PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman obat adalah tanaman yang mengandung bahan yang dapat digunakan sebagai pengobatan dan bahan aktifnya dapat digunakan sebagai bahan obat sintetik (WHO dalam Sofowora, 1982). Di Indonesia, tanaman obat
dimanfaatkan sebagai bahan jamu gendong, obat
herbal, makanan penguat daya tahan tubuh,kosmetik dan bahan spa serta bahan
baku industri makanan dan minuman. Perkembangan industri
berbahan baku tanaman obat dalam 5
tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dan omzet produksinya selama kurun waktu tersebut meningkat sebesar 2,5 –30%/tahun. Pada tahun 2000 nilai perdagangan tanaman obat di Indonesia mencapai Rp.1,5 trilyun rupiah setara dengan US $ 150 juta, masih jauh di bawah nilai perdagangan herbal dunia
yang mencapai US
$ 20 milyar; US $ 8 milyar dikuasai oleh produk herbal dari China (Indrayana,
2008).
Untuk
menunjang pertumbuhan bibit cengkeh yang berkualitas sangat
dibutuhkan pemupukan, salah satunya karena bibit memiliki pertumbuhan yang
sangat cepat dan membutuhkan banyak pupuk. Dalam pengaplikasian pupuk pada
bibit cengkeh ternyata memiliki hambatan yang dihadapi. Penggunaan pupuk majemuk dapat dijadikan alternatif pemupukan
pada pembibitan cengkeh. Selain praktis, pupuk majemuk juga telah mengandung
unsur hara kompleks yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bibit (Gusniawati, 2012)
Cengkeh
adalah tanaman berupa
pohon yang tingginya
dapat mencapai 25 m. Tumbuhan
dari family myrtacea
ini
tersebar mulai dari
Burma sampai dengan
pulau Jawa. Kandungan
kimia daun dan
kulit batang cengkeh mengandung minyak atsiri, saponin dan flavonoid,
disamping itu daunnya juga mengandung alkaloid dan polifenol,
sedangkan kulit batangnya
juga mengandung tannin.
Bagian dari tanaman
cengkeh yang biasa digunakan
adalah daunnya (Indrayana, 2008).
Tanaman cengkeh adalah tanaman rempah, dimana bagian
utama tanaman cengkeh yang paling komersial adalah bunga cengkeh yang sebagian
besar digunakan dalam industri rokok yaitu berkisar 80-90%. Sementara untuk
daun cengkeh belum termanfaatkan secara maksimal dan masih dianggap limbah yang
kurang berguna. Padahal daun cengkeh memiliki kandungan minyak atsiri 1-4%.
Dengan kandungan tersebut memungkinkan untuk dilakukan penyulingan minyak yang
terkandung didalamnya, sehingga l imbah tersebut memiliki nilai ekonomis yang
tinggi. Minyak atsiri sangat dibutuhkan dalam berbagai industri seperti
industri parfum, kosmetik, farmasi/obat-obatan, industri, makanan dan minuman.
Untuk makanan dan minuman minyak atsiri digunakan untuk flavour es krim,
permen, dan pasta gigi. Sedangkan untuk farmasi dan kosmetik digunakan untuk
balsam, sabun mandi, shampo, obat luka/memar, dan parfum (Nuryoto dkk, 2011).
Upaya mendapatkan bibit cengkeh yang berkualitas baik
yaitu bibit yang mempunyai bentuk perakaran yang baik dan mempunyai
perbandingan yang proporsional antara tajuk dan akar diperlukan rekayasa
lingkungan tumbuh yang sesuai atau meningkatkan kemampuan tanaman dalam
beradaptasi terhadap lingkungannya. Rekayasa lingkungan dapat dilakukan melalui
pemupukan dan peningkatan kemampuan tanaman dalam beradaptasi terhadap
lingkungan dapat diiakukan melalui pemberian NPK (Suherman, 2008).
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah
untuk mengetahui pemupukan posfor terhadap peningkatan
produksi tanaman cengkeh (Syzygium
aromaticum L.).
