PHT (Pengendalian Hama Penyakit Terpadu) adalah pendekatan pengelolaan secara ekologik yang
multidisiplin terhadap populasi hama yang memanfaatkan beranekaragam taktik
pengendalian secara kompatibel (sesuai/cocok) dalam satu kesatuan koordinasi sistem
pengelolaan. Teknologi atau cara melaksanakan PHT yang langsung dapat
dipraktekkan di lahan petani. Implementasi PHT (Pengendalian Hama Penyakit Terpadu) berada di tingkat kecamatan dan
desa (Departemen Pertanian, 1996).
Pengelolaan
Hama Terpadu merupakan program pengelolaan pertanian secara terpadu dengan
memanfaatkan berbagai teknik pengendalian yang layak (kultural, mekanik, fisik
dan hayati) dengan tetap memperhatikan aspek-aspek ekologi, ekonomi dan budaya
untuk menciptakan suatu sistem pertanian yang berkelanjutan dengan menekan
terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh pestisida dan kerusakan
lingkungan secara umum. Penyemprotan pestisida harus dilakukan secara sangat
berhati-hati dan sangat selektif bilamana tidak ada lagi cara lain untuk
menekan populasi hama di lapang. PHT pada dasarnya adalah penerapan sisten
bercocok tanam untuk menghasilkan tanaman yang sehat, kuat, berproduksi tinggi
dan berkualitas tinggi. Dari pengalaman dan pengamatan selama ini di Indonesia,
pendekatan SLPHT memperoleh tanggapan dan penerimaan yang sangat positif dari
petani dibandingkan dengan metode alih teknologi konvensional yang cenderung
instruktif, serta kurang memandirikan petani dan kelompoknya. Berbagai dampak
positif secara ekonomi, ekologi, dan sosial budaya telah dirasakan oleh masyarakat
petani yang telah memperoleh kesempatan mengikuti SLPHT (BP3K, 2012).
Cara
pengendalian hama penggerek batang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
·
Lindungi agen
pengendali hayati
Untuk
melindungi musuh alami penggerek batang, jangan gunakan pestisida berspektrum
luas, misalnya methylparation.
·
Sayat ujung helaian
daun sebelum tanam pindah
Telur-telur
penggerek batang kuning diletakkan dekat ujung helaian daun. Dengan menyayat
bibit sebelum tanam pindah, pengalihan telur dari persemaian ke sawah dapat
dikurangi.
·
Tanam belakangan
Cara ini
dilakukan untuk menghindari ngengat penggerek batang kuning.
·
Tanam varietas tahan
Meski
sampai saat ini belum ditemukan varietas yang benar-benar tahan terhadap
penggerek batang, PB36, PB32, IR66, IR77 mempunyai beragam ketahanan terhadap
beberapa spesies hama ini.
·
Jemur atau hamparkan
jerami di bawah sinar matahari untuk membunuh larva yang ada.
·
Jaring larva penggerek
batang pada daun yang mengapung dengan jaring
·
Olah dan genangi sawah
setelah panen
(P3IP, 2011).
Berdasarkan konsep
Pengendalian Hama Terpadu (PHT),sehingga lebih mengedepankan kelestarian
ekosistem.
1.
Pengendalian Secara Biologi
Pengendalian ini
menggunakan musuh alami yang terdiri atas predator dan parasitoid untuk
membatasi populasi penggerek batang. Predator adalah musuh alami yang langsung
memakan hama. Belalang Conochepalus longipennis adalah predator telur penggerek
batang, sedangkan predator ngengat adalah laba-laba, capung dan burung.
2.
Pengendalian Secara Mekanik
Pengendalian mekanik dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu pengambilan kelompok telur secara intensif di
pesemaian, dan penangkapan ngengat secara massal dengan menggunakan lampu.
Penangkapan ngengat secara massal memerlukan 23 lampu petromak/ha. Penggunaan
feromon dapat secara nyata mengurangi serangan penggerek batang padi putih.
3.
Pengendalian Secara Kultur Teknik
Pengendalian penggerek
batang secara kultur merupakan cara yang paling ramah lingkungan dan tidak
mengganggu musuh alami. Penggunaan pupuk organik sebanyak 2 ton/ha dapat
meningkatkan populasi musuh alami sehingga menekan serangan penggerek batang.
Waktu tanam yang tepat dapat menghindari serangan penggerek batang. Hindari
penanaman pada bulan Desember-Januari karena suhu, kelembaban, dan curah hujan
saat itu sangat sesuai untuk perkembangan penggerek batang.
4.
Pengendalian Secara Kimiawi
Sebelum dilakukan
aplikasi insektisida, sebaiknya dilakukan kegiatan pemantauan ngengat dan
pemantauan kerusakan tanaman. Pemantauan dapat dilakukan dengan menggunakan
lampu perangkap atau feromon. Pemantauan perlu dilakukan untuk mengatasi
penggunaan insektisida secara berlebihan, karena dapat berdampak buruk terhadap
keberadaan populasi musuh alami predator dan parasitoid.
5. Alternatif Pengendalian
Pengendalian penggerek
batang dengan teknologi feromon seks, sehingga komunikasi antara ngengat betina
dan jantan akan terganggu. Komunikasi yang terganggu menyebabkan terhambatnya
proses perkawinan. Feromon seks adalah senyawa kimia yang dikeluarkan oleh ngengat
betina yang masih virgin. Senyawa ini memiliki sifat yang merangsang serangga
jantan menemukan serangga betina untuk melangsungkan perkawinan. Senyawa ini
dimanfaatkan untuk pembuatan senyawa sintetik dalam mengendalikan hama
penggerek batang (BPTPI, 2010).
