PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanfaatan tanaman sebagai obat
sudah seumur dengan peradaban manusia. Tumbuhan adalah gudang bahan kimia yang
memiliki sejuta manfaat termasuk untuk obat berbagai penyakit. Kemampuan
meracik tumbuhan berkhasiat obat dan jamu merupakan warisan turun temurun dan
mengakar kuat di masyarakat. Tumbuhan yang merupakan bahan baku obat tradisonal
tersebut tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia (Wahyono dan Susanti,
2009).
Di hutan tropis Indonesia terdapat
30.000 spesies tumbuhan. Dari jumlah tersebut sekitar 9.600 spesies
diketahui berkhasiat obat, tetapi baru 200 spesies yang telah dimanfaatkan
sebagai bahan baku pada industri obat tradisional. Peluang pengembangan
budidaya tanaman obat-obatan masih sangat terbuka luas sejalan dengan semakin
berkembangnya industri jamu, obat herbal,
fitofarmaka dan kosmetika tradisional (Indrayana, 2011).
Jahe
merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe berasal dari
Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu kedua bangsa
ini disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe terutama
sebagai bahan minuman, bumbu masak dan obat-obatan tradisional. Jahe termasuk
dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), se-famili dengan temu-temuan lainnya
seperti temu lawak (Cucuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa),
kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas
galanga) dan lain-lain
(Prihatman, 2000).
Lingkungan tumbuh tanaman jahe mempengaruhi produktivitas
dan mutu rimpang/umbi, karena pembentukan rimpang ditentukan terutama oleh
kandungan air, oksigen tanah dan intensitas cahaya. Tipe iklim (curah hujan),
tinggi tempat dan jenis tanah merupakan faktor-faktor yang perlu diperhatikan
dalam memilih daerah/lahan yang cocok untuk menanam jahe
(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan,2008).
Jahe merupakan salah satu jenis
tumbuhan temu-temuan dari famili Zingiberceae. Tanaman ini sudah sejak lama
dikenal masyarakat karena kegunaannya yang begitu luas sebagai rempah-rempah
dan obat-obatan tradisional. Derah asal tempat tumbuh jahe tidak diketahui
dengan pasti namun para ahli berpendapat bahwa tanaman ini berasal dari Asia
Tenggara, tersebar dari India hingga Cina dan terdapat pula tumbuh di kepulauan
Indonesia dan di daerah tropik lainnya. Ada juga yang berpendapat bahwa tanaman
jahe berasal dari daerah Indian di Amerika Selatan, Bangsa Cina dan India pula
yang pertama kali mengetahui manfaat dari jahe ini (Iskandar dan Ismanto,
1996).
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah
untuk mengetahui pemupukan kalium terhadap peningkatan
produksi tanaman jahe (Zingiber officinale).
Kegunaan Penulisan
Adapun tujuan penulisan adalah sebagai salah satu syarat
untuk dapat mengikuti praktikum di Laboratorium Budidaya Tanaman Obat dan Rempah,
Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera utara,
Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Berdasarkan (Hapsoh dan Hasanah, 2011). sistematika tanaman jahe, diuraikan sebagai
berikut; Divisio : Spermatophyta ; Subdivisio : Angiospermae ; Class : Monocotyledoneae; Ordo : Zingiberales; Familia : Zingiberaceae ; Genus : Zingiber; Species : Zingiber officinale Roxb
Tanaman jahe adalah tumbuh berumpun.
Batang semu, tidak bercabang, berbentuk bulat, tegak, tersusun dari lembaran
pelepah daun, berwarna hijau pucat dengan warna pangkal batang kemerahan,
tinggi dapat mencapai 1 m
(Hapsoh dan Hasanah, 2013).
Daun tunggal, terdiri dari upih dan
helaian daun, upih daun melekat dan membungkus batang, helaian daun tumbuh
berselang-seling, helaian daun tipis berbentuk lanset, berwarna hijau gelap,
tulang daun sangat jelas tersusun sejajar, ujung daun meruncng, dan bagian
pangkal membulat (Hapsoh dan
Hasanah, 2013).
Bunga majemuk, terdiri atas kumpulan bunga
yang berbentuk kerucut kecil, warna kelopak putih kekuningan (Hapsoh dan
Hasanah, 2013).
Buah berbentuk bulat panjang seperti
kapsul dengan 3 ruang biji, masing-masing memiliki 7 bakal biji. Biji kecil,
warna hitam, berselaput
(Hapsoh dan Hasanah, 2013).
