PENDAHULUAN
Latar Belakang
Proses fisiologi
yang berlangsung pada tumbuhan banyak banyak berkaitan dengan air atau
bahan-bahan (senyawa atau ion) yang terlarut didalam air. Oleh sebab itu untuk
mempelajari fisiologi perlu dipahami terlebih dahulu sifat fisika dan kimia
molekul air (Lakitan, 1996).
Salah satu faktor yang
menunjang tanaman untuk tumbuh dan berproduksi secara optimal adalah
ketersediaan unsur hara dalam jumlah yang cukup didalam tanah. Jika tanah tidak
dapat menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman, maka pemberian pupuk
perlu dilakukan untuk memenuhi kekurangan tersebut. Setiap jenis unsur hara
yang dibutuhkan oleh tanaman, tentunya memiliki fungsi, kelebihan dan
kekurangan masing-masing (Rivando, 2007).
Semua tanaman hijau
memerlukan seperangkat dasar hara mineral yang sama dan berbagai unsur
digunakan oleh tanaman yang berbeda untuk menghasilkan tujuan akhir yang sama.
Satu atau dua kelompok mempunyai kebutuhan khusus, seperti kebutuhan akan kobalt
untuk membantu legum dalam bersimbiosis dengan rhizobium, suatu bakteri pengikat nitrogen, atau kebutuhan akan
natrium oleh tanaman yang menggunakan alur fotosintesis C4 dan oleh beberapa
tanaman paya (gambut) dan tanaman gurun pasir (Fitter and Hay, 1991),
Untuk berkembang maupun
tumbuh subur pada tanah yang kering, suatu tanaman haruslah melindungi dirinya
dengan menyediakan air untuk menghindari terhadap efek kekeringan udara, dan
itu haruslah memiliki pengertian bahwa keduanya mengganti zat yang hilang dan
menyediakan air tambahan untuk pertumbuhan (Barbour dkk., 1982).
Hubungan antara bahan
organik dan bahan anorganik dikenal sebagai siklus. Karena peredaran bahan dari
komponen abiotik ke komponen biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik
membentuk semacam lingkaran, maka disebut juga siklus biogeokimia. Ada
bermacam-macam siklus di alam yang telah diketahui, diantaranya air, karbon,
oksigen, fosfor, nitrogen, dan sulfur. Perubahan-perubahan yang terjadi di
dalam tanah, tumbuhan dan binatang baik yang besar maupun yang kecil (Tjitrosomo,
1994).
Perkembangan tanaman
lebih dilihat dari proses pembentukan jaringan dan organ-organ tanaman sehingga
masing-masing individu tanaman mempunyai bentuk morfologinya yang khas.
Perkembangan tanaman tidak difokuskan pada pertambahan ukuran atau beratnya,
walaupun tentu saja selama proses pembentukan jaringan dan organ tersebut akan
diikuti oleh pertambahan berat dan ukurannya (Lakitan, 1996).
Tujuan
Percobaan
Adapun tujuan
dari percobaan ini adalah untuk menentukan daerah pengangkutan zat hara pada tanaman
pacar air (Balsamina impatiens L.) dan tanaman bayam duri (Amaranthus
spinosus L.).
Kegunaan
Penulisan
Adapun
kegunaan penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti
praktikal tes di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dan sebagai salah satu
bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN
PUSTAKA
Transportasi tumbuhan
adalah proses pengambilan dan pengeluaran zat-zat keseluruh bagian tubuh
tumbuhan. Pada tumbuhan tingkat rendah (misalnya ganggang) penyerapan air dan
zat hara yang terlarut didalamnya dilakukan melalui seluruh bagian tubuh. Pada
tumbuhan tingkat tinggi (misalnya spermatophyta) proses pengangkutan dilakukan
oleh pembuluh pengangkutan terdiri dari xylem dan floem (Kusuma, 2007).
Unsur hara merupakan bagian penting pada tanaman.
