Tuesday, May 6, 2014

PAPER PHT (Pengendalian Hama Penyakit Terpadu)



PHT  (Pengendalian Hama Penyakit Terpadu) adalah pendekatan pengelolaan secara ekologik yang multidisiplin terhadap populasi hama yang memanfaatkan beranekaragam taktik pengendalian secara kompatibel (sesuai/cocok) dalam satu kesatuan koordinasi sistem pengelolaan. Teknologi atau cara melaksanakan PHT yang langsung dapat dipraktekkan di lahan petani. Implementasi PHT  (Pengendalian Hama Penyakit Terpadu)  berada di tingkat kecamatan dan desa (Departemen Pertanian, 1996).
            Pengelolaan Hama Terpadu merupakan program pengelolaan pertanian secara terpadu dengan memanfaatkan berbagai teknik pengendalian yang layak (kultural, mekanik, fisik dan hayati) dengan tetap memperhatikan aspek-aspek ekologi, ekonomi dan budaya untuk menciptakan suatu sistem pertanian yang berkelanjutan dengan menekan terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh pestisida dan kerusakan lingkungan secara umum. Penyemprotan pestisida harus dilakukan secara sangat berhati-hati dan sangat selektif bilamana tidak ada lagi cara lain untuk menekan populasi hama di lapang. PHT pada dasarnya adalah penerapan sisten bercocok tanam untuk menghasilkan tanaman yang sehat, kuat, berproduksi tinggi dan berkualitas tinggi. Dari pengalaman dan pengamatan selama ini di Indonesia, pendekatan SLPHT memperoleh tanggapan dan penerimaan yang sangat positif dari petani dibandingkan dengan metode alih teknologi konvensional yang cenderung instruktif, serta kurang memandirikan petani dan kelompoknya. Berbagai dampak positif secara ekonomi, ekologi, dan sosial budaya telah dirasakan oleh masyarakat petani yang telah memperoleh kesempatan mengikuti SLPHT (BP3K, 2012).
            Cara pengendalian hama penggerek batang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
·      Lindungi agen pengendali hayati
Untuk melindungi musuh alami penggerek batang, jangan gunakan pestisida berspektrum luas, misalnya methylparation.
·      Sayat ujung helaian daun sebelum tanam pindah
Telur-telur penggerek batang kuning diletakkan dekat ujung helaian daun. Dengan menyayat bibit sebelum tanam pindah, pengalihan telur dari persemaian ke sawah dapat dikurangi.
·      Tanam belakangan
Cara ini dilakukan untuk menghindari ngengat penggerek batang kuning.
·      Tanam varietas tahan
Meski sampai saat ini belum ditemukan varietas yang benar-benar tahan terhadap penggerek batang, PB36, PB32, IR66, IR77 mempunyai beragam ketahanan terhadap beberapa spesies hama ini.
·      Jemur atau hamparkan jerami di bawah sinar matahari untuk membunuh larva yang ada.
·      Jaring larva penggerek batang pada daun yang mengapung dengan jaring
·      Olah dan genangi sawah setelah panen
(P3IP, 2011).
Berdasarkan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT),sehingga lebih mengedepankan kelestarian ekosistem.
1. Pengendalian Secara Biologi
Pengendalian ini menggunakan musuh alami yang terdiri atas predator dan parasitoid untuk membatasi populasi penggerek batang. Predator adalah musuh alami yang langsung memakan hama. Belalang Conochepalus longipennis adalah predator telur penggerek batang, sedangkan predator ngengat adalah laba-laba, capung dan burung.