Kegunaan Penulisan
Adapun tujuan penulisan adalah sebagai salah satu syarat
untuk dapat mengikuti praktikum di Laboratorium Budidaya Tanaman Obat dan Rempah,
Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera utara,
Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN
PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut
Hapsoh dan Hasanah (2011) tanaman cengkeh diklasifikasikan sebagai
berikut: Kingdom : Plantae; Divisio : Spermatophyta; Subdivisio : Angiospermae; Kelas : Dicotyledoneae; Ordo : Myrtales; Famili : Myrtaceae; Genus : Syzygium; Spesies : Syzygium
aromaticum L.
Akar
tanaman cengkeh merupakan perakaran yang dalam karena cengkeh adalah tanaman
tahunan. Secara alami tanaman cengkeh memiliki akar tunggang sehingga tidak
mudah rebah. Akar tanaman cengkeh berwarna coklat (http://bebas.vlsm.org, 2013).
Cengkeh
(Syzygium aromaticum) termasuk jenis
tumbuhan perdu yang dapat memiliki batang pohon besar dan berkayu keras, mampu bertahan hidup puluhan bahkan
ratusan tahun, tingginya dapat mencapai
20-30 meter, serta cabang-cabangnya cukup lebat. Cabang-cabang dari tumbuhan cengkeh tersebut pada umumnya panjang
dan dipenuhi oleh ranting-ranting
kecil yang mudah patah. Mahkota atau juga lazim disebut tajuk pohon cengkeh berbentuk kerucut. (Hapsoh dan
Hasanah, 2011).
Daun
tanaman cengkeh merupakan daun tunggal, bulat telur, ujung dan pangkal runcing,
tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan atas mengkilap, panjang 6-13,5 cm,
lebar 2,5-5 cm, tangkai panjang 1-2 cm, masih muda merah setelah tua hijau (http://bebas.vlsm.org, 2013).
Bunga
daun cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun dengan tangkai pendek serta
bertandan. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah jika
bunga sudah mekar. Cengkeh akan dipanen jika sudah mencapai panjang 1,5-2 cm.
pada saat masih muda bunga cengkeh berwarna keungu-unguan, kemudian berubah
menjadi kuning kehijau-hijauan dan berubah lagi menjadi merah muda apabila
sudah tua. Bunga cengkeh kering akan berwarna coklat kehitaman dan berasal
pedas sebab mengandung minyak atsiri. Umumnya cengkeh pertama kali berbuah pada
umur 4-7 tahun (Hapsoh dan Hasanah, 2011).
Buah
tanaman cengkeh merupakan buah buni dengan bentuk bulat telur, dan panjang buah
sekitar 2-2,5 cm. Buah tanaman cengkeh berwarna merah kehilaman. Biji tanaman
cengkeh berukuran sangat kecil, mempunyai diameter sekitar 4 mm dengan warna
coklat muda (http://bebas.vlsm.org, 2013).
Varietas-varietas unggul cengkeh yang ditanam antara lain:
1. Cengkeh Siputih: (1) helai daun besar dan berwarna kuning
atau hijau muda, (2) cabang kurang rimbun, dan (3) bunga besar, warna kuning,
dan berjumlah belasan per rumpun.
2. Cengkeh Sikotok: (1) helai daun kecil, warna hijau sampai
hijau tua kehitam-hitaman, dan lebih mengkilap, (2) cabang rimbun dan rendah,
semua ranting tertutup daun, dan (3) bunga kuning kemerahan, tiap rumpun 20-50
bunga.
3. Cengkeh Zanzibar: (1) bentuk daun panjang ramping dan
berwarna hijau gelap, (2) bunga berwarna lebih merah dengan produksi tinggi,
dan (3) merupakan jenis terbaik.
(Situmeang,
2008).
Syarat
Tumbuh
Iklim
Tanaman
cengkeh tumbuh baik pada daerah antara 200 LU – 200 LS.
Suhu udara yang cocok untuk tanaman cengkeh adalah 21-35 0C dengan
ketinggian ideal 200-300 m dpl. Tanaman cengkeh tumbuh dan berproduksi pada
dataran rendah, sedangkan pada dataran tinggi pertumbuhan tanaman cengkeh
lambat bahkan tidak berproduksi sama sekali. Tumbuhan cengkeh akan tumbuh
dengan baik apabila cukup air dan mendapat sinar matahari langsung. Di
Indonesia, cengkeh cocok ditanam baik di daerah dataran rendah dekat pantai
maupun di pegunungan pada ketinggian 900 meter di atas permukaan laut (Hapsoh dan Hasanah,
2011).