Rimpang bercabang, kulit berbentuk sisik
tersusun melingkar dan berbuku-buku, warna kuning cokelat sampai merah
tergantung jenisnya, daging berwarna kuning cerah, berserat, aromatik dan
merupakan perubahan bentuk dari batang yang terdapat di dalam tanah. Rimpang
jahe mempunyai bau yang sangat spesifik (Hapsoh dan Hasanah, 2013).
Syarat Tumbuh
Iklim
Jahe terutama dibudidayakan di
daerah tropika dengan ketinggian tempat antara 0 – 1.700 m dpl. Tanaman jahe
memerlukan suhu tinggi serta curah hujan yang cukup selama pertumbuhannya. Suhu
tanah yang diinginkan antara 25-30°C. curah hujan yang dibutuhkan 2.500-4.000
mm dalam setahun.
Tanah
Untuk mendapatkan hasil yang baik, tanah harus dalam
keadaan remah dan ringan sehingga member kesempatan akar tersebut berkembang
dengan normal. Tanaman ini tidak tahan genangan air sehingga drainasenya harus
selalu diperhatikan (Hapsoh dan Hasanah, 2013).
Tanaman jahe merah mampu tumbuh di tanah
masam pada pH 5-6. Tanaman jahe merah jumlah tanaman per rumpun terbanyak
terdapat di tanah masam pH 5 yaitu 3-4 batang (Hapsoh dan Hasanah, 2013).
PEMUPUKAN KALIUM TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI
TANAMAN JAHE (Zingiber
officinale)
Pemupukan
Masalah utama yang menjadi perhatian dalam hal cara pemupukan adalah
keefisienan dari tanaman menyerap pupuk yang diberikan. Maksud dari keefisienan
disini adalah banyaknya produksi yang dapat diperoleh dari pemberian tiap 1 kg
unsur hara dari pupuk. Pupuk yang diberikan itu dapat dipergunakan tanaman itu
atau tanaman lain pada musim pertanaman berikutnya (Damanik, dkk., 2011).
Cara sebar merata (Broadcast) adalah
dengan menyebarkan pupuk di permukaan tanah secara merata dengan menggunakan
tangan atau alat penabur pupuk. Penyebaran pupuk dilakukan sebelum bertanam.
Setelah pupuk disebar di permukaan tanah diusahakan supaya pupuk masuk ke dalam
tanah dengan jalan mengolah tanah dengan pembajakan. Hal ini bertujuan supaya
taraf kesuburan tanah merata pada semua lapisan tanah. Pembenaman ini juga
bertujuan mencegah kehilangan pupuk N-Amonia atau urea yang bersifat dapat
menguap, terutama pada tanah yang bereaksi alkali (Damanik, dkk., 2011).
Metode atau cara pemberian pupuk
yang efektif harus juga mempertimbangkan apakah cara itu mudah dilakukan. Hal
ini menyangkut hal ketersediaan tenaga kerja dan perhitungan ekonomis, namun
demikian cara tersebut harus mempertimbangkan kedua syarat di atas. Salah satu
prinsip yang harus diingat dalam hal penempatan pupuk adalah tempatkanlah pupuk
itu dimana zona perakaran yang paling aktif menyerap unsur hara (Damanik, dkk., 2011).
Pupuk Kalium
Sumber utama hara kalium di dalam tanah adalah berasal dari kerak bumi.
Sebagai unsur, kalium tidak dapat berdiri sendiri, tetapi selalu terdapat
sebagai persenyawaan di berbagai batuan, mineral, dan larutan garam. Kadar kalium dari kerak bumi diperkirakan
lebih kurang 3.11% K2O sedangkan air laut mengandung sekitar 0.04% K2O
(Damanik, dkk., 2011)
Unsur kalium mempunyai fungsi
penting dalam proses fisiologi tanaman, walaupun fungsi dan mekanisme yang
jelas belum diketahui. Kalium berperan dalam proses metabolis dan mempunyai
pengaruh khusus dalam absorpsi hara, pengaturan pernapasan, transpirasi, kerja
enzim dan berfungsi sebagai translokassi karbohidrat. Tetapi perlu diingat
bahwa kalium tidak terlibat sebagai komponen penyusun, hanya tinggal sebagai
bentuk anorganik (Hakim, dkk., 1986).
Kalium mempunyai pengaruh sebagai
penyeimbang keadaan bila tanaman kelebihan nitrogen. Unsur ini meningkatkan
sintesis dan translokasi karbohidrat, sehingga meningkatkan ketebalan dinding
sel dan kekuatan batang. Kalium juga meningkatkan kandungan gula pada tanaman
bit dan tebu (Foth, 1994).
