Saturday, August 31, 2019

Syarat Tumbuh Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muel. Arg)

SYARAT TUMBUH KARET (Hevea brasiliensis Muel. Arg)

Iklim
Tanaman Karet dapat tumbuh di tempat yang mempunyai ketinggian  tempat 0 sampai 200 m dpl.Memiliki Curah hujan 1.500 sampai 3.000 mm/th, yang mengalami Bulan kering kurang dari 3 bulan,serta Kecepatan angin maksimum kurang atau sama dengan 30 km/jam (Pedoman teknis karet, 2003).
Tanaman Karet dapat tumbuh di tempat yang mempunyai ketinggian  tempat 0 sampai 200 m dpl.Memiliki Curah hujan 1.500 sampai 3.000 mm/th, yang mengalami Bulan kering kurang dari 3 bulan,serta Kecepatan angin maksimum kurang atau sama dengan 30 km/jam (Pedoman teknis karet, 2003).
Curah hujan tahunan yang cocok untuk pertumbuhan karet tidak kurang dari 2000 mm. Optimal 2500 – 21000 mm pertahun, yang terbagi dalam            100 – 150 hari hujan. Keadaan iklim di Indonesia yang cocok untuk tanaman karet ialah daerah-daerah Indonesia bagian barat, sebab iklimnya lebih basah (Setyamidjaja, 1993). 
Tanah   
Tanaman Karet sebaiknya di tanaman pada kemiringan tanah kurang dari 10%. Jeluk efektif lebih dari 100 cm. Mempunyai tekstur tanah yang terdiri dari lempung berpasir dan liat berpasir. Batuan di permukaan maupun di dalam tanah maksimal 15%. serta pH tanah berkisar antara 4,3 – 5,0.yang mengalami drainase tanah sedang (Pedoman teknis karet, 2003).
Tanaman karet bukanlah tanaman manja, dapat tumbuh pada tanah – tanah yang mempunyai sifat fisik baik, atau sifat fisiknya dapat diperbaiki. Tanah yang dikehendaki adalah bersolum dalam, jeluk lapisan dalam lebih dari 1 m, permukaan air tanah rendah. Sangat toleran terhadap kemasaman tanah, dapat tumbuh pada pH 3,8 hingga 8,0, tetapi pada pH yang lebih tinggi sangat menekan pertumbuhan (Sianturi, 2001).
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya. Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m      (Anwar, 2001).
Pembibitan Stum Mata Tidur Karet
Batang bawah pada stum  mata tidur karet merupakan bagian yang terpenting dari keberhasilan proses okulasi, kesalahan penggunaan batang bawah dapat menurunkan produksi hingga 40%. Batang bawah ditumbuhkan dari biji, oleh sebab itu dibutuhkan biji yang dapat tumbuh dengan baik, kompatibel dengan batang atas, berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan produksi batang atas, proses penempelan mata tunas dapat berlangsung dengan baik, memiliki sistem perakaran yang baik dan tahan terhadap angin kencang  serta tahan terhadap penyakit  akar (Hasibuan, 2006).
    Klon adalah “keturunan” yang diperoleh dengan cara perbanyakan vegetatif suatu tanaman sehingga ciri-ciri dari tanaman tersebut merupakan ciri-ciri dari tanaman induknya. Untuk memperoleh tanaman karet yang seragam di lapangan, disamping memerlukan cara tanam dan pemeliharaan baik, juga memerlukan bibit hasilk okulasi yang entresnya diambil dari kebun entres yang memiliki klon-klon murni (Setyamidjaja, 1993).
    Kriteria bibit stump mata tidur yang baik yaitu memiliki akar tunggang lurus, tidak bercabang, panjang minimal 35 cm dan akar lateral yang disisakan panjangnya 5 cm, tinggi batang di atas okulasi sekitar 5-7 cm, memiliki diameter batang sekitar 2,5 cm. Bagian bekas pemotongan diolesi TB 192 atau parafin, apabila diperoleh pada bagian okulasi berwarna hijau, jika bibit memiliki akar tunggang lebih dari satu, pilih satu akar tunggang yang paling baik dan yang lainnya dibuang (Purwanta,dkk., 2008). 
Pupuk Posfat
    Dalam persyaratan agronomis pengusahaan tanaman karet, penambahan hara dari pupuk secara teratur, terbukti dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman dan peningkatan produksi. Respon pemupukan pada pertumbuhan lilit batang tanaman karet yang belum menghasilkan adalah sebesar 29%, Sedangkan pemupukan pada tanaman menghasilkan dapat meningkatkan produksi sebesar 15-25% (Adi dan Istianto, 2009).
Fosfat alam (rock phosphate) adalah nama umum yang digunakan untuk beberapa jenis batuan yang mengandung mineral fosfat dalam jumlah yang cukup signifikan, atau nama mineral yang mengandung ion fosfat dalam struktur kimianya. Banyak jenis batuan mempunyai komponen yang mengandung fosfat, akan tetapi batuan yang mengandung sejumlah fosfat yang mempunyai nilai ekonomi sebagai bahan tambang atau bijih tambang tidak banyak dijumpai (Kasno,dkk., 2009).
Deposit fosfat alam di Indonesia pada umumnya ditemukan di daerah pegunungan karang, batu gamping atau dolomitik yang merupakan deposit gua yang tersebar di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara, dan Irian Jaya atau Papua. Menurut data yang dikumpulkan sampai tahun 1958 diperkirakan 663 ribu ton, sekitar 76% terdapat di Pulau Jawa dan sekitar 23% terdapat di Sumatera Barat              (Teddy,dkk., 2009).
Tanaman karet membutuhkan unsur hara untuk pertumbuhan dan berproduksi. Pemupukan dalam perlindungan tanaman karet bukan berperan langsung untuk memberantas patogen, tetapi berperan dalam meningkatkan kesehatan tanaman karet. Penggunaan pupuk dalam pengendalian penyakit karet memberikan banyak keuntungan yaitu penghematan biaya, tenaga dan waktu dibandingkan dengan penggunaan fungisida, selain itu pemberian pupuk juga akan mempengaruhi peningkatan pertumbuhan produksi tanaman            (Nurhayati,dkk., 2006).
    Dalam budidaya karet, pemupukan dilakukan sejak tanam sampai tanaman tidak berproduksi lagi. Tanpa pemupukan produksi karet tidak akan maksimal. Jika pada masa komposisi I atau sebelum disadap tanaman karet harus dipupuk, pada masa komposisi II atau setelah sadap kegiatan pemupukan harus dilakukan secara selektif. Artinya, hanya tanaman yang produksi lateknsnya bagus saja yang dipupuk (Setiawan dan Andoko, 2005).
    Agar fosfat alam menjadi pupuk yang efektif, apatit yang terkandung didalamnya harus dapat larut secara cepat setelah digunakan .Fosfat alam mengandung P larut air sangat kecil, sehingga bila digunakan dalam tanah sejumlah pelarutan hanya terjadi oleh reaksi antara fosfat alam dengan ion hidrogen yang ada. Agar fosfat alam menjadi pupuk yang efektif, fosfat alam harus reaktif sehingga mudah larut dalam tanah, untuk mendukung pelarutan yang ekstensif sifat tanah harus menyediakan ion hidrogen yang cukup. Tanah harus basah, sehingga terjadi difusi ion hidrogen dan fosfat serta ion kalsium dapat tersedia bagi tanaman. (Kusno,dkk., 2009).

No comments:

Post a Comment