Informasi kebutuhan unsur hara sangat penting dimiliki petani, karena kesalahan
dalam pemberian pupuk mengakibatkan kualitas tanaman menurun. Tanaman mengandung
50 unsur yang dibutuhkan selama pertumbuhan. Terdapat 16 unsur esensial makro
dan mikro. Unsur hara makro terdiri dari Carbon (C), Oksigen (O), Hidrogen (H),
Nitrogen (N), Fosfor (F), Kalium (K), Calcium (Ca), Magnesium (Mg), Sulfur (S),
sedangkan unsur hara mikro terdiri dari Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn),
Molibenum (Mo), Boron (Bo), Tembaga (Cu), Dan Khlor (Cl) (Irfianti dan
Sulistyaningsih, 2012).
Unsur hara makro yang
diserap oleh tanaman relatif banyak yang diperlukan, kekurangan unsur hara
makro menimbulkan defisiensi yang tidak dapat digantikan oleh unsur lain
sedangkan kelebihan unsur hara makro tidak menimbulkan pengaruh karena akan
terlarut kedalam tanah atau larut oleh air. Unsur hara mikro diperlukan tanaman
dalam jumlah sedikit, kekurangan unsur hara mikro biasanya dapat digantikan
oleh unsur-unsur hara mikro yang lainnya, sedangkan kelebihan unsur hara mikro
dapat menimbulkan racun (Riyanto, 2011).
Kalau akar tanaman
tumbuh dan berkembang dalam tanah, mereka menempati ruang yang semula ditempati
oleh unsur hara yang dapat diserap. Oleh karena itu permukaan akar harus kontak
dengan unsur hara ini selama proses pergantian ruang tersebut (Soemarno, 2010).
Unsur hara dapat
tersedia disekit akar melalui 3 mekanisme penyediaan unsur hara, yaitu : (1)
aliran massa,(2) difusi, dan (3)intersepsi akar, hara yang telah berada di sekitar permukaan akar
tersebut dapat diserap tanaman melalui dua proses yaitu : (1) proses aktif, yaitu: proses
penyerapan unsur hara dengan energi aktif atau proses penyerapan hara yang memerlukan
adanya energi metabolik, dan (2) proses selektif, yaitu proses penyerapan unsur
hara yang terjadi secara selektif (Ispandi dan Munip, 2004).
Transportasi nutrien yang
terjadi pada tumbuhan yang dilakukan melalui pembuluh dan tanpa pembuluh.
Transportasi melalui pembuluh terjadi melalui ikatan pembuluh xilem dan floem.
Xilem berperan untuk mengangkat air dan bahan-bahan mineral dalam tanah. Floem
berperan untuk mengangkut hasil-hasil fotosintesis dari daun keseluruh tumbuh.
Pembulah dapat diibaratkan sebagai seluran atau selang yang amat kecil yang
berfungsi sebagai jalan lalu lintas. Transportasi nutrien pada tumbuhan yang di
lakukan tanpa melalui pembuluh, terjadi melalui difusi, osmosis dan transpor
aktif (Rahman, 2009)
Tumbuhan tidak dapat
membangkitkan tenaga hisap untuk menyerap air masuk ke jaringan akar. Tumbuhan
juga tidak memiliki kemampuan memiliki zat yang diserap. Berbagai zat yang
larut dalam air tanah dan dapat menembus dinding dan membran sel rambut akar akan
dapat terserap, bahkan zat-zat racun sekalipun. Misalnya zat-zat insektisida,
logam berat dan obat-obat kimia lainnya (Suyitno, 2012).
Banyaknya air sebagai
reaktan dan sebagai pelarut zat hara dalam tanaman sangat dipengaruhi oleh
sistem perakaran. Makin panjang dan dalam akar menembus tanah makin banyak air
yang harus diserap bila dibandingkan dengan perakaran yang pendek dan dangkal.
Makin banyak air maka makin banyak produksi biosintesis yang dapat
ditranslokasikan melalui floem ke akar, batang dan buah (Widyawati, 2005).
Bahan kimia mengandung
unsur hara esensial sangat mutlak dibutuhkan tanaman. Ada bahan kimia yang
kandungannya berupa unsur hara makro dan dibutuhkan dalam jumlah banyak, ada
juga bahan kimia yang kandungan nya berupa unsur hara mikro dan dibutuhkan
dalam jumlah hanya sedikit (Sutiyoso, 2004).
