Tuesday, December 2, 2014

PEMUPUKAN POSFOR TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI TANAMAN CENGKEH (Syzigium aromaticum)



PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman obat adalah tanaman yang  mengandung bahan yang dapat digunakan sebagai pengobatan dan bahan aktifnya dapat digunakan sebagai bahan obat sintetik (WHO dalam  Sofowora, 1982). Di Indonesia, tanaman obat dimanfaatkan sebagai bahan jamu gendong, obat herbal, makanan penguat daya tahan tubuh,kosmetik dan bahan spa serta bahan baku industri makanan dan minuman.  Perkembangan industri berbahan baku  tanaman obat dalam 5 tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dan omzet produksinya selama kurun waktu tersebut meningkat sebesar 2,5 –30%/tahun.  Pada tahun 2000 nilai perdagangan tanaman obat di Indonesia mencapai Rp.1,5 trilyun rupiah setara dengan US $ 150 juta, masih jauh di bawah nilai perdagangan herbal dunia
yang mencapai US $ 20 milyar; US $ 8 milyar dikuasai oleh produk herbal dari China (Indrayana, 2008).
Untuk menunjang pertumbuhan bibit cengkeh yang berkualitas sangat dibutuhkan pemupukan, salah satunya karena bibit memiliki pertumbuhan yang sangat cepat dan membutuhkan banyak pupuk. Dalam pengaplikasian pupuk pada bibit cengkeh ternyata memiliki hambatan yang dihadapi. Penggunaan pupuk majemuk dapat dijadikan alternatif pemupukan pada pembibitan cengkeh. Selain praktis, pupuk majemuk juga telah mengandung unsur hara kompleks yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bibit (Gusniawati, 2012)
Cengkeh  adalah  tanaman  berupa  pohon  yang  tingginya  dapat  mencapai  25  m.  Tumbuhan  dari  family myrtacea  ini  tersebar  mulai  dari  Burma  sampai  dengan  pulau  Jawa.  Kandungan  kimia  daun  dan  kulit  batang cengkeh mengandung minyak atsiri, saponin dan flavonoid, disamping itu daunnya juga mengandung alkaloid dan polifenol,  sedangkan  kulit  batangnya  juga  mengandung  tannin.  Bagian  dari  tanaman   cengkeh  yang  biasa digunakan adalah daunnya (Indrayana, 2008).
            Tanaman cengkeh adalah tanaman rempah, dimana bagian utama tanaman cengkeh yang paling komersial adalah bunga cengkeh yang sebagian besar digunakan dalam industri rokok yaitu berkisar 80-90%. Sementara untuk daun cengkeh belum termanfaatkan secara maksimal dan masih dianggap limbah yang kurang berguna. Padahal daun cengkeh memiliki kandungan minyak atsiri 1-4%. Dengan kandungan tersebut memungkinkan untuk dilakukan penyulingan minyak yang terkandung didalamnya, sehingga l imbah tersebut memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Minyak atsiri sangat dibutuhkan dalam berbagai industri seperti industri parfum, kosmetik, farmasi/obat-obatan, industri, makanan dan minuman. Untuk makanan dan minuman minyak atsiri digunakan untuk flavour es krim, permen, dan pasta gigi. Sedangkan untuk farmasi dan kosmetik digunakan untuk balsam, sabun mandi, shampo, obat luka/memar, dan parfum                                 (Nuryoto dkk, 2011).
            Upaya mendapatkan bibit cengkeh yang berkualitas baik yaitu bibit yang mempunyai bentuk perakaran yang baik dan mempunyai perbandingan yang proporsional antara tajuk dan akar diperlukan rekayasa lingkungan tumbuh yang sesuai atau meningkatkan kemampuan tanaman dalam beradaptasi terhadap lingkungannya. Rekayasa lingkungan dapat dilakukan melalui pemupukan dan peningkatan kemampuan tanaman dalam beradaptasi terhadap lingkungan dapat diiakukan melalui pemberian NPK (Suherman, 2008).
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui pemupukan posfor terhadap peningkatan produksi tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum L.).
Kegunaan Penulisan
Adapun tujuan penulisan adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikum di Laboratorium Budidaya Tanaman Obat dan Rempah, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Hapsoh dan Hasanah (2011) tanaman cengkeh diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae; Divisio : Spermatophyta; Subdivisio : Angiospermae; Kelas : Dicotyledoneae; Ordo : Myrtales; Famili : Myrtaceae; Genus : Syzygium; Spesies : Syzygium aromaticum L.
