BUDIDAYA TEMBAKAU DELI
Budidaya Tembakau Deli
Budidaya Masa Prapanen
a. Pembibitan
Langkah pertama dalam pembibitan adalah mengadakan benih yang bermutu dari varieatas unggul. Benih yang bermutu dan varietas unggul dapat menentuka hasil tembakau. Varietas unggul tembakau dapat diperoleh dari tetua-tetua yang memiliki sifat-sifat yang unggul.
Dengan telah lamanya pengembangan tembakau di Indonesia (1860), (de Jonge, 1989) maka diperkirakan Indonesia telah memiliki plasma nutfah yang besar sebagai sumber genetik untuk melakukan pemuliaan tanaman. Kelemahan-kelemahan varietas yang ada terhadap lingkungan marginal seperti hama dan penyakit, kekeringan, kemiskinan unsur hara dan kemasaman tanah dapat diatasi dengan memberdayakan berbagai ragam genetik dalam plasma nutfah yang ada.
Pada prinsipnya pembibitan tembakau dapat dilakukan secara bedengan dengan hasil bibit tembakau cabutan atau sistem polybag dengan hasil bibit dalam polybag. Kegiatan pembibitan tembakau terdiri dari persiapan benih, pemilihan tempat pembibitan, pembuatan bedengan, penaburan benih, pemeliharaan, seleksi dan pemindahan bibit.
1) Benih
Benih tembakau sangat kecil dengan indeks biji 50 – 80 mg/1 000 biji atau setiap gram mengandung 13000 butir benih, dengan demikian untuk dapat menyebar secara merata di atas bedengan tidak dapat disebarkan secara langsung. Benih yang digunakan untuk pembibitan harus dipersiapkan dari areal khusus pembibitan dan diseleksi secara tepat. Benih harus memiliki daya kecambah lebih dari 80 %.
Benih merupakan sarana produksi yang menentukan hasil tembakau karena setiap benih memiliki sifat genetik dan morfofisiologis yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Benih haruslah memiliki kemurnian yang tinggi tidak tercampur benih rusak, kotoran ataupun biji gulma, daya kecambah di atas 80 % dan bebas hama dan penyakit. Dengan demikian untuk pengadaan benih harus diseleksi dari pohon induk ataupun proses pemuliaan yang benar serta teknologi produksi benih yang memenuhi standar sehingga diperoleh benih unggul dan bermutu.
Untuk pengadaan benih tersebut diperlukan sarana prasarana yang memadai serta sumber daya manusia yang memahami pemuliaan dan produksi benih. Untuk itu pengadaan benih haruslah dikelola secara profesional baik oleh instansi terkait (seperti Balitas Malang dan Badan Penangkar Benih) dan swasta yang berkecimpung dalam industri tembakau. Sebagai contoh kasus Balitas Malang telah menghasilkan beberapa varietas unggul tembakau beserta sistem produksi benihnya. Contoh yang lain adalah untuk petani tembakau binaan PT. BAT Indonesia Tbk memperoleh benih yang dihasilkan secara standar produksi benih oleh PT. BAT Indonesia Tbk di Bali. Hasil dari benih ini adalah : keseragaman tanaman, vigor tanaman tinggi yang diawali oleh daya kecambah yang tinggi. Sedangkan contoh kasus petani Temanggung yang menggunakan benih hasil panen sendiri terdapat banyak kelemahan seperti daya kecambah serta produksi yang rendah.
2) Pesemaian Bedengan
Kegiatan pertama adalah pemilihan lahan untuk pembibitan dengan kriteria : dekat dengan areal pertanian, dekat dengan sumber air, tanahnya gembur subur dan mudah diolah, lahan terbuka terhadap sinar matahari, bebas dari tanaman famili Solanaseae pada pertanaman sebelumnya dan bebas dari gangguan hewan peliharaan.
Pengolahan Tanah pesemaian bedengan dilakukan 30 – 35 hari sebelum penaburan benih. Pengolahan tanah ini harus sudah dilakukan 70 – 80 hari sebelum tanam agar bibit siap salur pada waktu tanam, karena umur bibit tembakau siap salur adalah 40 – 45 hari. Pengolahan tanah terdiri dari pembajakan I dan pembajakan II dengan interval 1 sampai 2 minggu dan dengan kedalaman bajak 30 – 40 cm. Bedengan dibentuk dengan arah timur barat yang berukuran lebar 1 m panjang 5 m tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 75 – 100 cm.
