Thursday, August 29, 2019

Paper : Pengaruh Pemberian Pupuk NPK pada Tanaman Jagung (Zea mays L)

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu bahan pangan yang penting di Indonesia karena jagung merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Di samping itu, jagung juga merupakan bahan baku industri dan pakan ternak. Kebutuhan jagung di Indonesia untuk konsumsi meningkat sekitar 5,16% per tahun sedangkan untuk kebutuhan pakan ternak dan bahan baku industri naik sekitar 10,87% per tahun (Roesmarkam dan Yuwono, 2002)
Jagung manis merupakan komoditas pertanian yang sangat digemari oleh penduduk perkotaan karena rasanya yang manis, enak dan banyak mengandung karbohidrat, sedikit protein dan lemak. Budidaya jagung manis berpeluang memberi keuntungan yang relatif tinggi bila diusahakan secara efektif dan efisien. Hampir semua tanaman jagung manis memiliki nilai ekonomis, beberapa bagian yang dapat dimanfaatkan diantaranya batang dan daun muda untuk pakan ternak, batang dan daun tua dapat digunakan untuk pembuatan pupuk kompos dan pupuk hijau, batang dan daun kering untuk pengganti kayu bakar (Warisno, 2008). 
Hingga saat ini produksi jagung di dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan sehingga sebagian diimpor dari beberapa negara produsen. Padahal, pada Tahun 2001 pemerintah telah menggalakkan sebuah program yang dikenal dengan sebutan Gema Palagung (Gerakan mandiri padi, jagung, dan jagung) (Hasyim, 2002).
Kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman sangat terbatas karena mikroorganisme yang berperan dalam proses pelapukan tersebut jumlahnya berbeda antara jenis dan lapisan tanah satu dengan lainnya. Oleh karena itu, pemupukan merupakan salah satu cara untuk menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Pemupukan dapat meningkatkan hasil panen jagung baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hal ini disebabkan pemupukan dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara, kesehatan tanaman dan menekan perkembangan penyakit (Prahasta, 2009).
 Walaupun adanya program tersebut dapat memacu petani untuk meningkatkan produktivitasnya dan produksi jagung di dalam negeri, tetapi di
kebutuhan jagung di dalam negeri tetap belum terpenuhi. Peningkatan produksi
jagung dalam negeri masih terbuka lebar baik melalui peningkatan produktivitas maupun perluasan areal tanam utamanya di luar Jawa. Meskipun produktivitas jagung meningkat, namun rata-rata tingkat produktivitas jagung nasional dari areal panen sekitar 3,60 juta hektar baru mencapai 3,40 ton/ha. Kegiatan litbang jagung dari berbagai institusi baik pemerintah maupun swasta telah mampu menyediakan teknologi produksi jagung dengan tingkat produktivitas 4,0 – 9,0 ton/ha, tergantung pada potensi lahan dan teknologi produksinya
 (Purwono dan Hartono, 2005). 
Pertumbuhan dan mutu hasil jagung manis diduga dipengaruhi oleh faktor lingkungan kesuburan tanah. Oleh karena itu pemupukan organik dan an-organik merupakan salah satu cara yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis. Aplikasi pupuk tidak selamanya memberikan hasil yang efektif karena dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain takaran, cara dan waktu pemberian yang tepat(Harjadi, 2005).  
Lahan pertanian di Indonesia tidak sama antara satu dengan yang lainnya. Ada yang berupa lahan gembur tetapi ada pula yang berupa lahan berpasir. Lahan pertanian di Pantai Trisik Kulon Progo berupa lahan berpasir dengan cuaca yang tergolong ekstrim. Lahan pasir di Pantai Trisik Kulon Progo memiliki kandungan besi (Fe) yang melimpah. Hal ini menyebabkan adanya usaha yang dilakukan untuk memisahkan besi tersebut dari pasir. Sisa pasir yang telah ditambang besinya tersebut dinamakan pasir reject sedangkan pasir yang belum ditambang besinya dinamakan pasir asli (Roesmarkam dan Yuwono, 2002).
Tujuan Praktikum
    Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan tanaman 
jagung (Zea mays L.)
Hipotesis Percobaan
    Pengaruh yang nyata pemberian dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.).
Kegunaan Penulisan
    Adapun kegunaan penulisan adalah sebgai salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Analisis Pertumbuhan Tanaman Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai sumber informasi bagi pihak membutuhkan. 






TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Adapun klasifikasi dari tanaman jagung, sebagai berikut :
Kingdom : Plantae,  Divisio : Angiospermae, Subdivisio : Spermatophyta, 
Kelas : Monocotyledoneae, Ordo : Poales, Famili : Poaceae; Genus : Zea,
Spesies : Zea mays L. (Rukmana, 2007).
Akar pada tanaman jagung yaitu jenis akar serabut, menyebar ke sampingdan ke bawah sepanjang sekitar 25 cm. Penyebaran pada lapisan oleh tanah.Bentuk siatem perakarannya sangat bervariasi (Suprapto, 2009).
Batang tanaman jagung kaku dengan tinggi berkisar antara 1,5 m dan 2,5m dan terbungkus oleh pelepah daun yang berselang-seling yang berasal darisetiap buku. Buku batang mudah terlihat. Percabangan (batang liar) umumnyaterbentuk pada pangkal batang. Batang liar adalah batang sekunder yangberkembang pada ketiak daun terbawah dekat permukaan tanah(Rubatzky dan Yamaguchi, 2008).
Daun pada tanaman jagung terdiri atas pelepah daun dan helaian daun.Helaian daun memanjang dengan ujung daun meruncing. Antara pelepah daundan helaian daun dibatasi oleh spicula yang berguna untuk menghalangimasuknya air hujan ke dalam pelepah daun (Suprapto, 2009).
Pada tanaman jagung terdapat bunga jantan dan bunga betina yangletaknya terpisah. Bunga jantan terletak pada bagian ujung tanaman, sedangkanbunga betina pada sepanjang pertengahan batang jagung dan berada pada salahsatu ketiak daun. Bunga jantan disebut juga staminate. Bunga ini terbentuk padasaat tanaman sudah mencapai pertengahan umur. Bunga jantan yang terbungkusini didalamnya terdapat benang sari. Disamping itu bagian dari bunga jantan yanglain ialah glumae (sekam kelopak), sekam tajuk atas (palea), sekam tajuk bawah(lemma), dan kantung sari berjumlah 3 pasang yang panjangnya lebih kurang 6mm. Didalam kantung sari terkandung tepung sari yang jumlahnya kira-kira 2500 butir (Aak, 2003).
Buah jagung berbentuk tongkol, buah masak berwarna kuning atau ungu.Panjang tongkol yang masak 8-20 cm. bakal buah berbentuk telur dengan tangkai putik yang sangat panjang dan berujung cabang dua (Steenis, 2005).
Biji jagung tersusun rapi pada tongkol. Pada setiap tanaman jagung adasebuah tongkol, kadang-kadang ada yang dua. Biji berkeping tunggal berderetpada tongkol. Setiap tongkol terdiri atas 10-14 deret, sedang setiap tongkol terdiri kurang lebih dari 200-400 butir (Rukmana, 2007).
Syarat Tumbuh
Iklim
Jagung adalah annual musiman yang tumbuh baik di bawah moderasitemperatur dan kelembaban. Tetapi ini dikultivasi dibawah lebih kondisi lingkungan dari pada tanaman lain. Sebuah rata-rata temperatur 23°C (73°F) atau diatas, dengan banyak sinar matahari dan 37 sampai 50 cm (15-20 inci) dari hujan yang turun 3 sampai 5 bulan dapat tumbuh ideal (Decoteau, 2000).
Jagung memerlukan kira-kira 20 inci air untuk memberikan hasil yang memuaskan. Maksudnya 20 inci air cocok pada tanah untuk tumbuh tanaman,bukan 20 inci presipitasi. Kebanyakan dari jagung belt rata-rata tahunan presipitasi adalah 40 inci, meskipun wilayahnya kecil dalam satu wilayah mulai 30 sampai 35 inci (Halligan, 2001).
Hari panas dan suhu malam yang tinggi meningkatkan pertumbuhan yang
secara keseluruhan dan walaupun suhu panas adalah ideal untuk pertumbuhan vegetatif dan tongkol, suhu sedang adalah optimum untuk akumulasi karbohidrat. Umumnya dimanapun jagung bijian tumbuh, jagung manis dapat juga tumbuh,karena untuk mencapai matang panennya diperlukan waktu yang lebih pendek(Rubatzky dan Yamaguchi, 2008).
Tanah
Macam tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah tanah
aluvial atau lempung yang subur. Terbebas pengairannya karena tanaman jagung
tidak toleran pada genangan air (Kartasapoetra, 2008).
Jagung manis tumbuh baik pada berbagai jenis tanah. Tanah liat lebih disukai karena mampu menahan lengas yang tinggi. Tanaman ini peka terhadap
tanah masam dan tumbuh baik pada kisaran pH antara 6,0 dan 6,8 dan agak toleran terhadap kondisi basa (Rubatzky dan Yamaguchi, 2008).
Selama beberapa tahun dengan presipitasi normal, tanah jagung belt memberikan cadangan makanan mulai dari masa pertumbuhan. Tanpa menyerap
makanan dari dalam tanah, pertumbuhan jagung menjadi lambat di bulan juli (Evans and Donahue, 2007).
Tanaman jagung toleran terhadap reaksi kemasaman tanah pada kisaran pH 5,5-7,0. Tingkat kemasaman tanah yang paling baik untuk tanaman jagung adalah pH 6,8. Hasil penelitian di luar negri menunjukkan bahwa reaksi tanah berpengaruh terhadap hasil jagung. Reaksi tanah yang memberikan hasil tertinggi
pada jagung adalah pH 6,8 (Suprapto, 2009).
Analisis Pertumbuhan Tanaman
    Analisis pertumbuhan merupakan suatu cara untuk mengikuti dinamika
fotosintesis yang diukur oleh produksi bahan kering. Pertumbuhan tanaman dapat diukur tanpa mengganggu tanaman, yaitu dengan pengukuran tinggi tanaman atau jumlah daun, tetapi sering kurang mencerminkan ketelitian kuantitatif. Akumulasi bahan kering sangat disukai sebagai ukuran pertumbuhan (Sumarsono, 2008).
Komponen analisis pertumbuhan diantaranya  laju pertumbuhan yang
relatif (Relatif Growth Rate), laju unit daun (Unit Leaf Rate), nisbah luas daun (Leaf Area Ratio), luas daun spesifik dan rasio berat daun (Specific Leaf Area and Leaf Weight Ratio), indeks luas daun (Leaf Area Index), laju tumbuh pertanaman (Crop Growth Rate), lamanya luas daun dan lamanya biomassa (Leaf area Duration and Biomass Duration) (Suryana, 2005).   
    Laju asimilasi bersih adalah laju penimbunan berat kering per satuan luas daun per satuan waktu. LAB merupakan ukuran rata-rata efisiensi fotosintesis daun dalam suatu komunitas tanaman budidaya. LAB paling tinggi nilainya pada saat tumbuhan masih kecil dan sebagian besar daunnya terkena sinar matahari langsung. Dengan bertumbuhnya tanaman budidaya dan dengan meningkatnya LAI, makin banyak daun terlindung, menyebabkan penurunan LAB sepanjang musim pertumbuhan. Laju asimilasi bersih merupakan ukuran rata-rata efisiensi fotosintesis daun dalam suatu komunitas tanaman budidaya (Ningrum,2011).
    LPR dapat digunakan untuk mengukur produktivitas (efisiensi) biomassa awal tanaman, yang berfungsi sebagai modal, dalam menghasilkan bahan baru tanaman. Perbedaan LPR dapat terjadi diantara spesies akibat perbedaan dalam laju fotosintesis dan efisiensi biomassa. Dalam aspek biosintesis, tanaman yang mengandung banyak protein per unit biomassa seperti tanaman kacang-kacangan akan membentuk biomassa yang lebih sedikit per satuan substrat (karbohidrat) yang tersedia dari tanaman yang mengandung protein lebih sedikit dari tanaman serealia (Sumarsono, 2008).
    Laju Pertumbuhan Relatif (LPR) merupakan peningkatan berat kering tanaman dalam suatu interval waktu, erat hubungannya dengan berat awal tanaman. Asumsi yang digunakan untuk persamaan kuantitatif.  LPR adalah bahwa pertambahan biomassa tanaman per satuan waktu tidak konstan tetapi tergantung pada berat awal tanaman. Bahwa keseluruhan tanaman yang dinyatakan dalam biomassa total tanaman dipertimbangkan sebagai suatu kesatuan untuk menghasilkan bahan baru tanaman (Ningrum,2011).
Pemupukan
    Pupuk adalah semua bahan yang diberikan kepada tanah dengan maksud
untuk memperbaiki sifat – sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Bahan pupuk adalah bahan yang diberikan pada system medium tanaman untuk memperoleh kenaikan hasil yang setinggi – tingginya baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Pupuk dapat dikelompokkan berdasarkan bentuk fasenya, reaksi kimia, cara penyediaan unsur hara, kandungan senyawa, proses pembuatannya, dan jumlah unsure hara yang terkandung didalamnya (Gofar, 2015).
Berdasarkan senyawanya pupuk dibedakan : Pupuk organik ialah pupuk yang berupa senyawa organik. Pupuk kandang ,kompos ,dan guano, Pupuk alam yang tidak termasuk pupuk organic misalnya rock phosphat, umumnya berasal dari batuan apatit (Ca3(PO4)2). Pupuk anorganik atau mineral merupakan pupuk dari senyawa anorganik (Purnomo et.al., 2009).
Sistem pertanian anorganik merupakan sistem pertanian dengan menggunakan pupuk kimia sebagai bahan dasar pemupukan. Pemupukan adalah penambahan unsur hara yang dibutuhkan tanaman sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Salah satu pupuk anorganik adalah pupuk NPK Mutiara Yara Mila (16:16:16), merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur hara makro N, P dan K masing-masing 16%. Unsur hara N,P dan K tersebut sangat dibutuhkan untuk merangsang pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Dosis anjuran pupuk NPK Mutiara Yara Mila (16:16:16) adalah 1000 kg/ha, atau setara dengan 5 g/tanaman (Fahmi et.al., 2014).
Pemupukan dengan pupuk anorganik secara terus menerus akan menurunkan tingkat kesuburan tanah, misalnya  unsur K dalam pupuk anorganik (N, P, K) merupakan salah satu unsur hara yang mudah tercuci, sehingga tanah akan  lebih cepat kekurangan  unsur K yang dapat menurunkan kesuburan tanah (Dewanto et.al., 2013). 
Salah satu pengaruh penggunaan pupuk anorganik pada usaha pertanian adalah akumulasi residu unsur –unsur kimia seperti N, P, dan K dalam tanah akibat dari pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan dan terus-menerus. Sekitar 50% nitrogen,40% - 75% potassium, dan 5% - 25% fosfat mengendap di lahan pertanian, pada tubuh perairan, dan airtanah. Sistem pertanian anorganik menggunakan pupuk kimia sebagai bahan (Triyono et.al., 2013).
Pupuk NPK
    Pupuk NPK adalah pupuk buatan yang berbentuk cair atau padat yang ada
mengandung unsur hara utama nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Pupuk NPK merupakan salah satu jenis pupuk majemuk yang paling umum digunakan. Pupuk NPK mempunyai berbagai bentuk, yang paling khas adalah pupuk padat yang berbentuk granul atau bubuk (Parnata, 2005).
Fungsi pupuk adalah sebagai salah satu sumber zat hara buatan yang diperlukan untuk mengatasi kekurangan nutrisi terutama unsur-unsur nitrogen , fosfor, dan kalium. Sedangkan unsur sulfur, kalsium, magnesium, besi, tembaga, seng, dan boron merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit (mikronutrien) (Suriawiria, 2003).
Untuk setiap unsur hara memiliki fungsi dan dibutuhkan tanaman dalam jumlah tertentu. (1) Nitrogen (N) yang berfungsi untuk membuat tanaman lebih hijau segar, mempercepat dan meningatkan pertumbuhan tanaman, jumlah cabang, dan jumlah anakan), meningkatkan kandungan protein hasil panen, (2) Fosfat (P2O5) yang berfungsi untuk memacu pertumbuhan akar dan pembentukan perakaran yang baik, mempercepat pembetukan bunga serta masaknya buah dan biji, meningkatkan mutu benih dan bibit, (3) Kalium (K2O) yang berfungsi untuk membantu tanaman lebih tegak dan kokoh, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama atau penyakit, meningkatkan pembentukan gula dan pati, (4) Sulfur (S) yang berfungsi untuk meningkatkan kelas mutu hasil panen (dengan memperbaiki warna, aroma, dan rasa), meningkatkan kandungan protein dan vitamin hasil panen, meningkatkan ketahanan hasil panen selama penyimpanan (Hikamawati, 2015).
Berbicara tentang tanaman tidak akan lepas dari masalah pupuk. Dalam pertanian modern, penggunaan materi yang berupa pupuk adalah mutlak untuk memacu tingkat produksi tanaman yang diharapkan. Seperti telah diketahui bersama bahwa pupuk yang diproduksi dan beredar dipasaran sangatlah beragam, baik dalam hal jenis, bentuk, ukuran, maupun kemasannya. Pupuk–pupuk tersebut hampir 90% sudah mampu memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman, dari unsur makro hingga unsur yang berbentuk mikro. Kalau tindakan pemupukan untuk menambah bahan-bahan yang kurang tidak segera dilakukan tanaman akan tumbuh kurang sempurna, misalnya menguning, tergantung pada jenis zat yang kurang (Hardjowigeno, 2003).




















BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Praktikum
    Praktikum di laksanakan di lahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian ±32 mdpl pada bulan September sampai dengan Desember 2017.
Alat dan Bahan
    Adapun alat yang digunakan pada percobaan adalah cangkul untuk mengolah tanah dan membersihkan gulma, meteran untuk mengukur plot lahan, timbangan untuk menimbang pupuk, kamera untuk dokumentasi, gembor untuk menyiram lahan.
    Adapun bahan yang digunakan pada percobaan adalah benih jagung sebagai, tali plastik untuk pembatas lahan dan jarak tanam, pacak sebagai penanda jarak tanam, air untuk menyiram tanaman, topsoil sebagai media tanam, pupuk NPK sebagai unsur hara, buku penuntun sebagai acuan, dan buku data untuk mencatat data.
Metode percobaan
    Percobaan ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial menggunakan pupuk NPK yang terdiri dari 3 taraf yaitu : 
    Kontrol    : Tanpa Pemupukan
    ½ Dosis    : 157,5 gr / plot
    Dosis penuh    : 315 gr/ plot



PELAKSANAAN PERCOBAAN
Persiapan Lahan

Areal percobaan di pilih di lahan percobaan Fakultas Pertanian USU kegiatan ini meliputi pembukaan lahan, pengukuran lahan, pengolahan tanah, dan pembentukan drainase dengan menggunakan cangkul dan meteran.
Pengolahan Tanah
    Tanah diolah dengan cara dibajak/dicangkul agar sisa gulma di permukaan tanah terbenam dan membusuk kemudian menghancurkan bongkahan tanah sehingga sisa-sisa akar gulma ikut hancur dan dihasilkan tanah yang berstruktur gembur. Pengolahan tanah diikuti dengan pembuatan bedengan dengan luas              6 m x 2 m, masing-masing bedengan ditanami tanaman jagung (2m x 2m); kacang hijau (2m x 2m); dan ubi jalar (2m x 2m); serta pembutan saluran drainase dan irigasi.
Persiapan Benih
    Disiapkan benih jagung dan sebelum ditanam benih direndam terlebih dahulu ke dalam air agar mempermudah proses perkecambahan.
Penanaman

    Benih kacang hijau ditanam sebanyak 5 benih per lubang tanam pada kedalaman 5 cm dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm kemudian lubang tanam ditutup dengan tanah yang gembur untuk memudahkan pemunculan plumula tanaman dan lubang tanam disiram dengan air.
Pemupukan 
    Pemupukan tanam jagung dengan NPK  diberikan dosis sebagai berikut :
    Kontrol        = Tanpa Pemupukan
    ½ dosis anjuran    = 157,5 gr/plot
    Dosis penuh        = 315 gr/plot
Pemeliharaan Tanaman   
   
Penyiraman

    Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari disesuaikan dengan kondisi lahan yang dilakukan dengan mengunakan gembor.
Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada 1 MST dengan tujuan agar tanaman dapat tumbuh optimal tanpa adanya persaingan. Penyulaman dilakukan dengan cara menanam kembali benih pada lubang tanaman yang tidak tumbuh atau mencabut tanaman yang tumbuh lebih dari satu pohon per lubang tanam.
Pembumbunan
    Pembumbunan tanah dilakukan dengan tujuan untuk menjaga agar akar tanaman tidak muncul dipermukaan tanah dan dapat menyerap unsur  hara baik.
Pengendalian Gulma 
    Pengendalian gulma dilakukan apabila ada gulma yang tumbuh di lahan percobaan. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara mencabut langsung gulma dari tanah atau dengan menggunakan alat bantu, misalnya parang.
Pengendalian Hama dan Penyakit
    Pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan insektisida dengan merk dagang Decis denga dosis sesuai yang dianjurkan. Pengaplikasian insektisida menggunakan knapsack sprayer. 
Pemanenan
Tanaman kacang hijau dipanen dengan cara memotong 5 cm di atas dari
pangkal batang utama dengan menggunakan sabit/gunting. Kriteria panen kacang hijau yaitu sebagian besar daun telah menguning tetapi bukan karena serangan hama dan penyakit tanaman, lalu gugur, polong berubah warna menjadi hijau sampai kuning kecoklatan, batang berwarna agak kuning kecoklatan. 
Pengamatan Parameter
Tinggi Tanaman (cm)
    Pengukuran tinggi tanaman dilakukan  dari pangkal batang sampai titik tumbuh, dilakukan mulai 2 MSTdan diulangi setiap minggu hingga 6 MST sampai masuk masa generatif yang ditandai dengan keluarnya bunga.
Jumlah Daun (helai) 
    Pengukuran jumlah daun dilakukan dengan menghitung jumlah daun tanaman jagung yang sudah membuka sempurna. 
Diameter Batang (mm)
    Pengukuran diameter batang menggunakan jangka sorong, tepat pada pangkal batang. Pengamatan dilakukan satu kali pada akhir masa vegetatif.
Laju Asimilasi Bersih dan laju Pertumbuhan Relatif
    Pengukuran laju asimilasi bersih dan laju pertumbuhan relatif diambil 2 tanaman jagung setiap 2 minggu sekali dan diukur total luas daun serta ditimbang berat tanaman jagung tersebut dengan rumus
LAB = ((W2-W1)/(T2-T1))x  (in A2-in A1)/(A2-A1)
Jumlah Luas Daun (cm)
    Pengukuran jumlah luas daun diambil dengan menggambar daun jagung di kertas hvs dan dihitung luas daun dengan rumus:
Total Luas Daun = berat patron  x Luas Kertas
                 berat kertas
Bobot Basah Tajuk (gr) 
    Bobot basah tajuk diambil dengan cara menimbang berat akar tanaman saat tanaman baru dipanen.
Bobot Basah Akar (gr)
Bobot basah akar diambil dengan cara menimbang berat tajuk tanaman saat tanaman baru dipanen.
Bobot Kering Tajuk (gr)
Bobot kering tajuk diambil dengan cara menimbang berat tajuk tanaman saat tanaman sudah diovenkan.
Bobot Kering Akar (gr)
Bobot kering akar diambil dengan cara menimbang berat akar tanaman saat tanaman sudah diovenkan.
Laju Pertumbuhan Relatif
    Data laju pertumbuhan diambil dari data LTR pada integral data destruktif tanaman jagung.
Laju Asimilasi Bersih
    Data laju asimilasi diambil dari data LAB pada integral data destruktif tanaman jagung. 
Rasio Perbandingan
    Rasio perbandingan tanaman jagung diambil dari hasil bagi bobot kering tajuk dan bobot kering akar per sampel.



HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tinggi Tanaman
Pengaruh pemberian dosis pupuk NPK terhadap tinggi tanaman jagung umur 2 – 6 MST  dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Pengaruh pemberian dosis pupuk NPK terhadap tinggi tanaman jagung  umur 2 – 6 MST

MST    Perlakuan    Rataan
2    Kontrol    15,28
    1/2 Dosis    18,78
    Dosis Penuh    17,91
       
3    Kontrol    19,57
    1/2 Dosis    26,45
    Dosis Penuh    21,35
       
4    Kontrol    28,80
    1/2 Dosis    38,68
    Dosis Penuh    28,46
       
5    Kontrol    49,65
    1/2 Dosis    50,81
    Dosis Penuh    49,00
       
6    Kontrol    66,41
    1/2 Dosis    66,34
    Dosis Penuh    65,51

Tabel 1 menunjukkan bahwa tinggi tanaman jagung tertinggi umur 2 -5 MST cenderung diperoleh pada perlakuan 1/2 dosis dibandingkan dengan perlakuan kontrol dan NPK dosis penuh. Sedangkan pada umur  6 MST tinggi tanaman tertinggi cenderung diperoleh pada perlakuan. Dan yang terendah pada perlakuan setengah dosis, yaitu 66,34.

Jumlah Daun
Pengaruh pemberian dosis pupuk NPK terhadap jumlah daun jagung umur 2 – 6 MST  dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Pengaruh pemberian dosis pupuk NPK terhadap jumlah daun tanaman jagung  umur 2 – 6 MST

MST    Perlakuan    Rataan
2    Kontrol    2,47
    1/2 Dosis    3,40
    Dosis Penuh    2,67
       
3    Kontrol    3,73
    1/2 Dosis    4,00
    Dosis Penuh    3,93
       
4    Kontrol    4,67
    1/2 Dosis    4,33
    Dosis Penuh    4,27
       
5    Kontrol    5,93
    1/2 Dosis    5,60
    Dosis Penuh    5,13
       
6    Kontrol    6,27
    1/2 Dosis    6,07
    Dosis Penuh    6,00

Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah daun tanaman  jagung tertinggi umur 2 – 3 MST cenderung diperoleh pada perlakuan ½ dosis penuh. Pada umur 4 – 6 MST jumlah daun tertinggi cenderung diperoleh pada perlakuan kontrol.
Diameter Batang 
Pengaruh pemberian dosis pupuk NPK terhadap diameter batang jagung umur 2 – 6 MST  dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3.    Pengaruh pemberian dosis pupuk NPK terhadap diameter batang tanaman  jagung  umur 2 – 6 MST

MST    Perlakuan    Rataan
2    Kontrol    1,04
    1/2 Dosis    1,02
    Dosis Penuh    0,54
       
3    Kontrol    1,27
    1/2 Dosis    1,03
    Dosis Penuh    0,76
       
4    Kontrol    2,92
    1/2 Dosis    1,39
    Dosis Penuh    0,93
       
5    Kontrol    1,78
    1/2 Dosis    2,14
    Dosis Penuh    1,00
       
6    Kontrol    2,14
    1/2 Dosis    2,97
    Dosis Penuh    1,07

Tabel 3 menunjukkan bahwa diameter batang tanaman  jagung tertinggi umur 2 – 4 MST cenderung diperoleh pada perlakuan kontrol. Pada umur 5 -6 MST jumlah daun tertinggi cenderung diperoleh pada perlakuan NPK ½.
Bobot Basah Tajuk
Pengaruh pemberian dosis pupuk NPK terhadap bobot basah tajuk tanaman jagung  dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Pengaruh pemberian dosis pupuk NPK terhadap bobot basah tajuk tanaman jagung  dapat dilihat pada tabel 4.

