di media tanam maupun di areal penanaman.
Penyiangan dilakukan dengan menggunakan tangan pada saat gulma mulai tumbuh di media tanam maupun di areal penanaman.
Pengamatan Parameter
Panjang Sulur (cm)
Panjang
sulur tanaman dihitung mulai dari permukaan tanah sampai bagian
tertinggi dari tanaman.
Jumlah Daun (helai)
Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka
sempurna. Penghitungan
ini dilakukan setiap minggunya. Cara
pengamatan yang dilakukan dengan menghitung
helaian daun.
Jumlah Cabang (cabang)
Jumlah buku
dihitung dengan cara mengurangkan semua jumlah daun dengan angka 1 (Jumlah Buku
= Jumlah Daun – 1).
Umur Berbunga (hari)
Umur
berbunga dihitung dengan lamanya bunga untuk menjadi buah.
Jumlah Bunga Jantan (bunga)
Bunga jantan
ditandai dengan bunga saja tanpa disertai bonggolan dibawahnya. Bunga jantan
dihitung berapa banyak tanaman mengeluarkan bunga tersebut sampai pemanenan
dilakukan.
Jumlah Bunga Betina (bunga)
Bunga betina
ditandai dengan bonggolan dibawahnya. Bunga betina dihitung berapa banyak
tanaman mengeluarkan bunga tersebut sampai pemanenan dilakukan.
Persentase Bunga jadi Buah (%)
Dihitung
berapa banyak bunga yang menjadi buah lalu dijadikan dalam bentuk persentase.
Berat Buah (gram)
Dihitung
berat buah dengan menggunakan timbangan setelah buah dipetik dari pohonnya
sekitar umur tanaman 3 bulan.
Diameter Buah (cm)
Diameter
buah dihitung pada keliling buahnya.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Panjang Sulur Tanaman
(cm)
Berdasarkan
daftar sidik ragam panjang sulur tanaman yang menunjukkan bahwa perlakuan
berpengaruh nyata terhadap panjang sulur tanaman 2, 4, 6, dan 8 MST. Hasil uji beda rataan panjang sulur
tanaman 8 MST dapat
dilihat pada table 1.
Tabel
1.Rataan Panjang Sulur Tanaman 8 MST
Dolomit
(kg)
|
Pupuk NPK (gr)
|
Rataan
|
||
50
|
100
|
150
|
||
0,5
1
|
63.03
65.73
|
67.18
70.00
|
73.85
69.20
|
68.02
68.31
|
Rataan
|
64.38
|
68.59
|
71.53
|
68.16
|
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa hasil tertinggi
untuk parameter panjang sulur tanaman (cm) terdapat pada perlakuan N3D1 (73.85 cm), dan yang terendah adalah N1D1 (63.03 cm).
Jumlah Daun (Helai)
Berdasarkan daftar sidik ragam jumlah daun
dapat menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada
2,4,6,dan 8 MST. Hasil uji beda rataan jumlah daun dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel
2. Rataan Jumlah Daun 8 MST
Dolomit
(kg)
|
Pupuk NPK (gr)
|
Rataan
|
||
50
|
100
|
150
|
||
0,5
1
|
8.40
9.30
|
10.70
11.40
|
13.50
13.80
|
10.87
11.50
|
Rataan
|
8.85
|
11.05
|
13.65
|
11.18
|
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa hasil tertinggi
untuk parameter jumlah daun (helai) terdapat pada perlakuan N3D2 (13.80), dan yang terendah adalah N1D1 (8.40).
Jumlah Cabang (cabang)
Berdasarkan daftar
sidik ragam pada parameter jumlah cabang yang menunjukkan bahwa perlakuan
berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang 4, 6, dan 8 MST. Perlakuan tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang 2 MST Hasil uji beda rataan jumlah
cabang 8 MSTdapat dilihat pada tabel 3.
