Tuesday, December 2, 2014

PEMUPUKAN KALIUM TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI TANAMAN JAHE (Zingiber officinale)

PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Pemanfaatan tanaman sebagai obat sudah seumur dengan peradaban manusia. Tumbuhan adalah gudang bahan kimia yang memiliki sejuta manfaat termasuk untuk obat berbagai penyakit. Kemampuan meracik tumbuhan berkhasiat obat dan jamu merupakan warisan turun temurun dan mengakar kuat di masyarakat. Tumbuhan yang merupakan bahan baku obat tradisonal tersebut tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia (Wahyono dan Susanti, 2009).  
Di hutan tropis Indonesia terdapat  30.000 spesies tumbuhan. Dari jumlah tersebut sekitar 9.600 spesies diketahui berkhasiat obat, tetapi baru 200 spesies yang telah dimanfaatkan sebagai bahan baku pada industri obat tradisional. Peluang pengembangan budidaya tanaman obat-obatan masih sangat terbuka luas sejalan dengan semakin berkembangnya industri jamu, obat herbal,  fitofarmaka dan kosmetika tradisional (Indrayana, 2011).
Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu kedua bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan obat-obatan tradisional. Jahe termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), se-famili dengan temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Cucuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galanga) dan lain-lain                       (Prihatman, 2000).
            Lingkungan tumbuh tanaman jahe mempengaruhi produktivitas dan mutu rimpang/umbi, karena pembentukan rimpang ditentukan terutama oleh kandungan air, oksigen tanah dan intensitas cahaya. Tipe iklim (curah hujan), tinggi tempat dan jenis tanah merupakan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih daerah/lahan yang cocok untuk menanam jahe                                                 (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan,2008).
            Jahe merupakan salah satu jenis tumbuhan temu-temuan dari famili Zingiberceae. Tanaman ini sudah sejak lama dikenal masyarakat karena kegunaannya yang begitu luas sebagai rempah-rempah dan obat-obatan tradisional. Derah asal tempat tumbuh jahe tidak diketahui dengan pasti namun para ahli berpendapat bahwa tanaman ini berasal dari Asia Tenggara, tersebar dari India hingga Cina dan terdapat pula tumbuh di kepulauan Indonesia dan di daerah tropik lainnya. Ada juga yang berpendapat bahwa tanaman jahe berasal dari daerah Indian di Amerika Selatan, Bangsa Cina dan India pula yang pertama kali mengetahui manfaat dari jahe ini (Iskandar dan Ismanto, 1996).
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui pemupukan kalium terhadap peningkatan produksi tanaman jahe (Zingiber officinale).
Kegunaan Penulisan
Adapun tujuan penulisan adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikum di Laboratorium Budidaya Tanaman Obat dan Rempah, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Berdasarkan (Hapsoh dan Hasanah, 2011).  sistematika tanaman jahe, diuraikan sebagai berikut;  Divisio : Spermatophyta ; Subdivisio : Angiospermae ; Class : Monocotyledoneae; Ordo : Zingiberales;  Familia  : Zingiberaceae ;                        Genus : Zingiber; Species : Zingiber officinale Roxb
Tanaman jahe adalah tumbuh berumpun. Batang semu, tidak bercabang, berbentuk bulat, tegak, tersusun dari lembaran pelepah daun, berwarna hijau pucat dengan warna pangkal batang kemerahan, tinggi dapat mencapai 1 m           (Hapsoh dan Hasanah, 2013).
Daun tunggal, terdiri dari upih dan helaian daun, upih daun melekat dan membungkus batang, helaian daun tumbuh berselang-seling, helaian daun tipis berbentuk lanset, berwarna hijau gelap, tulang daun sangat jelas tersusun sejajar, ujung daun meruncng, dan bagian pangkal membulat                                   (Hapsoh dan Hasanah, 2013).
Bunga majemuk, terdiri atas kumpulan bunga yang berbentuk kerucut kecil, warna kelopak putih kekuningan (Hapsoh dan Hasanah, 2013).
Buah berbentuk bulat panjang seperti kapsul dengan 3 ruang biji, masing-masing memiliki 7 bakal biji. Biji kecil, warna hitam, berselaput                  (Hapsoh dan Hasanah, 2013).
Rimpang bercabang, kulit berbentuk sisik tersusun melingkar dan berbuku-buku, warna kuning cokelat sampai merah tergantung jenisnya, daging berwarna kuning cerah, berserat, aromatik dan merupakan perubahan bentuk dari batang yang terdapat di dalam tanah. Rimpang jahe mempunyai bau yang sangat spesifik (Hapsoh dan Hasanah, 2013).
Syarat Tumbuh
Iklim
            Jahe terutama dibudidayakan di daerah tropika dengan ketinggian tempat antara 0 – 1.700 m dpl. Tanaman jahe memerlukan suhu tinggi serta curah hujan yang cukup selama pertumbuhannya. Suhu tanah yang diinginkan antara 25-30°C. curah hujan yang dibutuhkan 2.500-4.000 mm dalam setahun.
Tanah
Untuk mendapatkan hasil yang baik, tanah harus dalam keadaan remah dan ringan sehingga member kesempatan akar tersebut berkembang dengan normal. Tanaman ini tidak tahan genangan air sehingga drainasenya harus selalu diperhatikan (Hapsoh dan Hasanah, 2013).
Tanaman jahe merah mampu tumbuh di tanah masam pada pH 5-6. Tanaman jahe merah jumlah tanaman per rumpun terbanyak terdapat di tanah masam pH 5 yaitu 3-4 batang (Hapsoh dan Hasanah, 2013).
PEMUPUKAN KALIUM TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI
TANAMAN JAHE (Zingiber officinale)

