Analisis Ekonomi Budidaya Wortel (Daucus carrota)
Gambaran
Peluang Agribisnis
Prospek pengembangan budidaya wortel
di Indonesia amat cerah. Selain keadaan agroklimatologis wilayah nusantara
cocok untuk wortel, juga akan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan
petani, perbaikan gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja, pengembangan
agribisnis, pengurangan impor dan peningkatan ekspor.
Produktivitas wortel di Indonesia
masih rendah. Pada tahun 1985 hasil rata-rata nasional baru mencapai 9,43
ton/hektar, kemudian tahun 1986 hanya 8,90 ton/hektar, dan tahun 1991 sekitar
12,89 ton/hektar. Rendahnya hasil rata-rata tersebut antara lain dikarenakan
masih terbatasnya varietas wortel unggul dan tehnik budidaya yang belum
intensif. Disamping itu, paket teknologi budidaya hasil penelitian komoditas wortel
relatif masih terbatas.
Usaha tani wortel secara intensif
sistem agribisnis memberikan keuntungan yang memadai. Potensi daya hasil wortel
varietas unggul dapat mencapai antara 20-25 ton/ha. Bila harga jual rata-rata
Rp 500,-/kg keuntungan bersih usahatani wortel selama ± 3 bulan dapat mencapai
lebih dari Rp 5 juta/hektar. Bahkan akhir-akhir ini peluang pasar wortel makin
luas dan beragam, diantaranya adalah bentuk umbi segar, umbi beku segar dan
umbi muda segar.
Standar Produksi
Ruang
Lingkup
Standar mutu: Jenis dan standar
mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan pengemasan.
Deskripsi
Standar mutu wortel tercantum dalam
standar Nasional Indonesia SNI 01-3163-1992.
Klasifikasi
dan Standar Mutu
Wortel segar digolongkan dalam dua
jenis mutu yaitu mutu I dan mutu II diantaranya:
a)
Keasaman sifat varietas: mutu
I=seragam; mutu II=seragam; cara pengujian= organoleptik.
b)
Kekerasan: mutu I=keras; mutu II=keras;
cara pengujian=organoleptik.
c)
Warna: mutu I=normal; mutu II=normal;
cara pengujian=organoleptik.
d)
Kerataan permukaan: mutu I=cukup
rata; mutu II=cukup rata.
e)
Tekstur: mutu I=tidak mengayu; mutu
II=tidak mengayu; cara pengujian=organoleptik.
f)
Kerusakan (% ): mutu I=5; mutu II=10;
cara pengujian =SP-SMP-301-1981.
g)
Busuk (%) : mutu I=2; mutu II=2.
Pengambilan
Contoh
Cara pengambilan contoh diambil
secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat pada daftar dibawah ini. Dari
setiap kemasan diambil contoh sebanyak 20 umbi dari bagian atas tengah dan
bawah. Khusus untuk pengujian kerusakan dan yang busuk, jumlah contoh akhir yang
diuji adalah 100 umbi. Pelaksanaan dapat dilakukan di lapangan. Jumlah kemasan
yang diambil dalam pengambilan contoh dalam lot adalah:
a) Jumlah kemasan 1 sampai 100, contoh yang diambil=5.
b) Jumlah kemasan 101 sampai 300, contoh yang
diambil=7.
c) Jumlah kemasan 301 sampai 500, contoh yang
diambil=9.
d) Jumlah kemasan 501 sampai 1000, contoh yang
diambil=10.
e) Jumlah kemasan lebih dari 1000, contoh yang
diambil=minimum 15.
Pengemasan
Cara pengemasan wortel disajikan
dalam bentuk utuh dan segar, dikemas dengan keranjang atau bahan lainnya yang
berat bersih maksimum 65 Kg, di tutup dengan anyaman bambu atau bahan lain
kemudian diikat dengan tali rotan. Isi tidak melebihi permukaan kemasan.
Untuk pemberian merek di bagian luar
keranjang diberi label yang dituliskan antara lain:
a) Nama barang.
b) Jenis mutu.
c) Nama/kode perusahaan/ eksportir.
d) Berat bersih.
e) Produksi Indonesia.
f) Negara/tempat tujuan.
No comments:
Post a Comment