2. Pengendalian Secara Mekanik
Pengendalian mekanik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengambilan kelompok telur secara intensif di pesemaian, dan penangkapan ngengat secara massal dengan menggunakan lampu. Penangkapan ngengat secara massal memerlukan 23 lampu petromak/ha. Penggunaan feromon dapat secara nyata mengurangi serangan penggerek batang padi putih.
3. Pengendalian Secara Kultur Teknik
Pengendalian penggerek batang secara kultur merupakan cara yang paling ramah lingkungan dan tidak mengganggu musuh alami. Penggunaan pupuk organik sebanyak 2 ton/ha dapat meningkatkan populasi musuh alami sehingga menekan serangan penggerek batang. Waktu tanam yang tepat dapat menghindari serangan penggerek batang. Hindari penanaman pada bulan Desember-Januari karena suhu, kelembaban, dan curah hujan saat itu sangat sesuai untuk perkembangan penggerek batang.
4. Pengendalian Secara Kimiawi
Sebelum dilakukan aplikasi insektisida, sebaiknya dilakukan kegiatan pemantauan ngengat dan pemantauan kerusakan tanaman. Pemantauan dapat dilakukan dengan menggunakan lampu perangkap atau feromon. Pemantauan perlu dilakukan untuk mengatasi penggunaan insektisida secara berlebihan, karena dapat berdampak buruk terhadap keberadaan populasi musuh alami predator dan parasitoid.
5. Alternatif Pengendalian
Pengendalian penggerek batang dengan teknologi feromon seks, sehingga komunikasi antara ngengat betina dan jantan akan terganggu. Komunikasi yang terganggu menyebabkan terhambatnya proses perkawinan. Feromon seks adalah senyawa kimia yang dikeluarkan oleh ngengat betina yang masih virgin. Senyawa ini memiliki sifat yang merangsang serangga jantan menemukan serangga betina untuk melangsungkan perkawinan. Senyawa ini dimanfaatkan untuk pembuatan senyawa sintetik dalam mengendalikan hama penggerek batang (BPTPI, 2010).
Selain itu dapat dilakukan monitoring. Perlu dilakukan untuk mengetahui populasi hama yang ada pada tanaman melalui : a. pengambilan contoh rumpun tanaman, b. menggunakan lampu perangkap, c. stcky trap, d. yellow pan trap dll.
Monitoring dilaksanakan untuk menetapkan ambang ekonomi dan mengambil keputusan pengendalian.
1.      Teknik monitoring dengan menghitung langsung.
a. Ambil 20 rumpun arah diagonal b. Amati seluruh hama dalam bentuk populasi (hama wereng, kepinding tanah, dan musuh alami), c. Amati semua daun yang rusak akibat (pelipat daun, hydrelia, ulat grayak), d. Amati jumlah sundep atau beluk akibat penggerek batang padi, atau adanya furu akibat hama ganjur. e. Analisis populasi hama dalam jumlah hama/rumpun, f. Hitung persentase kerusakan daun, sundep/beluk atau furu. g. Penetapan ambang ekonomi (Tabel 1&2) h. Lakukan pengendalian dengan insektisida yang direkomendasikan bila sudah mencapai ambang ekonomi atau lebih, i. Pengendalian menggunakan cendawan seperti Metarhizium anisopliae dan Beauveria bassiana pada saat populasi hama atau persentase kerusakan oleh hama di bawah ambang ekonomi.
2.      Teknik monitoring dengan lampu perangkap.
a. Amati setiap malam penerbangan kupu-kupu penggerek padi.
b. Pengendalian penggerek dilakukan pada saat 4 hari setelah penerbangan. c. Jangan biarkan pengendalian setelah terjadi beluk, sebab 1 % peningkatan kerusakan akibat beluk akan menurunkan produksi 1%. d.
3.      Penetapan Ambang ekonomi.
a. Ambang ekonomi tunggal adalah batas bawah besaran populasi atau angka kerusakan hama yang disebabkan oleh satu hama yang membutuhkan tindakan pengendalian.
b. Ambang ekonomi ganda batas bawah besaran populasi atau angka kerusakan hama yang disebabkan oleh dua hama yang bersama-sama berada dalam satu rumpun padi membutuhkan tindakan pengendalian.
4.      Pengambilan keputusan
a. Tidakan pengendalian harus dilakukan pada saat 4 hari setelah kupu-kupu penggerek padi beterbangan atau didapat 6% sundep pada fase vegetatif atau 9% beluk pada fase reproduktif. b. Tindakan pengendalian harus dilakukan bila dari hasil pengamatan pada fase reproduktif didapat 6% Beluk dan 4% kerusakan daun oleh Ulat grayak. c. Tindakan pengendalian harus dilakukan bila dari hasil pengamatan pada fase vegetatif didapat 4% Beluk dan 8% kerusakan daun oleh Hydrellia. d. Tindakan pengendalian harus dilakukan bila dari asil pengamatan pada fase vegetatif didapat 6% Sundep dan 8% kerusakan daun oleh Pelipat daun. e. Dan seterusnya tergantung hasil pengamatan pada 20 rumpun.
5.      Cara pengendalian
Cara pengendalian hama sundep/beluk, penggerek batang, ulat grayak, pelipat daun dan hydrellia menggunakan insektisida yang dianjurkan menurut Inpres No.3, 1986, diantaranya Furadan, Curatter, Darmafur dan Regent 50 SC. Insektisida butiran seperti Furadan diaplikasi bila genangan air dangkal dan insektisida cair seperti Regent diaplikasi pada saat genangan air tinggi. Kebutuhan furadan per ha 16 kg dan kebutuhan Regent per ha 0,5 ltr. Cukup melakukan penyemprotan dengan Regent, 150 ml/ha dengan volume semprot 300-400 ltr/ha atau kira-kira 20-27 tanki/ha untuk tangki semprot ukuran 15 ltr. Untuk mencapai hasil yang optimal, volume semprot tidak boleh kurang dari 20 tangki/ha. Untuk kondisi serangan berat, penyemprotan perlu dilakukan sekurang- kurangnya tiap 10 hari sekali  (Rukmana dan Sugandi, 1997).

 DAFTAR PUSTAKA
Nishida , T and T. Torii. A Handbook of Field Methods for Research on Rice Stem-Borers and Their Natural Enemies.  International Biological Program, Oxford.
P3TIP. 2011. Pengendalian Hama dan Penyakit Utama pada Tanaman Padi Sawah. P3IP, Sumatera Utara.
Rukmana, R dan U.U. Sugandi, 1997. Hama Tanaman dan Teknik Pengendalian.
            Kanisius Yogyakarta
Steenis, V.C.G.G.J. 2003. Flora. PT. Pradnya Paramitha, Jakarta.
Suyamto. 2011. Budidaya Tanaman Padi. IPB, Bogor.
 


No comments:

Post a Comment