Pemupukan
Masalah utama yang menjadi perhatian dalam hal cara pemupukan adalah keefisienan dari tanaman menyerap pupuk yang diberikan. Maksud dari keefisienan disini adalah banyaknya produksi yang dapat diperoleh dari pemberian tiap 1 kg unsur hara dari pupuk. Pupuk yang diberikan itu dapat dipergunakan tanaman itu atau tanaman lain pada musim pertanaman berikutnya (Damanik, dkk., 2011).
            Cara sebar merata (Broadcast) adalah dengan menyebarkan pupuk di permukaan tanah secara merata dengan menggunakan tangan atau alat penabur pupuk. Penyebaran pupuk dilakukan sebelum bertanam. Setelah pupuk disebar di permukaan tanah diusahakan supaya pupuk masuk ke dalam tanah dengan jalan mengolah tanah dengan pembajakan. Hal ini bertujuan supaya taraf kesuburan tanah merata pada semua lapisan tanah. Pembenaman ini juga bertujuan mencegah kehilangan pupuk N-Amonia atau urea yang bersifat dapat menguap, terutama pada tanah yang bereaksi alkali (Damanik, dkk., 2011).
            Metode atau cara pemberian pupuk yang efektif harus juga mempertimbangkan apakah cara itu mudah dilakukan. Hal ini menyangkut hal ketersediaan tenaga kerja dan perhitungan ekonomis, namun demikian cara tersebut harus mempertimbangkan kedua syarat di atas. Salah satu prinsip yang harus diingat dalam hal penempatan pupuk adalah tempatkanlah pupuk itu dimana zona perakaran yang paling aktif menyerap unsur hara (Damanik, dkk., 2011).
Pupuk Kalium
Sumber utama hara kalium di dalam tanah adalah berasal dari kerak bumi. Sebagai unsur, kalium tidak dapat berdiri sendiri, tetapi selalu terdapat sebagai persenyawaan di berbagai batuan, mineral, dan larutan garam.  Kadar kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih kurang 3.11% K2O sedangkan air laut mengandung sekitar 0.04% K2O (Damanik, dkk., 2011)
Unsur kalium mempunyai fungsi penting dalam proses fisiologi tanaman, walaupun fungsi dan mekanisme yang jelas belum diketahui. Kalium berperan dalam proses metabolis dan mempunyai pengaruh khusus dalam absorpsi hara, pengaturan pernapasan, transpirasi, kerja enzim dan berfungsi sebagai translokassi karbohidrat. Tetapi perlu diingat bahwa kalium tidak terlibat sebagai komponen penyusun, hanya tinggal sebagai bentuk anorganik (Hakim, dkk., 1986).
Kalium mempunyai pengaruh sebagai penyeimbang keadaan bila tanaman kelebihan nitrogen. Unsur ini meningkatkan sintesis dan translokasi karbohidrat, sehingga meningkatkan ketebalan dinding sel dan kekuatan batang. Kalium juga meningkatkan kandungan gula pada tanaman bit dan tebu (Foth, 1994).
Kebutuhan tanaman akan kalium cukup tinggi dan pengaruhnya banyak hubungannya dengan pertumbuhan tanaman yang jagur dan sehat. Kalium berperanan meningkatkan resistensi terhadap penyakit tertentu, dan meningkatkan pertumbuhan perakaran. Kalium cenderung menghalangi kerebahan tanaman dan melawan efek buruk akibat pemberian nitrogen yang berlebihan, dan berpengaruh mencegah kematangan yang dipercepat oleh hara fosfor. Secara umum kalium berfungsi menjaga keseimbangan, baik pada nitrogen maupun pada fosfor (Damanik, dkk., 2011).
Produksi Tanaman Jahe (Zingiber officinale)
Jahe merupakan salah satu tanaman obat dengan klaim khasiat paling banyak, lebih dari 40 produk menggunakan jahe sebagai bahan baku, sehingga jahe merupakan salah satu tanaman yang dibutuhkan dalam jumlah besar untuk IKOT (Industri Kecil Obat Tradisional) maupun IOT (Industri Obat Tradisional). Hasil survei Balittro di beberapa IKOT dan IOT di tujuh provinsi utama pengembangan industri obat tradisional, volume kebutuhan jahe untuk industri mencapai lebih dari 47.000 ton tiap tahun                                                            (Badan Penelitian Tanaman Aromatik, 2008).
KESIMPULAN
1.    Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina.
2.    Masalah utama yang menjadi perhatian dalam hal cara pemupukan adalah keefisienan dari tanaman menyerap pupuk yang diberikan.
3.    Sumber utama hara kalium di dalam tanah adalah berasal dari kerak bumi. Kadar kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih kurang 3.11% K2O sedangkan air laut mengandung sekitar 0.04% K2O.
4.    Hasil survei Balittro di beberapa IKOT dan IOT di tujuh provinsi utama pengembangan industri obat tradisional, volume kebutuhan jahe untuk industri mencapai lebih dari 47.000 ton tiap tahun                                                           
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian Tanaman Aromatik, 2008. Tanaman Aromatik dan Tanaman Obatan, IPB Press, Bogor

