Wednesday, May 7, 2014

PAPER Botani Belalang dan Pengendalian Belalang



Belalang ( Valanga nigricornis )
Sistematika hama Belalang menurut Wibowo dan Annisrien (2012) adalah sebagai berikut :
Kingdom         : Animalia
Filum               : Artropoda
Class                : Insekta
Divisi               : Endopterygota
Ordo                : Orthoptera
Famili              : Tettigonidae
Genus              : Valanga
Spesies            : Valanga nigricornis
            Hama ini makan anak daun mulai dari pingggir ke bagian tengah. Kadang-kadang dimakan sebagian atau sampai ke lidi. Bekas gigitan biasanya tidak rata. Serangan berat, terlihat pada pelepah daun bagian bawah tinggal lidi saja. Telur. Bentuk dan warna telur seperti buah padi masak (gabah). Telur yang baru diletakkan sangat tipis dengan alur yang dalam kemudian embrio berkembang sehingga membengkak. Telur berumur 2 hari, panjangnya 12 mm dan lebarnya 2 mm. Salah satu ujung telur lancip dan lainnya bulat. Telur tua, panjangnya sampai 13 mm dan lebarnya 3 mm. Lama stadium telur di Talaud 45 hari (Wibowo dan Annisrien. 2012)
            Nimfa yang baru ditetaskan, panjangnya 12 mm dan bentuknya sama dengan S. coriacea. Antenanya halus seperti rambut dan panjangnya sampai 9 cm. Nimfa muda dan tua berwarna hijau, tetapi kadang-kadang berwarna coklat (gambar 1). Panjang nimfa jantan tua sampai 6 cm dan panjang antena 14 cm dan sudah terlihat bakal sayapnya. Lama stadium nimfa adalah 108 hari (Wibowo dan Annisrien. 2012).
            Belalang dewasa (Imago). Imago berwarna hijau, antena merah muda dan matanya abu-abu. Alat peletak telur (ovipositor) berwarna hijau pada bagian pangkalnya yaitu sepertiga dari panjang ovipositor, sepertiga lagi berwarna kemerahan dan bagian ujungnya berwarna hitam (Wibowo dan Annisrien. 2012)
            Daur hidup S. nubila, mulai telur diletakkan sampai imago meletakkan telur 183 hari. Imago betina turun ke bawah pada malam hari untuk bertelur kemudian memanjat lagi pohon kelapa. Imago betina mulai melatakkan telur setelah berumur sekitar satu bulan. Imago Sexava spp. tidak dapat terbang jauh, oleh karena itu serangga tersebut hanya terdapat ditempat itu saja dan hampir tidak berpindah tempat. Hama ini melakukan aktivitas pada malam hari baik aktivitas makan dan berkopulasi. Walaupun demikian, dari hasil pengamatan di laboratorium (insektarium), ternyata hama S. nubila dapat berkopulasi pada siang hari antara jam 9.00-11.00 pagi (Wibowo dan Annisrien. 2012).
Gejala Serangan
            Belalang (Valanga nigricornis (Orthoptera: Acridiidae)) memakan bagian daun, daun menjadi berlubang-lubang atau menyisakan tulang daun dan urat-urat daun. Akibat serangan belalang, daun menjadi berwarna kuning kecoklat dan akhirnya kering (Gambar 2). Belalang dewasa biasanya muncul bersama-sama, mengakibatkan kerusakan pada tanaman (Effendi, 2009).
Pengendalian
Pengendalian Secara Kultur Teknis
            Kultur teknis dapat dilakukan dengan membersihkan segala sesuatu yang menjadi tempat berkembang biak hama. Untuk Sexava spp., membersihkan tanah atau dengan pembuatan bobokor sejauh 2 meter dari pangkal batang untuk menghindari betina meletakkan telur, pembabatan gulma dan tanaman yang dapat menjadi inang alternatif dan tempat berkembang biaknya penanaman tanaman penutup tanah (cover crops) terutama pada lahan datar, cotohnya tanaman kacang-kacangan, umbi-umbian, jagung, padi gogo. Hal ini dilakukan untuk menekan populasi telur yang diletakkan di tanah dan diharapkan dapat menjadi tempat berkembang biak predator dan parasitoid sehingga dapat mempertinggi daya mangsa atau daya parasit musuh alami tersebut (Wibowo dan Annisrien. 2012).
Pendendalian Secara Mekanis        
Pengendalian secara mekanis dapat dikategorikan ke dalam penerapan kultur teknis, yaitu dengan dengan mencari semua stadia, baik telur, nimfa (5 instar) maupun imago, kemudian dimusnahkan. Sebaiknya dilakukan secara massal, secara periodik dan berkesinambungan pada seluruh lokasi serangan. sehingga dapat menangkap nimfa dan imago yang lewat pada batang  (Wibowo dan Annisrien. 2012).
Pengendalian Secara Biologi
            Konservasi dan augmentasi musuh alami dilakukan untuk menurunkan populasi Di Indonesia (Ambon dan Bangkurung), telah ditemukan serangga trichogrammatid (Doirania leefmansia Wat.) yang berpotensi sebagai parasitoid telur Sexava spp. Di Ambon dan Halmahera, ditemukan Tertrastichus dubius Wat. sebagai parasitoid telur Sexava spp. Prosapegus atrellus Dodd., ditemukan di Irian dekat dengan Sarmi-Bonggo mampu memarasit telur Sexava spp. yang diletakkan ditanah hingga 60%. Predator antara lain: semut rang-rang (Oecophylla smaragdina), laba-laba, burung dan katak hijau. Pemanfaatan jamur entomopatogen seperti Verticillium sp. yang telah diaplikasikan di Maluku Utara memiliki rata-rata daya infeksi sebesar 10,92% (Wibowo dan Annisrien. 2012).
Pengendalian Secara Kimia
            Masalah yang amat penting dalam PHT adalah dalam menetapkan saat pengendalian dengan menggunakan pestisida. Pengendalian dengan menggunakan insektisida secara berjadwal agar sangat dihindari. Aplikasi insektisida harus ditetap-kan dengan pedoman ”bila perlu”. Perlakuan hanya didasarkan pada bilamana diperlukan dan tepat waktu. Penggunaan pestisida yang lebih efisien dapat dihasilkan melalui penetapan waktu aplikasi yang hati-hati yang didasarkan pada perbaikan teknik monitoring populasi OPT dan perkembangan tanaman (Wibowo dan Annisrien. 2012)

No comments:

Post a Comment