Akar tanaman cengkeh merupakan perakaran yang dalam karena cengkeh adalah tanaman tahunan. Secara alami tanaman cengkeh memiliki akar tunggang sehingga tidak mudah rebah. Akar tanaman cengkeh berwarna coklat              (http://bebas.vlsm.org, 2013).
Cengkeh (Syzygium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki batang pohon besar dan berkayu keras, mampu bertahan hidup puluhan bahkan ratusan tahun, tingginya dapat mencapai 20-30 meter, serta cabang-cabangnya cukup lebat. Cabang-cabang dari tumbuhan cengkeh tersebut pada umumnya panjang dan dipenuhi oleh ranting-ranting kecil yang mudah patah. Mahkota atau juga lazim disebut tajuk pohon cengkeh berbentuk kerucut. (Hapsoh dan Hasanah, 2011).
Daun tanaman cengkeh merupakan daun tunggal, bulat telur, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan atas mengkilap, panjang 6-13,5 cm, lebar 2,5-5 cm, tangkai panjang 1-2 cm, masih muda merah setelah tua hijau (http://bebas.vlsm.org, 2013).
Bunga daun cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun dengan tangkai pendek serta bertandan. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah jika bunga sudah mekar. Cengkeh akan dipanen jika sudah mencapai panjang 1,5-2 cm. pada saat masih muda bunga cengkeh berwarna keungu-unguan, kemudian berubah menjadi kuning kehijau-hijauan dan berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua. Bunga cengkeh kering akan berwarna coklat kehitaman dan berasal pedas sebab mengandung minyak atsiri. Umumnya cengkeh pertama kali berbuah pada umur 4-7 tahun (Hapsoh dan Hasanah, 2011).
Buah tanaman cengkeh merupakan buah buni dengan bentuk bulat telur, dan panjang buah sekitar 2-2,5 cm. Buah tanaman cengkeh berwarna merah kehilaman. Biji tanaman cengkeh berukuran sangat kecil, mempunyai diameter sekitar 4 mm dengan warna coklat muda (http://bebas.vlsm.org, 2013).
Varietas-varietas unggul cengkeh yang ditanam antara lain:
1. Cengkeh Siputih: (1) helai daun besar dan berwarna kuning atau hijau muda, (2) cabang kurang rimbun, dan (3) bunga besar, warna kuning, dan berjumlah belasan per rumpun.
2. Cengkeh Sikotok: (1) helai daun kecil, warna hijau sampai hijau tua kehitam-hitaman, dan lebih mengkilap, (2) cabang rimbun dan rendah, semua ranting tertutup daun, dan (3) bunga kuning kemerahan, tiap rumpun 20-50 bunga.
3. Cengkeh Zanzibar: (1) bentuk daun panjang ramping dan berwarna hijau gelap, (2) bunga berwarna lebih merah dengan produksi tinggi, dan (3) merupakan jenis terbaik.
(Situmeang, 2008).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman cengkeh tumbuh baik pada daerah antara 200 LU – 200 LS. Suhu udara yang cocok untuk tanaman cengkeh adalah 21-35 0C dengan ketinggian ideal 200-300 m dpl. Tanaman cengkeh tumbuh dan berproduksi pada dataran rendah, sedangkan pada dataran tinggi pertumbuhan tanaman cengkeh lambat bahkan tidak berproduksi sama sekali. Tumbuhan cengkeh akan tumbuh dengan baik apabila cukup air dan mendapat sinar matahari langsung. Di Indonesia, cengkeh cocok ditanam baik di daerah dataran rendah dekat pantai maupun di pegunungan pada ketinggian 900 meter di atas permukaan laut                               (Hapsoh dan Hasanah, 2011).
Cengkeh menghendaki iklim yang panas dengan curah hujan cukup merata, karena tanaman ini tidak tahan kemarau panjang. Angin yang terlalu kencang dapat merusak tajuk tanaman. Untuk pertumbuhannya, curah hujan optimal bagi pertumbuhan tanaman cengkeh antara 1500-4500 mm/tahun. Cengkeh menghendaki sinar matahari minimal 8 jam per hari. Suhu yang optimal untuk tanaman ini adalah 22°C -30°C, dengan kelembaban udara antara 60 persen sampai 80 persen (Situmeang, 2008).
Tanah
Tanah yang sesuai untuk tanaman cengkeh adalah gembur, solum tanah tebal (minimal 1,5 meter) serta kedalaman air tanah lebih dari 3 meter dari permukaan tanah, jenis tanah yang sesuai adalah latosol, podsolik merah, mediteran dan andosol. Keasaman tanah (pH) optimum berkisar antara 5,5 – 6,5 (Jayanudin, 2011).
Tanaman cengkeh juga menghendaki tanah yang subur, gembur tidak berbatu, berdrainase baik, dan kedalaman air tanah pada musim hujan tidak lebih dangkal dari 3m dari permukaan tanah dan pada musim kemarau tidak lebih dari 8m (Situmeang, 2008).

