Saturday, August 31, 2019

Paper : Botani tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muel Arg.)

 PENDAHULUAN

Karet (termasuk karet alam) merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari – hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi dan lain sebagainya. Kebutuhan karet sintetik relative lebih mudah dipenuhi karena sumber bahan baku relative tersedia walaupun harganya mahal, akan tetapi karet alam dikonsumsi sebagai bahan baku industry tetapi diproduksi sebagai komoditi perkebunan (Wijaksono, 2012).
    Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell.Arg.) merupakan salah satu komoditi perkembunan yang sangat penting peranannya di Indonesia, sebab selain menjadi penampung sekitar 1,4 juta tenaga kerja juga memberikan kontribusi sebagai sumber divisa non-migasi dan mendorong pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru di wilayah pengembangan karet (Parto,dkk., 2012).
Tanaman karet adalah tanaman yang paling banyak diusahakan di Aceh Barat. Tanaman ini memberikan kontribusi yang paling besar pada pendapatan petani. Produktivitas karet rakyat pada umumnya rendah, sedangkan lembaga penelitian dan perusahaan perkebunan besar telah menghasilkan klon-klon karet unggul yang produktivitasnya tinggi. Selain jarang menggunakan klon, tanaman karet pada umumnya   tidak   dikelola    menurut    teknis    budidaya    karet    yang    baik (Balai Penelitian dan Pengembangan, 2008).
    Seringkali mata okulasi stum mata tidur mengalami dor-mansi sehingga tidak jarang batang bawah mati sebelum tunas berkembang, dalam keadaan normal tunas akan berkembang setelah 21 hari. Selanjutnya mata okulasi tanam-an karet memerlukan waktu 23 hari untuk mekar setelah pemotongan batang bawah (Elisarnis,dkk., 2008).
    Berdasarkan proyeksi direktorat jendral perkebunan – dapertemen pertanian, prospek konsumsi karet dunia masih sangat baik. Namun, pemangsa pasar dunia hingga kini belim kita antisipasi dengan konsisten. Persoalannya adalah 80% areal penanaman karet yang dikelola oleh rakyat masih belum memberikan konstribusi  yang layak (Siregar, 2006)


TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman
    Klasifikasi tanaman karet menurut Setyamidjaja (1993) taksonomi tanaman sebagai berikut adalah Kingdom: Plantae, Class: Dicotyledonae, Ordo: Euphorbiales, Family: Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies : Hevea brasiliensis 
    Tanaman karet dapat diperbanyak secara generatif (dengan biji) dan vegetatif (menggunakan klon). Biji yang akan dipakai untuk bibit, terutama untuk penyediaan batang bagian bawah harus sungguh-sungguh baik (Setyamidjaja, 1993). 
Benih karet menghasilkan daun yang berturut-turut, salah satu yang lebih rendah jatuh sesuai umur mereka dan akar utama akan bertambah panjangnya. Kemudian sistem cabang di bentuk dimana tergantung pada klon karet yang berbeda. Biasanya tanaman karet sangat mudah roboh dikarenakan angin (Hasibuan, 2006).   
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi. Beberapa pohon karet ada kecondongan arah tumbuh agak miring. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan naman lateks (Setiawan dan Andoko, 2005).
Tanaman karet memiliki perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar lateral yang menempel pada akar tunggang dan akar serabut. Pada tanaman yang berumur 3 tahun kedalaman akar tunggang sudah mencapai 1,5 m. Akar tunggangnya dapat menghujan tanah hingga kedalaman 1-2 meter, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 m (Syamsulbahri, 1996).  
Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan betina yang terdapat dalam malai payung yang jarang. Pada ujungnya terdapat lima taju yang sempit. Panjang tenda bunga 4-8 mm. Bunga betina berambut, ukurannya sedikit lebih besar dari bunga jantan dan mengandung bakal buah yang beruang tiga. Kepala putik yang akan dibuahi dalam posisi duduk juga berjumlah tiga buah. Bunga jantan mempunyai sepuluh benang sari yang tersusun menjadi suatu tiang. Kepala sari terbagi dalam 2 karangan dan tersusun lebih tinggi dari yang lain (Marsono dan Sigit, 2005). 
Bunga majemuk ini terdapat pada ujung ranting yang berdaun. Tiap-tiap karangan bunga bercabang-cabang. Bunga betina tumbuh pada ujung cabang, sedangkan bunga jantan terdapat pada seluruh bagian karangan bunga. Jumlah bunga jantan jauh lebih banyak daripada bunga betina. Bunga berbentuk “lonceng” berwarna kuning. Ukuran bunga betina lebih besar daripada bunga jantan. Apabila bunga betina terbuka, putik dengan tiga tangkai putik akan tampak. Bunga jantan bila telah matang akan mengeluarkan tepung sari yang berwarna kuning. Bunga karet mempunyai bau dan warna yang menarik dengan tepung sari dan putik yang agak lengket (Setyamidjaja, 1993). 
Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas. Masing-masing ruang berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai enam ruang. Garis tengah buah sekitar 3-5 cm. Bila telah masak, maka buah akan pecah dengan sendirinya. Pemecahan biji ini berhubungan dengan pengembangbiakan tanaman karet secara alami yaitu biji terlontar sampai jauh dan akan tumbuh dalam lingkungan yang mendukung (Marsono dan Sigit, 2005). 
Tanaman karet dapat diperbanyak secara generatif (dengan biji) dan vegetatif (okulasi). Biji yang akan dipakai untuk bibit, terutama untuk penyediaan batang bagian bawah harus sungguh-sungguh baik (Setyamidjaja, 1993).

No comments:

Post a Comment