Perlakuan     Rataan 
Kontrol    24,71
1/2 Dosis    56,73
Dosis Penuh    61,93

Tabel 4 menunjukkan bahwa bobot basah tajuk tanaman jagung tertinggi cenderung diperoleh pada perlakuan dosis penuh yaitu 61,93.
Bobot Basah Akar    
Pengaruh pemberian dosis pupuk NPK terhadap bobot basah akar tanaman jagung  dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Pengaruh pemberian dosis pupuk NPK terhadap bobot basah akar tanaman jagung  dapat dilihat pada tabel 5.

Perlakuan    Rataan
Kontrol    14,61
1/2 Dosis    20,26
Dosis Penuh    22,43

Tabel 5 menunjukkan bahwa bobot basah akar tanaman jagung tertinggi cenderung diperoleh pada perlakuan  dosis penuh yaitu 22,43.
Bobot Kering Tajuk
Pengaruh pemberian dosis pupuk NPK terhadap bobot kering tajuk tanaman jagung  dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Pengaruh pemberian dosis pupuk NPK terhadap bobot basah tajuk tanaman jagung  dapat dilihat pada tabel 6.

Perlakuan    Rataan
Kontrol    10,51
1/2 Dosis    28,85
Dosis Penuh    32,37

Tabel 6 menunjukkan bahwa bobot kering tajuk tanaman jagung tertinggi cenderung diperoleh pada perlakuan  dosis penuh yaitu 32,37.
Bobot Kering Akar
Pengaruh pemberian dosis pupuk NPK terhadap bobot kering akar pada
tanaman jagung  dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Pengaruh pemberian dosis pupuk NPK terhadap bobot kering akar tanaman jagung  dapat dilihat pada tabel 7.

Perlakuan    Rataan
Kontrol    6,35
1/2 Dosis    8,39
Dosis Penuh    7,93

Tabel 7 menunjukkan bahwa bobot kering akar tanaman jagung tertinggi cenderung diperoleh pada perlakuan  ½ dosis  yaitu 8,39 yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan kontrol dan NPK dosis penuh. 
Total Luas Daun 
Pengaruh pemberian dosis pupuk NPK terhadap total luas daun tanaman jagung dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8.     Pengaruh pemberian dosis pupuk NPK terhadap total luas daun tanaman jagung  dapat dilihat pada tabel 8.

Perlakuan    Rataan
Kontrol    12,57
1/2 Dosis    12,51
Dosis Penuh    11,52

Tabel 8 menunjukkan bahwa total luas daun tanaman jagung tertinggi adalah pada  perlakuan kontrol yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan NPK ½ dosis dan NPK dosis penuh. 
Laju Pertumbuhan Relatif 
Pengaruh pemberian dosis pupuk NPK terhadap laju pertumbuhan relatif tanaman jagung dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9.    Pengaruh pemberian dosis pupuk NPK terhadap laju pertumbuhan relatif tanaman jagung  dapat dilihat pada tabel 9.





Umur    Perlakuan    Rataan
4-6     Kontrol    9,05
    1/2 Dosis      6,8
    Dosis Penuh    7,23
 6 – 8    Kontrol    8,54
    1/2 Dosis    9,03
    Dosis Penuh    8,23

Tabel 9 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan relatif tanaman jagung tertinggi pada 4 dan 6 MST adalah pada perlakuan kontrol yaitu 9,19 dan  pada 6 dan 8 MST adalah pada perlakuan NPK ½ dosis yaitu 9,03 yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Laju Asimilasi Bersih
Pengaruh pemberian dosis pupuk NPK terhadap laju asimilasi bersih tanaman jagung dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10.    Pengaruh pemberian dosis pupuk NPK terhadap laju asimilasi bersih tanaman jagung  dapat dilihat pada tabel 10.

Umur    Perlakuan    Rataan
4-6     Kontrol    9,05
    1/2 Dosis    6,69
    Dosis Penuh    7,08
 6 – 8    Kontrol    8,36
    1/2 Dosis    9,01
    Dosis Penuh    8,01

Tabel 10 menunjukkan bahwa laju asimilasi bersih tanaman jagung tertinggi pada 4 dan 6 MST adalah pada perlakuan kontrol yaitu 9,05 dan pada 6 dan 8 MST adalah  pada perlakuan NPK ½ dosis yaitu 9,01.
Rasio Perbandingan
Pengaruh pemberian dosis pupuk NPK terhadap rasio perbandingan tanaman jagung dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11.    Pengaruh pemberian dosis pupuk NPK terhadap rasio perbandingan tanaman jagung  dapat dilihat pada tabel 11.