Penaburan Benih dilakukan setelah bedengan semai siap tanam. Sebelum penaburan benih dilakukan pemupukan dasar dengan dosis 0,5 – 1 kg pupuk NPK/m2, 3 sampai 4 hari sebelum sebar. Benih tembakau dapat disebar di bedengan dengan perendaman atau tanpa rendaman sebelumnya. Perendaman benih dapat dilakukan selama 48 jam sebelum sebar. Penaburan benih dapat dilakukan dengan gembor berisi air ditambah sabun sebagai pendispersi agar benih tidak mengumpul. Penyebaran benih tanpa perendaman dapat dilakukan dengan mencampur benih dengan abu atau pasir halus agar merata.
Pembibitan perlu diberi naungan untuk melindungi benih dari cahaya matahari konstruksi atap naungan terbuat dari bambu berbentuk setengah lingkaran memanjang sepanjang bedengan. Naungan dapat digunakan plastik Polyetilen berukuran 5,2 m x 1,2 m x 0,5 m. Plastik Polyotilen (atap) dapat dibuka dari pukul 07.00 sampai 10.30 pada saat bibit berumur 15 – 20 hari, pukul 07.00 – 12.00 pada saat umur bibit 20 – 28 hari dan satu hari penuh setelah umur bibit 28 hari.
Di atas benih perlu dihamparkan mulsa dari potongan jerami berukuran ± 25 cm. Mulsa tersebut berfungsi untuk mencegah benih berpindah pada saat penyiraman atau saat hujan, melindungi kecambah dari matahari dan mengurangi penguapan serta mencegah kerusakan permukaan bedengan.
Pemeliharaan pembibitan meliputi penyiraman, pemupukan, pengaturan naungan, penjarangan mulsa, penyiangan, penjarangan tanaman, pengendalian hama dan penyakit dan seleksi bibit. Penyiraman pada pembibitan harus dilakukan secara intensif untuk memperoleh pertumbuhan bibit yang baik. Waktu dan volume penyiraman pada pembibitan seperti tertera pada tabel berikut.
Waktu dan Volume Penyiraman pada Pembibitan Tembakau
No
|
Waktu Penyiraman (HSS)
|
Frekuensi
|
Volume (l/m2)
|
1.
|
0 – 7
|
3 – 4 kali/hari
|
4.2 – 5.6
|
2.
|
7 – 20
|
2 – 3 kali/hari
|
2.8 – 4.2
|
3.
|
20 – 30
|
1 – 2 kali/hari
|
1.4 – 2.8
|
4.
|
30 – 35
|
1 kali/minggu
|
1.5
|
Keterangan : HSS = Hari Setelah Sebar
Sumber : Standar kultur Teknis PT. BAT Indonesia Klaten
Pemupukan bedengan semai dilakukan 3-4 hari sebelum penaburan benih. Dosis pemupukan adalah 35 g ZA, 100 g SP-36 dan 20 g ZK per m2 bedengan. Atau dapat digunakan pupuk majemuk NPK dengan dosis 0.1 – 1 kg/m2 bedengan. Pupuk ditabur merata di atas bedengan dan dicampur dengan lapisan tanah atas.
Hama dan penyakit yang sering menyerang pembibitan adalah ulat daun, ulat pucuk, ulat tanah dan penyakit rebah kecambah Phytium spp. Contoh jadwal penyemprotan insektisida dan fungisida pada pembibitan tembakau seperti tersaji pada tabel berikut.