Cengkeh
menghendaki iklim yang panas dengan curah hujan cukup merata, karena tanaman
ini tidak tahan kemarau panjang. Angin yang terlalu kencang dapat merusak tajuk
tanaman. Untuk pertumbuhannya, curah hujan optimal bagi pertumbuhan tanaman
cengkeh antara 1500-4500 mm/tahun. Cengkeh menghendaki sinar matahari minimal 8
jam per hari. Suhu yang optimal untuk tanaman ini adalah 22°C -30°C, dengan
kelembaban udara antara 60 persen sampai 80 persen (Situmeang, 2008).
Tanah
Tanah yang sesuai untuk
tanaman cengkeh adalah gembur, solum tanah tebal (minimal 1,5 meter) serta
kedalaman air tanah lebih dari 3 meter dari permukaan tanah, jenis tanah yang
sesuai adalah latosol, podsolik merah, mediteran dan andosol. Keasaman tanah
(pH) optimum berkisar antara 5,5 – 6,5 (Jayanudin, 2011).
Tanaman
cengkeh juga menghendaki tanah yang subur, gembur tidak berbatu, berdrainase
baik, dan kedalaman air tanah pada musim hujan tidak lebih dangkal dari 3m dari
permukaan tanah dan pada musim kemarau tidak lebih dari 8m (Situmeang, 2008).
PEMUPUKAN POSFOR TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI
TANAMAN CENGKEH (Syzygium aromaticum L.)
Pemupukan
Masalah utama yang menjadi perhatian dalam hal cara pemupukan adalah
keefisienan dari tanaman menyerap pupuk yang diberikan. Maksud dari keefisienan
disini adalah banyaknya produksi yang dapat diperoleh dari pemberian tiap 1 kg
unsur hara dari pupuk. Pupuk yang diberikan itu dapat dipergunakan tanaman itu
atau tanaman lain pada musim pertanaman berikutnya (Damanik, dkk., 2011).
Cara sebar merata (Broadcast) adalah
dengan menyebarkan pupuk di permukaan tanah secara merata dengan menggunakan
tangan atau alat penabur pupuk. Penyebaran pupuk dilakukan sebelum bertanam.
Setelah pupuk disebar di permukaan tanah diusahakan supaya pupuk masuk ke dalam
tanah dengan jalan mengolah tanah dengan pembajakan. Hal ini bertujuan supaya
taraf kesuburan tanah merata pada semua lapisan tanah. Pembenaman ini juga
bertujuan mencegah kehilangan pupuk N-Amonia atau urea yang bersifat dapat
menguap, terutama pada tanah yang bereaksi alkali (Damanik, dkk., 2011).
Metode atau cara pemberian pupuk
yang efektif harus juga mempertimbangkan apakah cara itu mudah dilakukan. Hal
ini menyangkut hal ketersediaan tenaga kerja dan perhitungan ekonomis, namun
demikian cara tersebut harus mempertimbangkan kedua syarat di atas. Salah satu
prinsip yang harus diingat dalam hal penempatan pupuk adalah tempatkanlah pupuk
itu dimana zona perakaran yang paling aktif menyerap unsur hara (Damanik, dkk., 2011).
Pupuk Posfor
Unsur hara fosfor merupakan
komponen setiap sel hidup dan cenderung lebih ditemui pada biji dan titik
tumbuh. Sebagian fosfor di dalam tanah umumnya tidak tersedia untuk tanaman,
meskipun jumlah totalnya lebih besar daripada nitrogen. Pertambahan fosfor ke
dalam tanah hanya bersumber dari defosit atau pelapukan batuan dan mineral yang
mengandung fosfat, tidak seperti nitrogen yang pertambahannya dapat melalui
pengikatan bio kimia. Oleh karena itu kandungan fosfor di dalam tanah hanya
bersumber dan ditentukan oleh banyak sedikitnya cadangan mineral fosfor dan
tingkat pelapukannya
(Damanik, dkk., 2011).
Fosfor adalah penyusun fosfolid,
nucleoprotein dan fitin, yang selanjunya akan menjadi banyak tersimpan di dalam
biji. Fosfor sangat berperan aktif dalam mentransfer energi di dalam sel, baik
sel tanaman maupun hewan, seterusnya juga berfungsi untuk mengubah karbohidrat,
misalnya dalam perubahan tepung menjadi gula. Selanjutnya ia juga dapat
meningkatkan efisiensi kerja chloroplast (Hakim, dkk., 1986).