Perlakuan    Rataan
Kontrol    1,69
1/2 Dosis    3,88
Dosis Penuh    5,62

 Tabel 11 menunjukkan bahwa rasio perbandingan tanaman jagung tertinggi cenderung diperoleh pada perlakuan NPK dosis penuh yaitu 5,62 yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan kontrol dan NPK ½ dosis.
Pembahasan
    Berdasarkan hasil percobaan pada umur 2 – 5 MST cenderung tinggi pada perlakuan NPK ½ dosis dan pada umur 6 MST tanaman tertinggi cenderung pada perlakuan kontrol yaitu 66,41 cm. Sedangkan tanaman yang rendah terdapat pada tanaman dengan umur 2-3 MST yang terendah yaitu pada perlakuan control. Hal ini dikarenakan adanya persaingan gulma pada perlakuan NPK ½ dosis dan dosis penuh dan masih tersedianya unsur hara pada tanah sehingga pada umur 6 MST cenderung perlakuan kontrol. Hal ini sesuai literatur Rauf et al. (2000) yang menyatakan bahwa bibit unggul, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian hama, pengendalian penyakit, pemanenan, dan pasca panen. Penambahan pupuk NPK pada budidaya jagung dapat meningkatkan produksi pada dosis yang optimal. Hara N, P, dan K merupakan hara esensial bagi tanaman. Peningkatan dosis pemupukan N di dalam tanah secara langsung dapat meningkatkan kadar protein (N) dan produksi tanaman jagung, tetapi pemenuhan unsur N saja tanpa P dan K akan menyebabkan tanaman mudah rebah, peka terhadap serangan hama penyakit dan menurunnya kualitas produksi.
    Berdasarkan hasil percobaan didapati hasil rataan jumlah daun tanaman jagung tertinggi pada 2 – 3 MST adalah pada perlakuan NPK ½ dosis. Sedangkan pada umur 4 – 6 MST adalah pada perlakuan kontrol yang lebih tinggi. Sedangkan rataan jumlah daun tanaman jagung terendah pada 2-3 MST adalah pada perlakuan control, dan pada umur 4-6 MST adalah pada perlakuan dosis penuh. Hal ini dikarenakan adanya faktor dari pupuk yang diserap oleh tanaman tidak sepenuhnya terserap oleh tanaman disebabkan oleh pengaplikasian NPK 1/2 dosis maupun NPK dosis penuh dan ketersediaan air yang merupakan salah satu faktor dari proses fotosintesis tidak mencukupi sehingga menyebabkan pertumbuhan dapat terhambat. Hal ini sesuai literatur Hartatik (2007).  Salah satunya yaitu pemberian dosis pupuk yang tepat untuk tanaman jagung, Sehingga dalam hal ini perlu dilakukan pengujian terhadap penambahan dosis pemupukan khususnya pupuk NPK dalam suatu budidaya tanaman jagung. Aksesi terpilih yang memiliki penampilan sifat agronomi yang baik dan lebih tinggi dari varietas budidaya yang dikembangkan oleh petani dapat digunakan untuk membuat varietas baru Open Pollinated (OP).
    Berdasarkan hasil percobaan didapati hasil rataan diameter batang tanaman jagung tertinggi adalah pada umur 2 – 4 MST pada perlakuan kontrol. Sedangkan pada umur 5 -6 MST diameter tertinggi adalah pada perlakuan ½ dosis penuh. Sedangkan rataan diameter batang tanaman jagung terendah adalah pada umur 2-6 MST yaitu pada perlakuan dosis penuh. Hal ini dikarenakan ketersediaan air tidak mencukupi dan unsur hara yang diserap tidak maksimal sehingga tidak mampu mendorong pertumbuhan vegetative tanaman seperti diameter batang. Hal ini sesuai dengan literatur Rauf et al.  (2000) yang menyatakan bahwa bibit unggul, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian hama, pengendalian penyakit, pemanenan, dan pasca panen. Penambahan pupuk NPK pada budidaya jagung dapat meningkatkan produksi pada dosis yang optimal. Hara N, P, dan K merupakan hara esensial bagi tanaman. Peningkatan dosis pemupukan N di dalam tanah secara langsung dapat meningkatkan kadar protein (N) dan produksi tanaman jagung, tetapi pemenuhan unsur N saja tanpa P dan K akan menyebabkan tanaman mudah rebah, peka terhadap serangan hama penyakit dan menurunnya kualitas produksi.
Berdasarkan hasil percobaan didapati hasil rataan bobot basah tajuk tanaman jagung tertinggi adalah pada perlakuan NPK dosis penuh yaitu 61,93 . Sedangkan rataan bobot basah tajuk tanaman jagung terendah adalah pada perlakuan control yaitu 24,71. Hal ini dikarenakan kandungan air pada tanaman jagung (Zea mays L.) sehingga hasil asimilasi yang diproduksi oleh jaringan hijau ditranslokasikan ke bagian tubuh tanaman untuk pertumbuhan perkembangan cadangan makanan dan pengolahan sel. Hal ini sesuai dengan literatur Dewanto et.al., (2013) yang menyatakan bahwa  Pemupukan dengan pupuk anorganik secara terus menerus akan menurunkan tingkat kesuburan tanah, misalnya  unsur K dalam pupuk anorganik (N, P, K) merupakan salah satu unsur hara yang mudah tercuci, sehingga tanah akan  lebih cepat kekurangan  unsur K yang dapat menurunkan kesuburan tanah 
Berdasarkan hasil percobaan didapati hasil rataan bobot basah akar tanaman jagung tertinggi adalah pada perlakuan NPK dosis penuh yaitu 22,43. Sedangkan rataan bobot basah akar tanaman jagung terendah adalah pada perlakuan kontrol yaitu 14,61. Hal ini dikarenakan ketersediaan air yang kurang cukup dan kurang optimalnya penyerapan pupuk. Hal ini sesuai dengan literatur Dewanto et.al., (2013) yang menyatakan bahwa  Pemupukan dengan pupuk anorganik secara terus menerus akan menurunkan tingkat kesuburan tanah, misalnya  unsur K dalam pupuk anorganik (N, P, K) merupakan salah satu unsur hara yang mudah tercuci, sehingga tanah akan  lebih cepat kekurangan  unsur K yang dapat menurunkan kesuburan tanah.
    Berdasarkan hasil percobaan didapati hasil rataan bobot kering tajuk tertinggi adalah pada perlakuan NPK dosis penuh yaitu 32,37. Sedangkan hasil rataan bobot kering tajuk terendah adalah pada perlakuan kontrol, yaitu 10,51. Hal ini dikarenakan ketersediaan air kurang mencukupi sehingga terjadinya perbedaan biomassa yang dipengaruhi oleh besarnya produk fotosintesis yang dihasilkan yang mengakibatkan dapat meningkatkan berat kering tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Kozlowsky (1991) yang menunjukkan bahwa secara umum perbedaan biomassa dipengaruhi oleh besarnya produk fotosintesis yang dihasilkan. yang mengakibatkan dapat meningkatkan berat kering tanaman.
    Berdasarkan hasil percobaan didapati hasil rataan bobot kering akar
tanaman jagung tertinggi adalah pada perlakuan NPK ½ dosis yaitu 8,39. Sedangkan hasil rataan bobot kering akar adalah pada perlakuan kontrol yaitu sebesar 6,35.Hal ini dikarenakan kurangnya ketersediaan air dan  penyerapan unsur  hara yang kurang optimal. Hal ini sesuai dengan literatur Kozlowsky (1991) yang menunjukkan bahwa secara umum perbedaan biomassa dipengaruhi oleh besarnya produk fotosintesis yang dihasilkan. yang mengakibatkan dapat meningkatkan berat kering tanaman.
    Berdasarkan hasil percobaan didapati hasil rataan total luas daun tanaman jagung tertinggi adalah pada perlakuan kontrol yaitu 12,57. Sedangka hasil rataan total luas daun tanaman jagung terendah pada perlakuan dosis penuh yaitu 11,52.Hal ini dikarenakan unsur N diperlukan untuk memproduksi protein dan bahan-bahan penting lainnya dalam proses pembentukan sel-sel serta berperan dalam pembentukan klorofil yang cukup pada daun akan meningkatkan kemampuan daun dalam menyerap cahaya matahari, sehingga proses fotosintesis meningkat akhirnya menghasilkan bahan organik sebagai sumber energi yang diperlukan sel-sel untuk melakukan aktifitas pembelahan dan pembesaran sel. Hal ini sesuai literatur Hardjowigeno (2007) yang menyatakan bahwa luas daun merupakan penentu utama kecepatan pertumbuhan tanaman serta sebagai salah satu parameter pertumbuhan tanaman, hasil dari aktifitas pembelahan dan pemanjangan sel yang dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara N, P dan K.
    Berdasarkan hasil percobaan didapati hasil rataan laju pertumbuhan relatif tanaman jagung tertinggi adalah pada perlakuan kontrol yaitu 8,78. Sedangkan hasil rataan laju pertumbuhan relatif tanaman jagung terendah adalah pada perlakuan ½ dosis yaitu 6,8. Hal ini dikarenakan Asumsi yang digunakan untuk persamaan kuantitatif LPR adalah bahwa pertambahan biomassa tanaman per satuan waktu tidak konstan tetapi tergantung pada berat awal tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Sumarsono (2008) yang menyatakan bahwa LPR dapat digunakan untuk mengukur produktivitas (efisiensi) biomassa awal tanaman, yang berfungsi sebagai modal, dalam menghasilkan bahan baru tanaman. Perbedaan LPR dapat terjadi diantara spesies akibat perbedaan dalam laju fotosintesis dan efisiensi biomassa. Dalam aspek biosintesis, tanaman yang mengandung banyak protein per unit biomassa seperti tanaman kacang-kacangan akan membentuk biomassa yang lebih sedikit per satuan substrat (karbohidrat) yang tersedia dari tanaman yang mengandung protein lebih sedikit dari tanaman serealia. 
    Berdasarkan hasil percobaan didapati hasil rataan laju asimilasi bersih tanaman jagung tertinggi adalah pada perlakuan kontrol yaitu 8,65. Sedangkan hasil rataan lahu asimilasi bersih tanaman jagung terendah adalah pada perlakuan ½ dosis yaitu 6,69. Hal ini dikarenakan dengan bertumbuhnya tanaman budidaya dan dengan meningkatnya LAI, makin banyak daun terlindung, menyebabkan penurunan LAB sepanjang musim pertumbuhan. Laju asimilasi bersih merupakan ukuran rata-rata efisiensi fotosintesis daun dalam suatu komunitas tanaman budidaya. Hal ini sesuai dengan literatur  Ningrum (2011) yang menyatakan bahwa Laju asimilasi bersih adalah laju penimbunan berat kering per satuan luas daun per satuan waktu. LAB merupakan ukuran rata-rata efisiensi fotosintesis daun dalam suatu komunitas tanaman budidaya. LAB paling tinggi nilainya pada saat tumbuhan masih kecil dan sebagian besar daunnya terkena sinar matahari langsung. Dengan bertumbuhnya tanaman budidaya dan dengan meningkatnya LAI, makin banyak daun terlindung, menyebabkan penurunan LAB sepanjang musim pertumbuhan. Laju asimilasi bersih merupakan ukuran rata-rata efisiensi fotosintesis daun dalam suatu komunitas tanaman budidaya 
    Berdasarkan hasil percobaan didapati hasil rataan rasio perbandingan tanaman jagung tertinggi adalah pada perlakuan NPK dosis penuh yaitu 5,62. Sedangkan hasil rataan rasio perbandingan tanaman jagung terendah adalah pada perlakuan kontrol yaitu 1,69. Hal ini dikarenakan perlakuan waktu pemberian pupuk yang sesuai diduga menjadikan kemampuan tanaman dalam menghasilkan hasil fotosintat yang didistribusikan ke tajuk dan akar meningkat. Hal ini sesuai literatur Gardner et al. (1991) yang menyatakan bahwa rasio tajuk akar mempunyai pengertian bahwa pertumbuhan satu bagian tanaman diikuti dengan pertumbuhan bagian tanaman lainnya, dan berat akar yang tinggi akan diikuti peningkatan berat tajuk dan tersedianya unsur hara disekitar perakaran akibat pemberian pupuk NPK serta didukung oleh ketersediaan air akan memudahkan tanaman untuk menyerap nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman

















KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
    Dari hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa pemberian berbagai dosis pupuk NPK pada parameter tinggi tanaman yang tertinggi yaitu pada perlakuan kontrol sebesar 66,41 cm, sedangkan yang terendah pada perlakuan kontrol juga. Pada parameter jumlah daun yang tertinggi yaitu pada perlakuan ½ dosis dan yang terendah pada perlakuan kontrol. Pada parameter diameter batang yang tertinggi yaitu pada perlakuan kontrol dan yang terendah pada perlakuan dosis penuh. Pada parameter bobot basah tajuk yang tertinggi yaitu pada perlakuan dosis penuh sebesar 61,93 dan yang terendah yaitu pada perlakuan kontrol yaitu sebesar 24,71. Pada parameter bobot basah akar yang tertinggi yaitu pada perlakuan dosis penuh sebesar 22,43 dan yang terendah pada perlakuan perlakuan kontrol yaitu 14,61. Pada parameter bobot kering tajuk yang tertinggi yaitu pada perlakuan dosis penuh sebesar 32,37 dan yang terendah pada perlakuan kontrol sebesar 10,51. Pada parameter bobot kering akar yang tertinggi yaitu pada perlakuan ½ dosis sebesar 8,39 dan yang terendah pada perlakuan kontrol sebesar 6,35. Pada parameter total luas daun tanaman yang tertinggi yaitu pada perlakuan kontrol sebesar 12,57 dan yang terendah pada perlakuan dosis penuh sebesar 11,52. Pada parameter laju pertumbuhan relatif yang tertinggi yaitu pada perlakuan kontrol sebesar 8,78 dan yang terendah pada perlakuan ½ dosis sebesar 6,8. Pada parameter laju asimilasi bersih tertinggi yaitu pada perlakuan kontrol sebesar 8,65 dan yang terendah pada perlakuan ½ dosis sebesar 6,69.
    Dari hasil analisis data statistik diperoleh bahwa perlakuan yang terbaik pada tanaman jagung yaitu pada perlakuan dosis penuh, sedangkan perlakuan yang kurang baik yaitu pada perlakuan kontrol.