Selain itu dapat dilakukan
monitoring. Perlu dilakukan untuk mengetahui populasi hama yang ada pada
tanaman melalui : a. pengambilan contoh rumpun tanaman, b. menggunakan lampu
perangkap, c. stcky trap, d. yellow pan trap dll.
Monitoring dilaksanakan
untuk menetapkan ambang ekonomi dan mengambil keputusan pengendalian.
1.
Teknik monitoring dengan menghitung langsung.
a. Ambil 20 rumpun arah diagonal b. Amati seluruh hama dalam bentuk
populasi (hama wereng, kepinding tanah, dan musuh alami), c. Amati semua daun
yang rusak akibat (pelipat daun, hydrelia, ulat grayak), d. Amati jumlah sundep
atau beluk akibat penggerek batang padi, atau adanya furu akibat hama ganjur.
e. Analisis populasi hama dalam jumlah hama/rumpun, f. Hitung persentase
kerusakan daun, sundep/beluk atau furu. g. Penetapan ambang ekonomi (Tabel
1&2) h. Lakukan pengendalian dengan insektisida yang direkomendasikan bila
sudah mencapai ambang ekonomi atau lebih, i. Pengendalian menggunakan cendawan
seperti Metarhizium anisopliae dan Beauveria bassiana pada saat populasi hama
atau persentase kerusakan oleh hama di bawah ambang ekonomi.
2.
Teknik monitoring dengan lampu perangkap.
a. Amati setiap malam penerbangan kupu-kupu penggerek padi.
b. Pengendalian penggerek dilakukan pada saat 4 hari setelah penerbangan.
c. Jangan biarkan pengendalian setelah terjadi beluk, sebab 1 % peningkatan
kerusakan akibat beluk akan menurunkan produksi 1%. d.
3.
Penetapan Ambang ekonomi.
a. Ambang ekonomi tunggal adalah batas bawah besaran populasi atau angka
kerusakan hama yang disebabkan oleh satu hama yang membutuhkan tindakan
pengendalian.
b. Ambang ekonomi ganda batas bawah besaran populasi atau angka kerusakan hama yang disebabkan oleh dua hama yang bersama-sama berada dalam satu rumpun padi membutuhkan tindakan pengendalian.
b. Ambang ekonomi ganda batas bawah besaran populasi atau angka kerusakan hama yang disebabkan oleh dua hama yang bersama-sama berada dalam satu rumpun padi membutuhkan tindakan pengendalian.
4.
Pengambilan keputusan
a. Tidakan pengendalian harus dilakukan pada saat 4 hari setelah
kupu-kupu penggerek padi beterbangan atau didapat 6% sundep pada fase vegetatif
atau 9% beluk pada fase reproduktif. b. Tindakan pengendalian harus dilakukan
bila dari hasil pengamatan pada fase reproduktif didapat 6% Beluk dan 4%
kerusakan daun oleh Ulat grayak. c. Tindakan pengendalian harus dilakukan bila
dari hasil pengamatan pada fase vegetatif didapat 4% Beluk dan 8% kerusakan
daun oleh Hydrellia. d. Tindakan pengendalian harus dilakukan bila dari asil
pengamatan pada fase vegetatif didapat 6% Sundep dan 8% kerusakan daun oleh
Pelipat daun. e. Dan seterusnya tergantung hasil pengamatan pada 20 rumpun.
5.
Cara
pengendalian
Cara pengendalian hama sundep/beluk, penggerek batang, ulat grayak,
pelipat daun dan hydrellia menggunakan insektisida yang dianjurkan menurut
Inpres No.3, 1986, diantaranya Furadan, Curatter, Darmafur dan Regent 50 SC.
Insektisida butiran seperti Furadan diaplikasi bila genangan air dangkal dan
insektisida cair seperti Regent diaplikasi pada saat genangan air tinggi.
Kebutuhan furadan per ha 16 kg dan kebutuhan Regent per ha 0,5 ltr. Cukup
melakukan penyemprotan dengan Regent, 150 ml/ha dengan volume semprot 300-400
ltr/ha atau kira-kira 20-27 tanki/ha untuk tangki semprot ukuran 15 ltr. Untuk
mencapai hasil yang optimal, volume semprot tidak boleh kurang dari 20
tangki/ha. Untuk kondisi serangan berat, penyemprotan perlu dilakukan sekurang-
kurangnya tiap 10 hari sekali (Rukmana dan
Sugandi, 1997).
DAFTAR PUSTAKA
Nishida , T and T. Torii. A Handbook of Field Methods for Research on
Rice Stem-Borers and Their Natural Enemies. International Biological Program, Oxford.
P3TIP. 2011. Pengendalian Hama dan Penyakit Utama pada Tanaman Padi
Sawah. P3IP, Sumatera Utara.
Rukmana, R dan U.U. Sugandi, 1997. Hama Tanaman dan Teknik
Pengendalian.
Kanisius
Yogyakarta
Steenis, V.C.G.G.J.
2003. Flora. PT. Pradnya Paramitha, Jakarta.
Suyamto. 2011. Budidaya Tanaman Padi.
IPB, Bogor.
No comments:
Post a Comment