PEMUPUKAN POSFOR TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI
TANAMAN CENGKEH (Syzygium aromaticum L.)

Pemupukan
Masalah utama yang menjadi perhatian dalam hal cara pemupukan adalah keefisienan dari tanaman menyerap pupuk yang diberikan. Maksud dari keefisienan disini adalah banyaknya produksi yang dapat diperoleh dari pemberian tiap 1 kg unsur hara dari pupuk. Pupuk yang diberikan itu dapat dipergunakan tanaman itu atau tanaman lain pada musim pertanaman berikutnya (Damanik, dkk., 2011).
            Cara sebar merata (Broadcast) adalah dengan menyebarkan pupuk di permukaan tanah secara merata dengan menggunakan tangan atau alat penabur pupuk. Penyebaran pupuk dilakukan sebelum bertanam. Setelah pupuk disebar di permukaan tanah diusahakan supaya pupuk masuk ke dalam tanah dengan jalan mengolah tanah dengan pembajakan. Hal ini bertujuan supaya taraf kesuburan tanah merata pada semua lapisan tanah. Pembenaman ini juga bertujuan mencegah kehilangan pupuk N-Amonia atau urea yang bersifat dapat menguap, terutama pada tanah yang bereaksi alkali (Damanik, dkk., 2011).
            Metode atau cara pemberian pupuk yang efektif harus juga mempertimbangkan apakah cara itu mudah dilakukan. Hal ini menyangkut hal ketersediaan tenaga kerja dan perhitungan ekonomis, namun demikian cara tersebut harus mempertimbangkan kedua syarat di atas. Salah satu prinsip yang harus diingat dalam hal penempatan pupuk adalah tempatkanlah pupuk itu dimana zona perakaran yang paling aktif menyerap unsur hara (Damanik, dkk., 2011).