Saran
    Dari hasil percobaan sebaiknya dilakukan dengan pengolahan tanah dan pemeliharaan yang lebih baik lagi agar memberikan hasil pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung yang lebih baik.
















DAFTAR PUSTAKA
Aak. 2003. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Erlangga. Jakarta.

Decoteau, D. R. 2000. Vegetable Crops. Prentice Hall Upper Saddle River. USA.

Dewanto, F.G., Londok, J.J.M.R., Tuturoong, R.A.V., dan Kaunang, W.B. 2013. Pengaruh Pemupukan Anorganik Dan Organik Terhadap Produksi Tanaman Jagung Sebagai Sumber Pakan. Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi . Manado.

Evans, E. F., and R. L, Donahue. 2004. Exploring Agriculture an Introduction to
Food and Agriculture. Prentice Hall, Inc., USA.

Fahmi, N., Syamsuddin., dan M.Ainum. 2014. Pengaruh Pupuk Organik Dan Anorganik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kedelai (Glycine Max (L.) Merril). Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh. Food and Agriculture. Prentice Hall, Inc., USA.

Gofar, N. 2015. Pedoman Dan Laporan Tetap Praktikum Teknologi Pupuk Dan Pemupukan. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Inderalaya. 

Halligan, J. E. 2001. Fundamentals of Agricultre. D. C. Heath and Company,     New york.

Hardjowigeno. 2003. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT. Bina Aksara. Bandung.

Harjadi. S.S., 2005. Pengantar Agronomi. Penerbit Gramedia. Jakarta.    

Hasyim. H., 2002. Jagung. Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Medan. 

Hikarnawati, H. 2015. Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya. Graha Ilmu. Jakarta.

Kartasapoetra, A. G. 2008. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah     Tropik. Penerbit Bina Aksara, Jakarta.

Ningrum, W. M. 2011. Analisis Pertumbuhan Kedelai (Glycine max (L.) Merill.) Di Bawah Cekaman Naungan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Parnata. 2005. Pengaruh pengaturan jarak tanam terhadap produksi jagung.    Prosiding Seminar Nasional.

Prahasta. 2009. Agribisnis Jagung. Pustaka Grafika. Bandung, hal. 1.

Purnomo,H., Iriansyah, R., E.Styatmoko., Sarjono., D.Rustandi dan Y.Hermana. 2009. Pembuatan Pupuk Majemuk Skala Pilot Plant Di Citatah, Bandung. Puslitbang Teknologi Mineral Dan Batubara. Bandung. 

Purwono. M.S. dan Hartono, 2005. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. 

Roesmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Rubatzky, V. E., dan M. Yamaguchi. 2008. Sayuran Dunia 1. Penerbit ITB, B    Bandung.

Rukmana, R. 2007. Usaha Tani Jagung. Bumi aksara. Jakarta.

Sumarsono, S. 2008. Analisis kuantitatif pertumbuhan Tanaman kedelai (Soy beans)(Growth Quantitaive Analysis of Soy beans). Project Report. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro.

Suprapto. 2009. Bertanam Jagung. UI Press. Jakarta.

Suriawiria, R. 2003. Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta.

Suryana. 2005. Persilangan Tanaman Kedelai. Fakultas Pertanian Universitas Riau. Riau.

Triyono, A., Purwanto dan Budiyono. 2013. Efisiensi Penggunaan Pupuk –N Untuk Pengurangan Kehilangan Nitrat Pada Lahan Pertanian. Universitas Diponegoro. Semarang.

Warisno, 2008. Seri Budidaya Jagung Hibrida. Kanisius. Yogyakarta. 











DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.  Data Tinggi Tanaman Jagung 2 MST

Perlakuan    Ulangan    Total    Rataan
    I    II    III       
Kontrol    9,30    18,33    18,20    45,83    15,28
1/2 Dosis    18,50    17,25    20,60    56,35    18,78
Dosis Penuh    17,66    17,60    18,46    53,72    17,91
Total    45,46    53,18    57,26    155,90   
Rataan    15,15    17,73    19,09        17,32

Lampiran 2. Tabel Sidik Ragam Tinggi tanaman 2 MST

SK    Db    JK    KT    F hitung    5%    Keterangan
Blok    2    23,95    11,97    1,34    6,94    TN
Perlakuan    2    19,97    9,98    1,11    6,94    TN
Galat    4    35,86    8,96           
Total    8    79,77               

FK    2700,6                   
KK    17,28%                   
























Lampiran 3.  Data Tinggi Tanaman Jagung 3 MST

Perlakuan    Ulangan    Total    Rataan
    I    II    III       
Kontrol    18,80    18,50    21,40    58,70    19,57
1/2 Dosis    29,86    20,10    29,40    79,36    26,45
Dosis Penuh    19,70    21,42    22,92    64,04    21,35
Total    68,36    60,02    73,72    202,10   
Rataan    22,79    20,01    24,57        22,46

Lampiran 4. Tabel Sidik Ragam Tinggi tanaman 3 MST

SK    Db    JK    KT    F hitung    5%    Keterangan
Blok    2    31,78    15,89    1,62    6,94    TN
Perlakuan    2    76,67    38,34    3,92    6,94    TN
Galat    4    39,16    9,79           
Total    8    147,60               

FK    4538,27                   
KK    13,93%                   


























Lampiran 5.  Data Tinggi Tanaman Jagung 4 MST

Perlakuan    Ulangan    Total    Rataan
    I    II    III       
Kontrol    31,10    30,40    24,90    86,40    28,80
1/2 Dosis    46,90    29,80    39,34    116,04    38,68
Dosis Penuh    30,40    28,26    26,72    85,38    28,46
Total    108,40    88,46    90,96    287,82   
Rataan    36,13    29,49    30,32        31,98

Lampiran 6. Tabel Sidik Ragam Tinggi tanaman 4 MST

SK    Db    JK    KT    F hitung    5%    Keterangan
Blok    2    78,67    39,33    1,60    6,94    TN
Perlakuan    2    202,18    101,09    4,12    6,94    TN
Galat    4    98,08    24,52           
Total    8    378,93               

FK    9204,484                   
KK    15,48%                   


























Lampiran 7.  Data Tinggi Tanaman Jagung 5 MST

Perlakuan    Ulangan    Total    Rataan
    I    II    III       
Kontrol    56,40    45,50    47,04    148,94    49,65
1/2 Dosis    56,20    45,20    51,04    152,44    50,81
Dosis Penuh    53,00    45,20    48,80    147,00    49,00
Total    165,60    135,90    146,88    448,38   
Rataan    55,20    45,30    48,96        49,82

Lampiran 8. Tabel Sidik Ragam Tinggi tanaman 5 MST

SK    Db    JK    KT    F hitung    5%    Keterangan
Blok    2    150,34    75,17    29,16    6,94    *
Perlakuan    2    5,07    2,53    0,98    6,94    TN
Galat    4    10,31    2,58           
Total    8    165,72               

FK    22338, 2916                   
KK    3,22%                   


























Lampiran 9.  Data Tinggi Tanaman Jagung 6 MST

Perlakuan    Ulangan    Total    Rataan
    I    II    III       
Kontrol    76,66    60,60    61,98    199,24    66,41
1/2 Dosis    68,42    71,62    58,98    199,02    66,34
Dosis Penuh    67,20    64,64    64,70    196,54    65,51
Total    212,28    196,86    185,66    594,80   
Rataan    70,76    65,62    61,89        66,09

Lampiran 10. Tabel Sidik Ragam Tinggi tanaman 6 MST

SK    Db    JK    KT    F hitung    5%    Keterangan
Blok    2    119,09    59,55    1,83    6,94    TN
Perlakuan    2    1,50    0,75    0,02    6,94    TN
Galat    4    129,99    32,50           
Total    8    250,59               

FK    39310                   
KK    8,63%                   


























Lampiran 11. Data Jumlah Daun Tanaman Jagung 2 MST

Perlakuan    Ulangan    Total    Rataan
    I    II    III       
Kontrol    1,58    1,70    1,86    5,14    1,71
1/2 Dosis    1,97    2,12    1,81    5,89    1,96
Dosis Penuh    1,70    1,75    1,86    5,31    1,77
Total    5,25    5,56    5,53    16,34   
Rataan    1,75    1,85    1,84        1,82