Bentuk fosfat dominan yang
tersedia bagi tanaman adalah H2PO4-.
Keberadaan air penting untuk penyerapan fosfor dalam tanah. Pengaruh fosfor
yang terlalu sedikit atau terlalu banyak pada pertumbuhan tanaman kurang
menyolok dibandingkan dengan pengaruh nitrogen atau kalium. Tampaknya fosfor
lebih mempercepat kedewasaan daripada sebagian besar hara lainnya, karena
stimulasi yang berlebihan mendorong kedewasaan yang lebih awal (Foth, 1994).
Pupuk fosfat buatan umumnya
diklasifikasikan berdasarkan kelarutannya atas tiga golongan yaitu : (1) pupuk
fosfat yang larut dalam air. Pupuk ini mempunyai fraksi yang mudah larut dalam
air, dimana P2O5 nya mudah tersedia untuk tanaman. (2)
pupuk yang larut dalam asam sitrat. Umumnya terdiri dari dikalsium fosfat. P2O5
nya mudah tersedia bagi tanaman. (3) pupuk fosfat yang tidak larut dalam asam
sitrat. Fraksi ini terutama terdiri dari bentuk trikalsium fosfat dan dianggap
tidak tersedia untuk tanaman (Hakim, dkk.,
1986).
Produksi Tanaman
Cengkeh (Syzigium aromaticum)
Laju permintaan produk berbasis tanaman obat terkait erat dengan
tingkat penggunaan oleh masyarakat. Peningkatan penggunaan obat herbal mempunyai dua dimensi korelatif, yaitu aspek
medik terkait dengan penggunaannya yang sangat luas diseluruh dunia, dan aspek
ekonomi yang terkait dengan nilai tambah dan peningkatan perekonomian masyarakat
(Pribadi, 2009).
Indonesia merupakan negara produsen dan konsumen cengkeh terbesar
di
dunia. Produksi cengkeh Indonesia selain diekspor, juga diorientasikan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi cengkeh domestik khususnya pada industri rokok kretek, karena berdasarkan penggunaannya sebanyak
85 persen sampai 95 persen konsumsi cengkeh
nasional digunakan untuk industri rokok kretek. Menurut Husodo (2006) peningkatan jumlah
impor tersebut dikarenakan terjadinya panen kecil di dalam negeri dan diduga
impor tersebut merupakan cengkeh Indonesia yang di reekspor oleh negara
pengimpor, karena selain Indonesia hanya sedikit produksi dan penggunaan
cengkeh oleh negara lain (Studiawan, dkk, 2008).
Luas areal tersebut menjadi salah satu
faktor penentu dalam hal produksi yang mampu dicapai. Perkebunan cengkeh di Indonesia dikelola dalam tiga bentuk
pengusahaan, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN), dan
Perkebunan Besar Swasta (PBS). Tanaman cengkeh merupakan tanaman rakyat, dimana
97 persen dari rata-rata total pemilikan perkebunan cengkeh dimiliki oleh
rakyat.
Cengkeh memegang peranan penting
dalam pembangunan perkebunan khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya
karena kontribusinya yang nyata dalam penyediaan kebutuhan bahan baku terutama
bagi industri rokok kretek, peningkatan pendapatan petani, peningkatan devisa
negara, penyediaan kesempatan kerja ditingkat on farm, industri farmasi dan
perdagangan serta sektor informal. Usaha budidaya tanaman cengkeh mayoritas
dikelola oleh perkebunan rakyat. Data pada tahun 2010 menunjukkan bahwa dari
total areal cengkeh 470.045 ha, seluas 461.406 ha (98.2%) dikelola oleh
perkebunan rakyat. Sisanya seluas 8.638 ha (1.8%) dikelola oleh perkebunan
besar negara dan swasta. Produksi cengkeh tahun 2010 sebesar 110.807 ton yang
terdiri dari 108.866 ton (98.2%) perkebunan rakyat dan sisanya 1.940 ton (1.8
%) dari perkebunan besar negara dan swasta. Usaha budidaya cengkeh tersebut
melibatkan petani sekitar 1.073.203 KK di tingkat on farm (Deptan, 2012).