Pupuk Posfor
Unsur hara fosfor merupakan komponen setiap sel hidup dan cenderung lebih ditemui pada biji dan titik tumbuh. Sebagian fosfor di dalam tanah umumnya tidak tersedia untuk tanaman, meskipun jumlah totalnya lebih besar daripada nitrogen. Pertambahan fosfor ke dalam tanah hanya bersumber dari defosit atau pelapukan batuan dan mineral yang mengandung fosfat, tidak seperti nitrogen yang pertambahannya dapat melalui pengikatan bio kimia. Oleh karena itu kandungan fosfor di dalam tanah hanya bersumber dan ditentukan oleh banyak sedikitnya cadangan mineral fosfor dan tingkat pelapukannya                  (Damanik, dkk., 2011).
Fosfor adalah penyusun fosfolid, nucleoprotein dan fitin, yang selanjunya akan menjadi banyak tersimpan di dalam biji. Fosfor sangat berperan aktif dalam mentransfer energi di dalam sel, baik sel tanaman maupun hewan, seterusnya juga berfungsi untuk mengubah karbohidrat, misalnya dalam perubahan tepung menjadi gula. Selanjutnya ia juga dapat meningkatkan efisiensi kerja chloroplast (Hakim, dkk., 1986).
Bentuk fosfat dominan yang tersedia bagi tanaman adalah H2PO4-. Keberadaan air penting untuk penyerapan fosfor dalam tanah. Pengaruh fosfor yang terlalu sedikit atau terlalu banyak pada pertumbuhan tanaman kurang menyolok dibandingkan dengan pengaruh nitrogen atau kalium. Tampaknya fosfor lebih mempercepat kedewasaan daripada sebagian besar hara lainnya, karena stimulasi yang berlebihan mendorong kedewasaan yang lebih awal      (Foth, 1994).
Pupuk fosfat buatan umumnya diklasifikasikan berdasarkan kelarutannya atas tiga golongan yaitu : (1) pupuk fosfat yang larut dalam air. Pupuk ini mempunyai fraksi yang mudah larut dalam air, dimana P2O5 nya mudah tersedia untuk tanaman. (2) pupuk yang larut dalam asam sitrat. Umumnya terdiri dari dikalsium fosfat. P2O5 nya mudah tersedia bagi tanaman. (3) pupuk fosfat yang tidak larut dalam asam sitrat. Fraksi ini terutama terdiri dari bentuk trikalsium fosfat dan dianggap tidak tersedia untuk tanaman (Hakim, dkk., 1986).
Produksi Tanaman Cengkeh (Syzigium aromaticum)
Laju permintaan produk berbasis tanaman obat terkait erat dengan tingkat penggunaan oleh masyarakat. Peningkatan penggunaan obat herbal  mempunyai dua dimensi korelatif, yaitu aspek medik terkait dengan penggunaannya yang sangat luas diseluruh dunia, dan aspek ekonomi yang terkait dengan nilai tambah dan peningkatan perekonomian masyarakat (Pribadi, 2009).
Indonesia merupakan negara produsen dan konsumen cengkeh terbesar di
dunia. Produksi cengkeh Indonesia selain  diekspor, juga diorientasikan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi cengkeh domestik khususnya pada industri rokok kretek, karena berdasarkan penggunaannya sebanyak 85 persen sampai 95 persen konsumsi cengkeh nasional digunakan untuk industri rokok kretek. Menurut Husodo (2006)  peningkatan jumlah impor tersebut dikarenakan terjadinya panen kecil di dalam negeri dan diduga impor tersebut merupakan cengkeh Indonesia yang di reekspor oleh negara pengimpor, karena selain Indonesia hanya sedikit produksi dan penggunaan cengkeh oleh negara lain (Studiawan, dkk, 2008).
Luas areal tersebut menjadi salah satu faktor penentu dalam hal produksi yang mampu dicapai. Perkebunan cengkeh  di Indonesia dikelola dalam tiga bentuk pengusahaan, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN), dan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Tanaman cengkeh merupakan tanaman rakyat, dimana 97 persen dari rata-rata total pemilikan perkebunan cengkeh dimiliki oleh rakyat.
Cengkeh memegang peranan penting dalam pembangunan perkebunan khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya karena kontribusinya yang nyata dalam penyediaan kebutuhan bahan baku terutama bagi industri rokok kretek, peningkatan pendapatan petani, peningkatan devisa negara, penyediaan kesempatan kerja ditingkat on farm, industri farmasi dan perdagangan serta sektor informal. Usaha budidaya tanaman cengkeh mayoritas dikelola oleh perkebunan rakyat. Data pada tahun 2010 menunjukkan bahwa dari total areal cengkeh 470.045 ha, seluas 461.406 ha (98.2%) dikelola oleh perkebunan rakyat. Sisanya seluas 8.638 ha (1.8%) dikelola oleh perkebunan besar negara dan swasta. Produksi cengkeh tahun 2010 sebesar 110.807 ton yang terdiri dari 108.866 ton (98.2%) perkebunan rakyat dan sisanya 1.940 ton (1.8 %) dari perkebunan besar negara dan swasta. Usaha budidaya cengkeh tersebut melibatkan petani sekitar 1.073.203 KK di tingkat on farm (Deptan, 2012).
Saat ini Indonesia merupakan negara penghasil cengkeh terbesar di dunia, hal ini selain dikarenakan cengkeh merupakan tanaman asli Indonesia, juga didukung oleh kondisi alam, iklim dan topografi yang mendukung dilakukannya agribisnis cengkeh di Indonesia. Indonesia masih tetap menempati posisi pertama di dunia untuk produksi cengkeh. Pada tahun 2004 produksi cengkeh Indonesia mencapai sebesar 73 837 ton, sedangkan produksi cengkeh dunia pada tahun yang sama mencapai sekitar 124.4 ribu ton. Tahun 2004 Indonesia memberikan kontribusi produksi cengkeh rata-rata sebesar 60 persen terhadap total produksi dunia, sedangkan untuk Asia, Indonesia memberikan kontribusi rata-rata sebesar 95 persen. Dua negara lain yang cukup potensial sebagai penghasil cengkeh adalah Madagaskar dan Zanzibar (Tanzania) yang seluruh produksinya mencapai berkisar antara 20 000-27 000 ton per tahun (Situmeang, 2008).
Bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan akan produk yang berasal dari cengkeh juga akan meningkat. Indonesia sarnpai sejauh ini mash mengadakan impor cengkeh, sehingga harga cengkeh dari petani menjadi murah. Padahal pada tahun 1996 Indonesia telah berhasil untuk tidak mengadakan impor cengkeh, sedangkan pada tahun 1999 angka impor cengkeh Indonesia mencapai puncaknya
yaitu sebesar 22,610 ton. Petani yang merasa rugi karena harga cengkeh yang anjlok, sehingga petani enggan memelihara dengan baik perkebunan yang dimilikinya. Kebutuhan cengkeh Indonesia pada tahun 2000 untuk pabrik rokok kretek telah mencapai 110,000 ton dan kebutuhan tersebut diperkirakan akan meningkat setiap tahunnya sekitar 3-4% (Suherman, 2008).