Lampiran 12.  Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun tanaman 2 MST

SK    Db    JK    KT    F hitung    5%    Keterangan
Blok    2    0,02    0,01    0,47    6,94    TN
Perlakuan    2    0,10    0,05    2,49    6,94    TN
Galat    4    0,08    0,02           
Total    8    0,21               

FK    29,667                   
KK    7,95%                   


























Lampiran 13. Data Jumlah Daun Tanaman Jagung 3 MST

Perlakuan    Ulangan    Total    Rataan
    I    II    III       
Kontrol    3,40    3,40    4,40    11,20    3,73
1/2 Dosis    4,00    4,00    4,00    12,00    4,00
Dosis Penuh    3,40    4,00    4,40    11,80    3,93
Total    10,80    11,40    12,80    35,00   
Rataan    3,60    3,80    4,27        3,89
 
Lampiran 14. Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun tanaman 3 MST

SK    Db    JK    KT    F hitung    5%    Keterangan
Blok    2    0,70    0,35    2,98    6,94    TN
Perlakuan    2    0,12    0,06    0,49    6,94    TN
Galat    4    0,47    0,12           
Total    8    1,29               

FK    136,111                   
KK    8,82%                   

























Lampiran 15. Data Jumlah Daun Tanaman Jagung 4 MST

Perlakuan    Ulangan    Total    Rataan
    I    II    III       
Kontrol    5,20    3,40    5,40    14,00    4,67
1/2 Dosis    4,00    4,00    5,00    13,00    4,33
Dosis Penuh    3,40    4,40    5,00    12,80    4,27
Total    12,60    11,80    15,40    39,80   
Rataan    4,20    3,93    5,13        4,42

Lampiran 16. Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun tanaman 4 MST

SK    Db    JK    KT    F hitung    5%    Keterangan
Blok    2    2,38    1,19    2,36    6,94    TN
Perlakuan    2    0,28    0,14    0,27    6,94    TN
Galat    4    2,02    0,50           
Total    8    4,68               

FK    176,0044                   
KK    16,06%                   


























Lampiran 17. Data Jumlah Daun Tanaman Jagung 5 MST

Perlakuan        Total    Rataan
    I    II    III       
Kontrol    8,00    4,00    5,80    17,80    5,93
1/2 Dosis    5,40    5,20    6,20    16,80    5,60
Dosis Penuh    3,80    5,20    6,40    15,40    5,13
Total    17,20    14,40    18,40    50,00   
Rataan    5,73    4,80    6,13        5,56

Lampiran 18. Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun tanaman 5 MST

SK    Db    JK    KT    F hitung    5%    Keterangan
Blok    2    2,81    1,40    0,61    6,94    TN
Perlakuan    2    0,97    0,48    0,21    6,94    TN
Galat    4    9,16    2,29           
Total    8    12,94               

FK    277,7778                   
KK    27,25%                   

























Lampiran 19. Data Jumlah daun Jumlah Daun tanaman 6 MST

Perlakuan    Ulangan    Total    Rataan
    I    II    III       
Kontrol    3,02    2,12    2,58    7,72    2,57
1/2 Dosis    2,47    2,51    2,70    7,68    2,56
Dosis Penuh    2,30    2,70    2,63    7,63    2,54
Total    7,78    7,33    7,91    23,02   
Rataan    2,59    2,44    2,64        2,56


Lampiran 20. Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun tanaman 6 MST

SK    Db    JK    KT    F hitung    5%    Keterangan
Blok    2    0,06    0,03    0,27    6,94    TN
Perlakuan    2    0,00    0,00    0,01    6,94    TN
Galat    4    0,46    0,12           
Total    8    0,53               
FK    58,877                   
KK    13,30%                   

























Lampiran 21. Data Diameter batang tanaman jagung 2 MST

Perlakuan    Ulangan    Total    Rataan
    I    II    III       
Kontrol    1,61    0,92    1,09    3,62    1,21
1/2 Dosis    1,70    0,95    0,88    3,52    1,17
Dosis Penuh    0,98    0,97    1,10    3,06    1,02
Total    4,28    2,84    3,07    10,19   
Rataan    1,43    0,95    1,02        1,13

Lampiran 22. Tabel Sidik Ragam Diameter batang tanaman 2 MST

SK    Db    JK    KT    F hitung    5%    Keterangan
Blok    2    0,40    0,20    2,86    6,94    TN
Perlakuan    2    0,06    0,03    0,43    6,94    TN
Galat    4    0,28    0,07           
Total    8    0,74               
FK    11,539                   
KK    23,34%                   



























Lampiran 23. Data Diameter batang tanaman jagung 3 MST

Perlakuan    Ulangan    Total    Rataan
    I    II    III       
Kontrol    1,61    0,92    1,37    3,90    1,30
1/2 Dosis    1,70    0,95    0,89    3,54    1,18
Dosis Penuh    0,98    0,97    1,37    3,32    1,11
Total    4,28    2,84    3,63    10,75   
Rataan    1,43    0,95    1,21        1,19

Lampiran 24. Tabel Sidik Ragam Diameter batang tanaman 2 MST

SK    Db    JK    KT    F hitung    5%    Keterangan
Blok    2    0,35    0,17    1,73    6,94    TN
Perlakuan    2    0,06    0,03    0,28    6,94    TN
Galat    4    0,40    0,10           
Total    8    0,80               
FK    12,8507                   
KK    26,49%                   


























Lampiran 25. Data Diameter batang tanaman jagung 3 MST

Perlakuan    Ulangan    Total    Rataan
    I    II    III       
Kontrol    1,65    1,03    1,65    4,33    1,44
1/2 Dosis    1,92    1,03    0,96    3,91    1,30
Dosis Penuh    1,02    1,03    1,48    3,53    1,18
Total    4,59    3,08    4,09    11,76   
Rataan    1,53    1,03    1,36        1,31

Lampiran 26. Tabel Sidik Ragam Diameter batang tanaman 3 MST

SK    Db    JK    KT    F hitung    5%    Keterangan
Blok    2    0,39    0,20    1,35    6,94    TN
Perlakuan    2    0,11    0,05    0,37    6,94    TN
Galat    4    0,58    0,15           
Total    8    1,08               

FK    15,36837                   
KK    29,25%                   


























Lampiran 27. Data Diameter batang tanaman jagung 4 MST

Perlakuan    Ulangan    Total    Rataan
    I    II    III       
Kontrol    1,89    1,03    1,49    4,41    1,47
1/2 Dosis    2,26    1,04    1,31    4,61    1,54
Dosis Penuh    1,05    1,04    1,52    3,61    1,20
Total    5,19    3,11    4,32    12,62   
Rataan    1,73    1,04    1,44        1,40

Lampiran 28. Tabel Sidik Ragam Diameter batang tanaman 4 MST

SK    Db    JK    KT    F hitung    5%    Keterangan
Blok    2    0,73    0,36    2,42    6,94    TN
Perlakuan    2    0,19    0,09    0,62    6,94    TN
Galat    4    0,60    0,15           
Total    8    1,52               

FK    17,70838                   
KK    27,63%                   


























Lampiran 29. Data Diameter batang tanaman jagung 5 MST

Perlakuan    Ulangan    Total    Rataan
    I    II    III       
Kontrol    1,89    1,03    1,49    4,41    1,47
1/2 Dosis    2,26    1,04    1,31    4,61    1,54
Dosis Penuh    1,05    1,04    1,52    3,61    1,20
Total    5,19    3,11    4,32    12,62   
Rataan    1,73    1,04    1,44        1,40

Lampiran 30. Tabel Sidik Ragam Diameter batang tanaman 5 MST

SK    Db    JK    KT    F hitung    5%    Keterangan
Blok    2    0,73    0,36    2,42    6,94    TN
Perlakuan    2    0,19    0,09    0,62    6,94    TN
Galat    4    0,60    0,15           
Total    8    1,52               
FK    17,70838                   
KK    27,63%                   



























Lampiran 31. Data Diameter batang tanaman jagung 6 MST

Perlakuan    Ulangan    Total    Rataan
    I    II    III       
Kontrol    2,12    1,03    1,53    4,68    1,56
1/2 Dosis    2,58    1,10    1,58    5,26    1,75
Dosis Penuh    1,12    1,04    1,54    3,70    1,23
Total    5,82    3,17    4,65    13,64   
Rataan    1,94    1,06    1,55        1,52

Lampiran 32. Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun tanaman 6 MST

SK    Db    JK    KT    F hitung    5%    Keterangan
Blok    2    1,18    0,59    3,36    6,94    TN
Perlakuan    2    0,41    0,21    1,17    6,94    TN
Galat    4    0,70    0,18           
Total    8    2,29               
FK    20,6861                   
KK    27,61%                   


























Lampiran 31. Data Bobot Basah Tajuk Tanaman Jagung 

Perlakuan    Ulangan    Total    Rataan
    I    II    III       
Kontrol    28,10    18,00    28,04    74,14    24,71
1/2 Dosis    27,18    68,00    75,00    170,18    56,73
Dosis Penuh    24,80    78,00    83,00    185,80    61,93
Total    80,08    164,00    186,04    430,12   
Rataan    26,69    54,67    62,01        47,79