Saat ini Indonesia merupakan negara penghasil cengkeh terbesar di
dunia, hal ini selain dikarenakan cengkeh merupakan tanaman asli Indonesia,
juga didukung oleh kondisi alam, iklim dan topografi yang mendukung
dilakukannya agribisnis cengkeh di Indonesia. Indonesia masih tetap menempati
posisi pertama di dunia untuk produksi cengkeh. Pada tahun 2004 produksi
cengkeh Indonesia mencapai sebesar 73 837 ton, sedangkan produksi cengkeh dunia
pada tahun yang sama mencapai sekitar 124.4 ribu ton. Tahun 2004 Indonesia
memberikan kontribusi produksi cengkeh rata-rata sebesar 60 persen terhadap
total produksi dunia, sedangkan untuk Asia, Indonesia memberikan kontribusi
rata-rata sebesar 95 persen. Dua negara lain yang cukup potensial sebagai
penghasil cengkeh adalah Madagaskar dan Zanzibar (Tanzania) yang seluruh
produksinya mencapai berkisar antara 20 000-27 000 ton per tahun (Situmeang,
2008).
Bertambahnya
jumlah penduduk, kebutuhan akan produk yang berasal dari cengkeh juga akan
meningkat. Indonesia sarnpai sejauh ini mash mengadakan impor cengkeh, sehingga
harga cengkeh dari petani menjadi murah. Padahal pada tahun 1996 Indonesia
telah berhasil untuk tidak mengadakan impor cengkeh, sedangkan pada tahun 1999
angka impor cengkeh Indonesia mencapai puncaknya
yaitu sebesar 22,610 ton.
Petani yang merasa rugi karena harga cengkeh yang anjlok, sehingga petani
enggan memelihara dengan baik perkebunan yang dimilikinya. Kebutuhan cengkeh
Indonesia pada tahun 2000 untuk pabrik rokok kretek telah mencapai 110,000 ton
dan kebutuhan tersebut diperkirakan akan meningkat setiap tahunnya sekitar 3-4%
(Suherman, 2008).
KESIMPULAN
1. Untuk menunjang pertumbuhan
bibit cengkeh yang berkualitas sangat dibutuhkan pemupukan, salah satunya
karena bibit memiliki pertumbuhan yang sangat cepat dan membutuhkan banyak
pupuk.
2. Masalah utama yang menjadi perhatian dalam
hal cara pemupukan adalah keefisienan dari tanaman menyerap pupuk yang
diberikan.
3. Unsur
hara fosfor merupakan komponen setiap sel hidup dan cenderung lebih ditemui
pada biji dan titik tumbuh.
4. Indonesia
merupakan negara produsen dan konsumen cengkeh terbesar di dunia.
5. Tahun 2004
Indonesia memberikan kontribusi produksi cengkeh rata-rata sebesar 60 persen
terhadap total produksi dunia, sedangkan untuk Asia, Indonesia memberikan
kontribusi rata-rata sebesar 95 persen.
DAFTAR PUSTAKA
Damanik, M.M.B., B.E. Hasibuan,
Fauzi, Sarifuddin, dan H, Hanum. 2011. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU-Press,
Medan.
Foth, H.D. 1994. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Terjemahan Soenartono Adisoemarto. Erlangga, Jakarta.
Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A.
M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R. Saul, M. A.Diha, G. B. Hong, H. H. Bailey. 1986. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung Press. Lampung.
Hapsoh dan Y. Hasanah. 2011. Budidaya Tanaman
Obat dan Rempah. Universitas Sumatera Utara Press., Medan.
Indrayana, R. 2008. Efek Antioksidan Ekstrak
Etanol 70% Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum [L.] Walp.) Pada Serum Darah Tikus
Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karbon Tetraklorida (Ccl4). Karya
Tulis Ilmiah. Program. Sarjana Fakultas Kedokteran, Semarang.
Studiawan, H dan M. H. Santosa. 2005. Uji
Aktivitas Penurun Kadar Glukosa Darah Ekstrak Daun Syzigium aromaticum Pada
Mencit yang Diinduksi Aloksan. Media Kedokteran Hewan Vol. 21, No. 2, Mei 2005.
No comments:
Post a Comment