Air yang berimbibisi
menyebabkan biji mengembang dan memecahkan kulit pembungkusnya dan juga memicu
perubahan metabolik pada embrio yang menyebabkan biji tersebut melanjutkan
pertumbuhan. Enzim-enzim akan mulai mencerna bahan-bahan yang disimpan pada
endosperma atau kotiledon, dan nutrien-nutriennya dipindahkan ke bagian embrio
yang sedang tumbuh (Campbell dkk., 2000).
BAHAN
DAN METODE
Tempat dan Waktu
Praktikum
Praktikum ini
dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada ketinggian tempat +
25 meter diatas permukaan tanah pada hari rabu 13 November 2013 pukul 13.00 WIB
sampai dengan selesai.
Bahan
dan Alat Praktikum
Adapun
bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah tanaman pacar air (Balsamina impatiens L.) dan bayam duri (Amaranthus
spinosus L.) sebagai objek
praktikum, larutan eosin sebagai indikator percobaan, dan vaseline sebagai
pelapis tanaman.
Adapun
alat yang digunakan pada percobaan ini adalah erlenmeyer sebagai wadah tanaman
dan wadah larutan eosin, pisau atau citter untuk memptong bagian tanaman,
penggaris untung mengukur tinggi larutan eosin, dan stopwach untuk alat ukur
waktu.
Prosedur
Percobaan
-
Disiapkan tanaman pacar air (Balsamina impatiens L.) dan tanaman bayam duri (Amaranthus
spinosus L.) yang tingginya sama
dan besarnya sama, tegak lurus masing masing 2 batang.
-
Dipotong bagian pangkal akar dan dikupas
kulit batang nya sepanjang 3 cm dari pangkal.
-
Diberi perlakuan masing-masing tanaman
a.
Tanaman I : pada bagian ujung pangkal diberi vaseline (xylem + vaseline).
b. Tanaman II : pada bagian batang yang dikupas
diberi vaseline (floem + vaseline).
-
Dimasukkan kedalam erlenmeyer yang
berisi larutan eosine dan dibiarkan + 30 menit.
-
Diukur ketinggian larutan eosin pada
jaringan tanaman dan dihitung laju transpirasi dengan rumus :
V=Tinggi
larutan eosine
Waktu
= mm/detik
DAFTAR
PUSTAKA
Barbour,
M. G., B. A. Bonner, R. M. Thoruton, T. L. Rost, and G. J. Breckon. 1982.
Laboratory studies in botany. Jhon Wilky and Sons Publishing, New York
Campbell,
N. A., J. B. Reece, dan L.G. Mitchell. 2000. Biologi Edisi ke 5 jilid 2.
Erlangga, Jakarta.
Fitter,
A. H. dan R. K. M. Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Irfianti,
A. D dan E. Sulistyaningsih. 2012. Mobile Information System untuk Mengidentifikasi
Defisiensi Unsur Hara pada Daun. UGM
Press. Yogyakarta.
Ispandi,
A. Dan A. Munip. 2004. Efektivitas Pupuk PK dan Frekuensi Pemberian Pupuk K
dalam Meningkatkan Serapan Hara dan Produksi Kacang Tanah di Lahan Kering
Alfisol. UGM. Yogyakarta.
Kusuma,
D. 2007. Uji Daya Pergerakan Zat Hara pada Spesies Tertentu. Jurnal Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Lakitan.
B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Rahman,
T. 2009. Nutrisi dan Energi Tumbuhan. Modul Pembelajaran Universitas Pendidikan
Indonesia. Jakarta.
Rivando,
R. 2007. Penyerapan Unsur Hara. UNSRI. Palembang.
Riyanto,
A. 2011. Kesuburan Tanah dan Kesehatan Tanah. Jurnal UGM. Yogyakarta.
Soemarno.
2010. Ketersediaan Unsur Hara dalam Tanah. Jurnal Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Sutiyoso,
Y. 2004. Meramu Pupuk Hidroponik. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suyitno.
2012. Penyerapan Zat dan Transportasi pada Tumbuhan. Modul Pembelajaran
Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Tjitrosomo,
S. S. 1994. Botani Umum. Angkasa. Bandung.
Widyawati,
R. 2005. Pergerakan Unsur Hara Tanaman. Skripsi Universitas Sumatera Utara.
Medan.
No comments:
Post a Comment