Jadwal Penyemprotan Insektisida dan Fungisida di Pembibitan Tembakau
No
|
Umur Bibit (hari)
|
Volume Air (l/ha)
|
Insektisida
|
Fungisida
|
1
|
14
|
500
|
Fastac atau Decis
|
Benlate
|
2
|
17
|
500
|
Fastac atau Decis
|
Benlate
|
3
|
20
|
500
|
Fastac atau Decis
|
Topsin atau Orthocide
|
4
|
23
|
600
|
Fastac atau Decis
|
Topsin atau Orthocide
|
5
|
26
|
600
|
Azodrine atau Gusadrin
|
Topsin atau Orthocide
|
6
|
29
|
700
|
Fastac atau Decis
|
Benlate
|
7
|
32
|
800
|
Fastac atau Decis
|
Topsin atau Orthocide
|
8
|
36
|
900
|
Azodrine
|
Topsin atau Orthocide
|
9
|
38
|
1000
|
Azodrine
|
Benlate
|
10
|
41
|
1500
|
Fastac/Decis/Gusadrin
|
Benlate
|
Sumber : Arsip Kebun Wedi Birit, (1998)
Penjarangan bibit (reseting) perlu dilakukan untuk menghindari kelembaban yang berlebihan karena bibit terlalu padat yang dapat menimbulkan serangan penyakit rebah kecambah atau lanas. Disamping itu penjarangan juga diperlukan agar bibit tidak mengalami etiolasi dan tidak terjadi persaingan unsur hara sehingga bibit tumbuh dengan vigor seragam. Reseting dilakukan pada umur 21 hari.
Seleksi bibit dilakukan tiga kali yaitu pada umur 10 – 13 hari, 20 – 23 hari dan 33 hari. Bibit siap salur memiliki kriteria umur 38 – 40 hari, tinggi bibit 10 – 12 cm, diameter batang 0,8 – 1 cm, jumlah daun 5 -6 lembar, warna daun hijau dan tanaman sehat. Pencabutan bibit dilakukan pada pagi atau sore hari dengan menyiram bedengan sebelumnya. Pencabutan dilakukan dengan menyatukan daun yang telah sempurna.
b. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah ditujukan untuk memberi kondisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan akar tanaman tembakau, sehingga sistem perakaran berkembang baik dan mampu menyerap air serta unsur hara dalam jumlah yang cukup untuk menunjang pertumbuhan yang terjadi dalam waktu singkat. Guna memperoleh perakaran yang baik pengolahan tanah harus mencapai kedalaman olah lebih dari 30 cm, disamping upaya lain kearah terbentuknya struktur tanah yang remah.
Untuk lahan bekas sawah pekerjaan pertama adalah membersihkan jerami kemudian dilanjutkan dengan pembuatan got keliling untuk mengeringkan lahan dan sebagai saluran irigasi di areal pertanaman tembakau. Selanjutnya dilakukan pembajakan pertama dan dilanjutkan bajak ke-dua dengan arah memotong bajak pertama. Gebrus total dilaksanakan sesudah jarak tanam yang digunakan ditentukan. Gebrus total dilakukan dengan cara menarik tanah lapisan atas dan mencangkul tanah lapisan bawah sedalam 30 cm untuk menutup lubang dibelakangnya. Gebrus total bertujuan untuk menembus lapisan olah dan oksigen tanah. Selanjutnya dilakukan bajak 3 dan bajak 4 serta penghancuran tanah yang masih berupa bongkahan. Guludan yang tinggi menentukan keberhasilan tanaman tembakau karena berhubungan dengan drainase dan pemupukan.
Pengolahan tanah dilakukan 70 hari sebelum penanaman dimana H-70 dilakukan pembersihan jerami, H-60 pembuatan got keliling, H-55 pembajakan 2, H-40 pembajakan 3, H-30 pembajakan 4, H-25 pembersihan rumput di pematang dan H-15 dilakukan bajak siap tanam.
c. Penanaman
1) Jarak Tanam dan Populasi Tanam
Tembakau deli Temanggung Jarak tanam digunakan 100 cm x 50cm (jarak tanam pagar ganda) atau 100 cm x 75 cm. Populasi tanaman berkisar antara 11.000 hingga 18.000 batang/ha.
Tembakau deli Madura ditanam dengan populasi berkisar antara 20.000 sampai dengan 33.000 tanaman/ha. Jarak tanam yang paling baik adalah 100 cm x 50 cm atau 100 cm x 45 cm dengan populasi tanaman 33.000 tanaman /ha.