Lampiran 32. Tabel Sidik Ragam bobot Basah Tajuk tanaman 

SK    Db    JK    KT    F hitung    5%    Keterangan
Blok    2    2083,98    1041,99    2,98    6,94    TN
Perlakuan    2    2437,29    1218,65    3,49    6,94    TN
Galat    4    1398,46    349,61           
Total    8    5919,73               
FK    20555,9                   
KK    39,12%                   



























Lampiran 31. Data Bobot Basah Akar Tanaman Jagung

Perlakuan    Ulangan    Total    Rataan
    I    II    III       
Kontrol    16,88    17,00    9,94    43,82    14,61
1/2 Dosis    12,98    24,00    23,80    60,78    20,26
Dosis Penuh    14,30    24,00    29,00    67,30    22,43
Total    44,16    65,00    62,74    171,90   
Rataan    14,72    21,67    20,91        19,10

Lampiran 32. Tabel Sidik Ragam bobot Basah Akar tanaman 

SK    Db    JK    KT    F hitung    5%    Keterangan
Blok    2    87,18    43,59    1,28    6,94    TN
Perlakuan    2    97,94    48,97    1,43    6,94    TN
Galat    4    136,74    34,18           
Total    8    321,86               
FK    3283,29                   
KK    30,61%                   



























Lampiran 33. Data Bobot Kering Tajuk Tanaman Jagung

Perlakuan    Ulangan    Total    Rataan
    I    II    III       
Kontrol    19,24    6,00    6,28    31,52    10,51
1/2 Dosis    23,04    27,30    36,22    86,56    28,85
Dosis Penuh    19,80    37,70    39,60    97,10    32,37
Total    62,08    71,00    82,10    215,18   
Rataan    20,69    23,67    27,37        23,91

Lampiran 34. Tabel Sidik Ragam Tajuk  Tanaman Jagung

SK    Db    JK    KT    F hitung    5%    Keterangan
Blok    2    67,06    33,53    0,36    6,94    TN
Perlakuan    2    826,80    413,40    4,39    6,94    TN
Galat    4    376,54    94,14           
Total    8    1270,41               
FK    5144,71                   
KK    40,58%                   


























Lampiran 35. Data Bobot Kering Akar Tanaman Jagung

Perlakuan    Ulangan    Total    Rataan
    I    II    III       
Kontrol    11,32    4,00    3,74    19,06    6,35
1/2 Dosis    10,86    6,80    7,50    25,16    8,39
Dosis Penuh    11,80    5,10    6,90    23,80    7,93
Total    33,98    15,90    18,14    68,02   
Rataan    11,33    5,30    6,05        7,56

Lampiran 36. Data Bobot Kering Akar Tanaman Jagung

SK    Db    JK    KT    F hitung    5%    Keterangan
Blok    2    64,76    32,38    22,54    6,94    *
Perlakuan    2    6,84    3,42    2,38    6,94    TN
Galat    4    5,75    1,44           
Total    8    77,34               
FK    514,08                   
KK    15,86%                   



























Lampiran 37. Data Total Luas Daun Tanaman Jagung

Perlakuan    Ulangan    Total    Rataan
    I    II    III       
Kontrol    12,80    13,20    11,70    37,70    12,57
1/2 Dosis    13,40    13,40    10,73    37,53    12,51
Dosis Penuh    11,20    11,00    12,37    34,57    11,52
Total    37,40    37,60    34,80    109,80   
Rataan    12,47    12,53    11,60        12,20

Lampiran 38. Tabel Sidik Ragam Total Luas Daun Tanaman

SK    Db    JK    KT    F hitung    5%    Keterangan
Blok    2    1,63    0,81    0,60    6,94    TN
Perlakuan    2    2,07    1,04    0,77    6,94    TN
Galat    4    5,41    1,35           
Total    8    9,11               
FK    1339,55                   
KK    9,53%                   



























Lampiran 39. Data Laju Pertumbuhan Relatif 4 dan 6 MST
Perlakuan    Ulangan    Total    Rataan
    I    II    III       
Kontrol    0,57    14,00    13,00    27,57    9,19
1/2 Dosis    0,39    11,00    9,00    20,39    6,80
Dosis Penuh    0,69    12,00    9,00    21,69    7,23
Total    1,65    37,00    31,00    69,65   
Rataan    0,55    12,33    10,33        7,74

Lampiran 40. Tabel Sidik Ragam Laju Pertumbuhan Relatif 4 dan 6 MST
SK    Db    JK    KT    F hitung    5%    Keterangan
Blok    2    238,56    119,28    84,87    6,94    *
Perlakuan    2    9,76    4,88    3,47    6,94    TN
Galat    4    5,62    1,41           
Total    8    253,94               

FK    539,014                   

Lampiran 41. Data Laju Pertumbuhan Relatif 6 dan 8 MST
Perlakuan    Ulangan    Total    Rataan
    I    II    III       
Kontrol    0,61    13,00    12,00    25,61    8,54
1/2 Dosis    0,10    16,00    11,00    27,10    9,03
Dosis Penuh    0,69    12,00    12,00    24,69    8,23
Total    1,40    41,00    35,00    77,40   
Rataan    0,47    13,67    11,67        8,60

Lampiran 42.  Tabel Sidik Ragam Laju Pertumbuhan Relatif 6 dan 8 MST
SK    Db    JK    KT    F hitung    5%    Keterangan
Blok    2    303,68    151,84    71,02    6,94    *
Perlakuan    2    0,99    0,49    0,23    6,94    TN
Galat    4    8,55    2,14           
Total    8    313,22               
FK    665,64                   



Lampiran 43. Data Laju Asimilasi Bersih 4 dan 6 MST
Perlakuan    Ulangan    Total    Rataan
    I    II    III       
Kontrol    0,15    14,00    13,00    27,15    9,05
1/2 Dosis    0,08    11,00    9,00    20,08    6,69
Dosis Penuh    0,24    12,00    9,00    21,24    7,08
Total    0,47    37,00    31,00    68,47   
Rataan    0,16    12,33    10,33        7,61


Lampiran 44. Tabel Sidik Ragam Laju Asimilasi Bersih 4 dan 6 MST

SK    Db    JK    KT    F hitung    5%    Keterangan
Blok    2    255,84    127,92    88,80    6,94    *
Perlakuan    2    9,58    4,79    3,33    6,94    TN
Galat    4    5,76    1,44           
Total    8    271,18               
FK    520,905                   

Lampiran 43. Data Laju Asimilasi Bersih 6 dan 8 MST
Perlakuan    Ulangan    Total    Rataan
    I    II    III       
Kontrol    0,07    13,00    12,00    25,07    8,36
1/2 Dosis    0,02    16,00    11,00    27,02    9,01
Dosis Penuh    0,02    12,00    12,00    24,02    8,01
Total    0,11    41,00    35,00    76,11   
Rataan    0,04    13,67    11,67        8,46


Lampiran 44. Tabel Sidik Ragam Laju Asimilasi Bersih 6 dan 8 MST
SK    Db    JK    KT    F hitung    5%    Keterangan
Blok    2    325,05    162,53    83,45    6,94    *
Perlakuan    2    1,55    0,77    0,40    6,94    TN
Galat    4    7,79    1,95           
Total    8    334,37               
FK    643,537                   


Lampiran 45. Data Rasio Tanaman Jagung
Perlakuan    Ulangan    Total    Rataan
    I    II    III       
Kontrol    1,69    1,59    1,92    5,20    1,73
1/2 Dosis    2,25    4,25    3,65    10,15    3,38
Dosis Penuh    2,14    7,01    2,99    12,14    4,05
Total    6,08    12,85    8,56    27,49   
Rataan    2,03    4,28    2,85        3,05

Lampiran 46. Tabel Sidik Ragam Rasio Tanama Jagung 4 dan 6 MST
SK    Db    JK    KT    F hitung    5%    Keterangan
Blok    2    13,40    6,70    2,18    6,94    TN
Perlakuan    2    23,25    11,63    3,78    6,94    TN
Galat    4    12,31    3,08           
Total    8    48,96               
FK     125,34                   
KK    47,01%                   


























Lampiran 47. Denah Jarak Tanam
 












Lampiran 48. Deskripsi Jagung Varietas Pioneer
Tanggal dilepas : 20 Mei 1985
Asal : F1 dari three way cross antara X 076 dan M 6181. Z 076 adalah
single cross antara galur tropical inbreed, M 6181 adalah tropical
inbreed dari Pioneer Overseas Corp, Filipina
Umur : 50% keluar rambut : + 62 hari
Panen : + 100 hari
Batang : Tegap dan tingginya sedang (+ 150 cm)
Warna daun : Hijau tua
Perakaran : Baik
Kerebahan : Cukup tahan
Tongkol : Besar, silindris, dan cukup seragam
Tipe biji : Setengah mutiara (semi flint)
Warna : Kuning kemerahan dan merata
Baris biji : Cukup lurus dan rapat
Jumlah baris/tongkol : 12 - 16 baris
Bobot 1000 biji : + 290 g
Rata-rata hasil : 5,6 t/ha pipilan kering
Ketahanan : Cukup tahan terhadap penyakit karat, tahan penyakit bulai strain
Filipina (Peronosclerospora philippinassis Weston)
Keterangan : Baik ditanam untuk dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl.




Lampiran 49. Foto Lahan
 

No comments:

Post a Comment