Tabel
3. Rataan jumlah cabang 8 MST
Dolomit
(kg)
|
Pupuk NPK (gr)
|
Rataan
|
||
50
|
100
|
150
|
||
0,5
1
|
3.10
3.30
|
3.80
4.90
|
5.70
6.10
|
4.20
4.77
|
Rataan
|
3.20
|
4.35
|
5.90
|
4.48
|
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil
tertinggi untuk parameter jumlah cabang 8 MST
terdapat pada perlakuan N3D2 (6.10) dan yang
terendah adalah N1D1 (3.10).
Jumlah Bunga Betina
(bunga)
Berdasarkan daftar
sidik ragam jumlah bunga betina menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata
terhadap jumlah bunga betina. Hasil uji beda rataan jumlah bunga betina dapat
dilihat pada tabel 4.
Tabel
4. Rataan Jumlah Bunga Betina
Dolomit
(kg)
|
Pupuk NPK (gr)
|
Rataan
|
||
50
|
100
|
150
|
||
0,5
1
|
2.30
2.60
|
3.60
4.10
|
4.70
5.80
|
3.53
4.17
|
Rataan
|
2.45
|
3.85
|
5.25
|
3.85
|
Dari tabel dapat
dilihat bahwa hasil tertinggi untuk parameter jumlah bunga betina terdapat pada
perlakuan N3D2 (5.80) dan yang terendah adalah N1D1
(2.30).
Jumlah Bunga Jantan
(bunga)
Berdasarkan daftar
sidik ragam jumlah bunga jantan menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata
terhadap jumlah bunga jantan. Hasil uji beda rataan jumlah bunga jantan dapat
dilihat pada tabel 5.
Tabel
5. Rataan Jumlah Bunga Jantan
Dolomit
(kg)
|
Pupuk NPK (gr)
|
Rataan
|
||
50
|
100
|
150
|
||
0,5
1
|
1.50
2.60
|
2.40
3.50
|
3.10
4.30
|
2.33
3.47
|
Rataan
|
2.05
|
2.95
|
3.70
|
2.90
|
Dari tabel dapat
dilihat bahwa hasil tertinggi untuk parameter jumlah bunga betina terdapat pada
perlakuan N3D2 (4.30) dan yang terendah adalah N1D1
(1.50).
Jumlah Buah yang
Terbentuk (buah)
Berdasarkan daftar
sidik ragam jumlah buah yang terbentuk menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh
nyata terhadap jumlah buah yang terbentuk. Hasil uji beda rataan jumlah buah
yang terbentuk dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel
6. Rataan Jumlah Buah yang terbentuk
Dolomit
(kg)
|
Pupuk NPK (gr)
|
Rataan
|
||
50
|
100
|
150
|
||
0,5
1
|
1.30
2.00
|
2.40
3.00
|
3.20
4.10
|
2.30
3.03
|
Rataan
|
1.65
|
2.70
|
3.65
|
2.67
|
Dari tabel dapat
dilihat bahwa hasil tertinggi untuk parameter jumlah buah yang terbentuk
terdapat pada perlakuan N3D2 (4.10) dan yang terendah
adalah N1D1 (1.30).
Pembahasan
Dari hasil
pengamatan diperoleh bahwa pada pengamatan 8 MST
untuk panjang sulur tertinggi terdapat pada perlakuan N3D1 sebesar 73,85 cm dan
terendah pada perlakuan N1D1 sebesar 63,03 cm. Hal ini menyimpulkan bahwa
perlakuan pemberian pupuk NPK dan Dolomite berpengaruh nyata terhadap panjang
sulur tanaman melon dimana pupuk NPK merupakan pupuk yang mengandung 3 unsur yang
penting bagi tanaman yaitu N, P dan K. Hal ini sesuai dengan literatur Sumaryono dan Suryono (2000) yang
menyatakan bahwa Pupuk Niphoska merupakan terobosan baru dari Petrokimia Gresik karena pupuk
majemuk ini mengandung urea, kalium, dan fosfat. NPK merupakan pupuk majemuk
(dalam satu pupuk mengandung beberapa jenis unsur hara) yang diperlukan tanaman
dalam pertumbuhannya.