KESIMPULAN
1.    Untuk menunjang pertumbuhan bibit cengkeh yang berkualitas sangat dibutuhkan pemupukan, salah satunya karena bibit memiliki pertumbuhan yang sangat cepat dan membutuhkan banyak pupuk.
2.    Masalah utama yang menjadi perhatian dalam hal cara pemupukan adalah keefisienan dari tanaman menyerap pupuk yang diberikan.
3.    Unsur hara fosfor merupakan komponen setiap sel hidup dan cenderung lebih ditemui pada biji dan titik tumbuh.
4.    Indonesia merupakan negara produsen dan konsumen cengkeh terbesar di dunia.
5.    Tahun 2004 Indonesia memberikan kontribusi produksi cengkeh rata-rata sebesar 60 persen terhadap total produksi dunia, sedangkan untuk Asia, Indonesia memberikan kontribusi rata-rata sebesar 95 persen.

DAFTAR PUSTAKA

Damanik, M.M.B., B.E. Hasibuan, Fauzi, Sarifuddin, dan H, Hanum. 2011. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU-Press, Medan.

Foth, H.D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan Soenartono Adisoemarto. Erlangga, Jakarta.

Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R. Saul, M. A.Diha,   G. B. Hong, H. H. Bailey. 1986. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung Press. Lampung.

Hapsoh dan Y. Hasanah. 2011. Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. Universitas Sumatera Utara Press., Medan.

Indrayana, R. 2008. Efek Antioksidan Ekstrak Etanol 70% Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum [L.] Walp.) Pada Serum Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karbon Tetraklorida (Ccl4). Karya Tulis Ilmiah. Program. Sarjana Fakultas Kedokteran, Semarang.

Studiawan, H dan M. H. Santosa. 2005. Uji Aktivitas Penurun Kadar Glukosa Darah Ekstrak Daun Syzigium aromaticum Pada Mencit yang Diinduksi Aloksan. Media Kedokteran Hewan Vol. 21, No. 2, Mei 2005.


No comments:

Post a Comment