Tuesday, August 26, 2014

Analisis Ekonomi Budidaya Wortel (Daucus carrota)

NAMAN 
Analisis Ekonomi Budidaya Wortel (Daucus carrota)
Gambaran Peluang Agribisnis
Prospek pengembangan budidaya wortel di Indonesia amat cerah. Selain keadaan agroklimatologis wilayah nusantara cocok untuk wortel, juga akan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan petani, perbaikan gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja, pengembangan agribisnis, pengurangan impor dan peningkatan ekspor.
Produktivitas wortel di Indonesia masih rendah. Pada tahun 1985 hasil rata-rata nasional baru mencapai 9,43 ton/hektar, kemudian tahun 1986 hanya 8,90 ton/hektar, dan tahun 1991 sekitar 12,89 ton/hektar. Rendahnya hasil rata-rata tersebut antara lain dikarenakan masih terbatasnya varietas wortel unggul dan tehnik budidaya yang belum intensif. Disamping itu, paket teknologi budidaya hasil penelitian komoditas wortel relatif masih terbatas.
Usaha tani wortel secara intensif sistem agribisnis memberikan keuntungan yang memadai. Potensi daya hasil wortel varietas unggul dapat mencapai antara 20-25 ton/ha. Bila harga jual rata-rata Rp 500,-/kg keuntungan bersih usahatani wortel selama ± 3 bulan dapat mencapai lebih dari Rp 5 juta/hektar. Bahkan akhir-akhir ini peluang pasar wortel makin luas dan beragam, diantaranya adalah bentuk umbi segar, umbi beku segar dan umbi muda segar.
Standar Produksi
Ruang Lingkup
Standar mutu: Jenis dan standar mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan pengemasan.
Deskripsi
Standar mutu wortel tercantum dalam standar Nasional Indonesia SNI 01-3163-1992.
Klasifikasi dan Standar Mutu
Wortel segar digolongkan dalam dua jenis mutu yaitu mutu I dan mutu II diantaranya:
a)    Keasaman sifat varietas: mutu I=seragam; mutu II=seragam; cara pengujian= organoleptik.
b)   Kekerasan: mutu I=keras; mutu II=keras; cara pengujian=organoleptik.
c)    Warna: mutu I=normal; mutu II=normal; cara pengujian=organoleptik.
d)   Kerataan permukaan: mutu I=cukup rata; mutu II=cukup rata.
e)    Tekstur: mutu I=tidak mengayu; mutu II=tidak mengayu; cara pengujian=organoleptik.
f)    Kerusakan (% ): mutu I=5; mutu II=10; cara pengujian =SP-SMP-301-1981.
g)   Busuk (%) : mutu I=2; mutu II=2.
Pengambilan Contoh
Cara pengambilan contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat pada daftar dibawah ini. Dari setiap kemasan diambil contoh sebanyak 20 umbi dari bagian atas tengah dan bawah. Khusus untuk pengujian kerusakan dan yang busuk, jumlah contoh akhir yang diuji adalah 100 umbi. Pelaksanaan dapat dilakukan di lapangan. Jumlah kemasan yang diambil dalam pengambilan contoh dalam lot adalah:
a) Jumlah kemasan 1 sampai 100, contoh yang diambil=5.
b) Jumlah kemasan 101 sampai 300, contoh yang diambil=7.
c) Jumlah kemasan 301 sampai 500, contoh yang diambil=9.
d) Jumlah kemasan 501 sampai 1000, contoh yang diambil=10.
e) Jumlah kemasan lebih dari 1000, contoh yang diambil=minimum 15.
Pengemasan
Cara pengemasan wortel disajikan dalam bentuk utuh dan segar, dikemas dengan keranjang atau bahan lainnya yang berat bersih maksimum 65 Kg, di tutup dengan anyaman bambu atau bahan lain kemudian diikat dengan tali rotan. Isi tidak melebihi permukaan kemasan.
Untuk pemberian merek di bagian luar keranjang diberi label yang dituliskan antara lain:
a) Nama barang.
b) Jenis mutu.
c) Nama/kode perusahaan/ eksportir.
d) Berat bersih.
e) Produksi Indonesia.

f) Negara/tempat tujuan.

No comments:

Post a Comment