Kebutuhan tanaman akan kalium
cukup tinggi dan pengaruhnya banyak hubungannya dengan pertumbuhan tanaman yang
jagur dan sehat. Kalium berperanan meningkatkan resistensi terhadap penyakit
tertentu, dan meningkatkan pertumbuhan perakaran. Kalium cenderung menghalangi
kerebahan tanaman dan melawan efek buruk akibat pemberian nitrogen yang
berlebihan, dan berpengaruh mencegah kematangan yang dipercepat oleh hara
fosfor. Secara umum kalium berfungsi menjaga keseimbangan, baik pada nitrogen
maupun pada fosfor (Damanik, dkk.,
2011).
Produksi Tanaman Jahe (Zingiber officinale)
Jahe merupakan salah satu tanaman obat dengan
klaim khasiat paling banyak, lebih dari 40 produk menggunakan jahe sebagai
bahan baku, sehingga jahe merupakan salah satu tanaman yang dibutuhkan dalam
jumlah besar untuk IKOT (Industri Kecil Obat Tradisional) maupun IOT (Industri
Obat Tradisional). Hasil survei Balittro di beberapa IKOT dan IOT di tujuh
provinsi utama pengembangan industri obat tradisional, volume kebutuhan jahe
untuk industri mencapai lebih dari 47.000 ton tiap tahun (Badan
Penelitian Tanaman Aromatik, 2008).
KESIMPULAN
1. Jahe merupakan tanaman obat
berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe berasal dari Asia Pasifik yang
tersebar dari India sampai Cina.
2. Masalah utama yang menjadi perhatian dalam
hal cara pemupukan adalah keefisienan dari tanaman menyerap pupuk yang
diberikan.
3. Sumber utama hara kalium di dalam tanah
adalah berasal dari kerak bumi. Kadar kalium dari
kerak bumi diperkirakan lebih kurang 3.11% K2O sedangkan air laut
mengandung sekitar 0.04% K2O.
4. Hasil survei Balittro di
beberapa IKOT dan IOT di tujuh provinsi utama pengembangan industri obat
tradisional, volume kebutuhan jahe untuk industri mencapai lebih dari 47.000
ton tiap tahun
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian
Tanaman Aromatik, 2008. Tanaman Aromatik dan Tanaman Obatan, IPB Press, Bogor
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan, 2008.
Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta
Damanik, M.M.B., B.E. Hasibuan,
Fauzi, Sarifuddin, dan H, Hanum. 2011. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU-Press,
Medan.
Foth, H.D. 1994. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Terjemahan Soenartono Adisoemarto. Erlangga, Jakarta.
Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A.
M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R. Saul, M. A.Diha, G. B. Hong, H. H. Bailey. 1986. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung Press. Lampung.
Hapsoh dan Y. Hasanah. 2011. Budidaya Tanaman
Obat dan Rempah. Universitas Sumatera Utara Press., Medan.
Hasibuan, B. E. 2006. Ilmu
Tanah. USU-Press, Medan.
Indrayana, R. 2008. Efek Antioksidan Ekstrak
Etanol 70% Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum [L.] Walp.) Pada Serum Darah Tikus
Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karbon Tetraklorida (Ccl4). Karya Tulis
Ilmiah. Program. Sarjana Fakultas Kedokteran, Semarang.
Iskandar, I dan A. Ismanto.
Budidaya Tumbuhan Obat Jahe Sebagai Bahan Baku Industri, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan, Bogor.
Pidrayanti, L.T.M.U., 2008. Pengaruh
Pemberian Ekstrak Daun Sirih (P. betle) Terhadap Kadar Ldl
Kolesterol Serum Tikus Jantan Galur Wistar Hiperlipidemia. Karya
Tulis Ilmiah. Program. Sarjana Fakultas Kedokteran. Semarang
Prihatman, K. 2000. Budidaya Jahe.
Sistim Informasi Manajemen
Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS, Jakarta
Suharti, S., A. Bonawati., W.
Hermana., K.G. Wiryawan 2008. Komposisi dan Kandungan Kolesterol Karkas Ayam
Broiler Diare yang. Diberi Tepung Daun Sirih (Piper betle L). Dalam Ransum Carcass Composition and Cholesterol
Content of Broiler Chicken Suffered from Diarrhea and Fed Bay Leaf Meal (Syzygium
polyanthum L). Media Peternakan, 31(2):138-145
Wahyono, D dan Susanti. 2009. Aktivitas
Hipoglikemik Ekstrak Etanolik Daun Sirih (Piper betle (L) Dan Pengaruhnya Terhadap Stimulasi Parasimpatik
Pada Kelinci Jantan Yang Dibebani Glukosa. Laboratorium Farmakologi dan Farmasi Klinik,
Fak. Farmasi UGM
No comments:
Post a Comment