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan, 2008. Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta

Damanik, M.M.B., B.E. Hasibuan, Fauzi, Sarifuddin, dan H, Hanum. 2011. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU-Press, Medan.

Foth, H.D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan Soenartono Adisoemarto. Erlangga, Jakarta.

Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R. Saul, M. A.Diha,   G. B. Hong, H. H. Bailey. 1986. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung Press. Lampung.

Hapsoh dan Y. Hasanah. 2011. Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. Universitas Sumatera Utara Press., Medan.

Hasibuan, B. E. 2006. Ilmu Tanah. USU-Press, Medan.
Indrayana, R. 2008. Efek Antioksidan Ekstrak Etanol 70% Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum [L.] Walp.) Pada Serum Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karbon Tetraklorida (Ccl4). Karya Tulis Ilmiah. Program. Sarjana Fakultas Kedokteran, Semarang.

Iskandar, I dan A. Ismanto. Budidaya Tumbuhan Obat Jahe Sebagai Bahan Baku Industri, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan, Bogor.

Pidrayanti, L.T.M.U., 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirih (P. betle) Terhadap Kadar Ldl Kolesterol Serum Tikus Jantan Galur Wistar Hiperlipidemia. Karya Tulis Ilmiah. Program. Sarjana Fakultas Kedokteran. Semarang

Prihatman, K. 2000. Budidaya Jahe.  Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS, Jakarta

Suharti, S., A. Bonawati., W. Hermana., K.G. Wiryawan 2008. Komposisi dan Kandungan Kolesterol Karkas Ayam Broiler Diare yang. Diberi Tepung Daun Sirih (Piper betle L). Dalam Ransum Carcass Composition and Cholesterol Content of Broiler Chicken Suffered from Diarrhea and Fed Bay Leaf Meal (Syzygium polyanthum L). Media Peternakan, 31(2):138-145

Wahyono, D dan Susanti. 2009. Aktivitas Hipoglikemik Ekstrak Etanolik Daun Sirih (Piper betle (L) Dan Pengaruhnya Terhadap Stimulasi Parasimpatik Pada Kelinci Jantan Yang Dibebani Glukosa. Laboratorium Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fak. Farmasi UGM


No comments:

Post a Comment