2) Musim Tanam dan Penanaman
Tembakau deli ditanam pada bulan Maret-April.Untuk menjamin pertumbuhan tanaman yang seragam dilakukan seleksi bibit yang akan ditanam. Penyiraman pada waktu penanaman dapat dilakukan sebelum atau setelah penanaman. Untuk mencegah serangan hama pada bibit yang baru ditanam di sekitar lubang tanam diaplikasikan Furadan 3G dengan dosis 2 gram/lubang tanam.
Waktu tanam sebaiknya dilakukan pada sore hari (pukul 14.00 – 17.00) untuk menghindari kelayuan bibit karena terik sinar matahari. Cara penanaman diusahakan agar akar bibit tidak terlipat dan patah. Penanaman dilakukan dengan tangan sedalam 4 cm kemudian tanah ditekan agar pangkal batang dan akar melekat dengan tanah.
Penyiraman sebanyak 1 liter/lubang tanam dilakukan setelah penanaman setiap pagi dan sore sampai tanaman “nglilir” (mulai tumbuh). Penyulaman dilakukan mulai umur 3 hari sampai umur 10 hari setelah tanam, bibit diambil dari cadangan bibit yang ditanam diantara barisan tanaman.
d. Pemeliharaan Tanaman dalam Budidaya Tembakau
1) Pendagiran/pembumbunan
Pendangiran dimaksudkan untuk memperbaiki susunan udara tanah, memudahkan perembesan air, mengendalikan gulma dan memperbaiki guludan. Pendangiran dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak akar tanaman yang berada pada kedalaman 30 cm – 40 cm di dalam tanah. Pendangiran dilakukan 3 – 4 kali tergantung pada kondisi tanah pada lahan dan gulma. BAT di Klaten misalnya melakukan pendangiran sebanyak 4 kali yaitu pada 1 sampai 14 HST 30 – 35 HST, 45 – 55 HST dan 80 – 85 HST. Pendangiran umumnya dilakukan setelah pengairan.
2) Pemupukan
Pemupukan pada tanaman tembakau ditujukan untuk memenuhi unsur hara sehingga tanaman dapat menghasilkan krosok yang tinggi baik jumlah maupun kualitasnya. Untuk menghasilkan 2.000 kg krosok/ha tanaman tembakau menyerap unsur hara seperti tertera pada tabel berikut.
Jumlah Unsur Hara yang Terserap Oleh Tanaman Tembakau untuk Menghasilkan 2.000 kg krosok/ha.
Unsur Hara Tanaman
|
Kg/ha
|
N
|
70
|
P
|
12
|
K
|
80
|
Ca
|
55
|
Mg
|
22
|
S
|
18
|
B
|
0,07
|
Mn
|
0,7
|
Fe
|
Sedikit
|
Zn
|
Sedikit
|
Cu
|
0,04
|
Mo
|
Sedikit
|
Sumber : McCants dan Woltz (1967)
Dosis pupuk yang diterapkan sangat beragam tergantung pada tanah teknologi, jenis tembakau dan kemampuan pendanaan. Tembakau Deli Temanggung : Pemupukan yang diterapkan petani : 600 kg ZA, 100 kg TSP dan pupuk kandang sekitar 17-22,5 ton/ha. Tembakau Madura : 200 kg ZA/ha, 100 – 120 kg SP36/ha dan 5 ton pupuk kandang/ha.
3) Pemangkasan
Pada tanaman tembakau dikenal 2 macam pemangkasan yaitu : topping (pangkas pucuk) dan suckering atau pembuangan tunas samping (wiwil). Pangkas pucuk maupun wiwil pada tanaman tembakau bertujuan untuk menghentikan pengangkutan bahan makanan ke mahkota bunga atau kekuncup tunas sehingga hasil foto sintesis dapat terakumulasi pada daun sehingga diperoleh produksi krosok dan kualitasnya yang tinggi. Pangkas pucuk dan wiwil biasanya dilakukan secara manual. Pangkasan pucuk dilakukan pada saat button stage atau saat daun berjumlah 20 helai di atas daun bibit. Pangkasan wiwil dilakukan 3 sampai 5 hari sekali pada saat panjang tunas samping sekitar 7 cm. Wiwil dilakukan sampai panen berakhir. Pangkasan wiwil saat ini sudah dapat dilakukan dengan bahan kimia (sucrisida) Hyline 715. Penggunaan sucrisida memberikan hasil yang lebih baik.
No comments:
Post a Comment