Dari hasil
pengamatan diperoleh bahwa pada pengamatan 8 MST
untuk jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan N3D2 sebesar 13,80 dan
terendah pada perlakuan N1D1 sebesar 8,40 dimana perlakuan N3D1 adalah 150 kg
NPK dan 1 kg dolomite dan N1D1 adalah 50 kg NPK dan 0,5 kg dolomite. Dari hal
tersebut dapat dikatakan bahwa dosis pemberian pupuk NPK dan dolomite
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman melon dimana unsur N berperan
dalam proses pertumbuhan vegetatif tanaman (pertumbuhan awal tanaman). Hal ini
sesuai dengan literatur Lingga
dan Marsono (2001) yang menyatakan bahwa Peranan utama nitogen (N) bagi tanaman adalah untuk merangsang
pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Selain itu,
nitrogen pun berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna
dalam proses fotosintesis. Fungsi lainnya ialah membentuk protein, lemak, dan
berbagai persenyawaan organik lainnya.
Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa pada
pengamatan 8 MST untuk jumlah cabang tertinggi terdapat pada perlakuan N3D2
sebesar 6,10 dan terendah pada perlakuan N1D1 sebesar 3,10. Dari hal tersebut
dapat dikatakan bahwa dosis pemberian pupuk NPK dan dolomite berpengaruh nyata
terhadap jumlah cabang tanaman melon dimana unsur K berperan dalam memperkuat
tubuh tanaman dan dengan adanya pemberian kapur dapat menambah unsur K sehingga
pertumbuhan cabang pada tanaman melon untuk perlakuan N3D2 memperoleh hasil
yang tertinggi. Hal ini sesuai dengan literatur Prajnanta (2003) yang menyatakan bahwa Pengapuran bertujuan untuk meningkatkan pH tanah dari tanah masam
(<6) untuk mencapai kemasaman netral (pH=7) dan pengapuran juga dapat menambah
unsure hara kalium yang diperlukan untuk pembentukan dinding sel tanaman.
Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa pada
parameter jumlah bunga betina tertinggi terdapat pada perlakuan N3D2 sebesar
5,80 dan terendah pada perlakuan N1D1 sebesar 2,30 sedangkan parameter jumlah
bunga jantan tertinggi terdapat pada perlakuan N3D2 sebesar 4,30 dan terendah
pada perlakuan N1D1 sebesar 1,50. Hal ini dikarenakan pemberian dosis NPK dan
dolomite lebih tinggi untuk perlakuan N3D2 dibandingkan dengan perlakuan N1D1. Didukung
lagi bahwa dengan pemberian kapur maka unsur-unsur lainnya yang di dalam tanah
akan bisa tersedia bagi tanaman dan akan meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Sumaryo dan Suryono (2000) yang
menyatakan bahwa Pemberian dolomit dapat menambah ketersediaan Ca dan Mg dalam
tanah, dengan meningkatnya Ca dan Mg memacu turgol sel dan pembentukan
khlorofil sehingga proses fotosintesis menjadi lebih meningkat, produk dari
fotosintesis juga meningkat. Pemberian dolomit di samping menambah unsure hara
Ca dan Mg juga dapat meningkatkan ketersediaan hara-hara yang lain serta
memperbaiki sifat fisik tanah, dengan semakin meningkatnya unsur dan sifat
fisik maka peningkatan hasilpun tercapai.
Dari hasil
pengamatan diperoleh bahwa pada parameter jumlah
buah yang terbentuk tertinggi terdapat pada perlakuan N3D2 sebesar 4,10 dan
terendah pada perlakuan N1D1 sebesar 1,30. Dari hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa asupan unsur hara NPK pada dosis lebih tinggi lebih baik dibandingkan
dengan dosis rendah dimana unsure N,P, dan K telah terpenuhi sehingga buah yang
dihasilkan pada perlakuan N3D2 memperoleh hasil yang baik. Hal ini sesuai
dengan literatur http://tokopupuk.net
(2011) yang menyatakan bahwa Pupuk NPK Plus Organik Niphoska (15:15:15) merupakan
pupuk majemuk yang sangat berguna bagi tanaman. Pupuk NPK Plus Organik Niphoska
dapat meningkatkan hasil panen karena mengandung unsur makro primer yaitu N, P
dan K yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pupuk
NPK Plus Organik Niphoska mengandung unsur makro sekunder yaitu Ca dan Mg yang
diperlukan untuk memperkuat jaringan tanaman yang meliputi bunga dan buah. Pupuk
NPK Plus Organik Niphoska juga dilengkapi dengan unsur mikro yang bermanfaat
untuk menyempurnakan metabolisme dan fisiologis tanaman. Unsur Mn dan Zn
diperlukan tanaman untuk proses asimilasi pembentukan daun.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.
Perlakuan pemberian
pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap panjang sulur, jumlah daun, jumlah cabang,
jumlah bunga betina, jumlah bunga jantan dan jumlah buah yang terbentuk.
2.
Perlakuan pemberian
dolomit berpengaruh nyata terhadap panjang sulur, jumlah daun, jumlah cabang,
jumlah bunga betina, jumlah bunga jantan dan jumlah buah yang terbentuk.
3.
Interaksi antara
perlakuan pemberian pupuk NPK dan dolomit berpengaruh nyata terhadap panjang
sulur, jumlah daun, jumlah cabang, jumlah bunga betina, jumlah bunga jantan dan
jumlah buah yang terbentuk.
4.
Perlakuan
yang baik pada tanaman melon terdapat pada perlakuan N3D2 yaitu pemberian pupuk
NPK 150 kg dan dolomit 1 kg.
5.
Hasil percobaan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat pertumbuhan tanaman melon dan
kebutuhan air bagi tanaman melon.
Saran
Sebaiknya tanaman melon ditanam
pada musim kemarau karena tanaman melon membutuhkan air yang cukup untuk
pertumbuhannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Damanik, M. M. B., B. E. Hasibuan., Fauzi.,
Sarifuddin., dan H. Hanum. 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU- Press.
Medan.
Gillivray, J. H. M. 1961. Vegetable Production. Mc. Graw Hill
Book Co. New
York.
http://www.iptek.net.id . 2010. Budidaya Tanaman Melon. Diakses
tanggal 16 Desember 2011.
http://www.berita8.com.
2011. Petani Melon di Ngawi Terancam Gagal Panen. Diakses pada tanggal 16
Desember 2010.
Kristianingsih, I. D. 2010. Produksi benih melon (cucumis
melo l) unggul di Multi Global Agrindo (mga), Karangpan dan Karanganyar.
Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Lingga, P. dan
Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Marsono dan
P. Sigit. 2001. Pupuk Akar
Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Prajnanta, F. 1997. Melon: Pemeliharaan Secara
Intensif, kiat sukses beragribisnis. Penebar Swadaya, Jakarta.
. 2003. Melon: Pemeliharaan Secara Intensif, kiat
sukses beragribisnis. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rukmana, R. 1994. Budidaya Melon Hibrida. Kanisius,
Yogyakarta.
Soedarya,
A. 2010. Agribisnis Melon.
Pustaka Grafika. Bandung.
Sumaryo dan Suryono, 2000. Pengaruh Dosis Pupuk
Dolomit Dan SP-36 Terhadap Jumlah Bintil Akar Dan Hasil Tanaman Kacang Tanah Di
Tanah Latosol. Agrosains Volume 2 No 2.
Sutedjo,
M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Tjahjadi,
Nur. 1989. Bertanam Melon.
Kanisius.Yogyakarta.
Sastrosupadi
, A., dan B. Santoso. 2003. Respon Rami Terhadap Dosis dan Aplikasi Pupuk Mikro
dan Dolomit di Lahan Gambut Kalimantan Tengah. Balai Penelitian Tanaman
Tembakau Dan Serat. Jurnal Littri Vol 9. No 4,
No comments:
Post a Comment