Bawang dayak
atau bawang hantu menurut masyarakat karo (Eleutherine americana
Merr) merupakan salah satu jenis obat-obatan yang di kenal di Indonesia.
Masyarakat karo biasa menggunakan tanaman ini sebagai obat asma dan obat luka.
Tetapi di daerah karo sendiri pun masih menganggap tanaman ini sebagai gulma di
areal pertanaman mereka. Dalam umbi bawang dayak terkandung senyawa fitokimia
yakni alkaloid, glikosida, flavonoid,fenolik, steroid dan tannin (Nur, 2011).
Secara empiris diketahui tanaman bawang sabrang dapat menyembuhkan
penyakit kanker usus, kanker payudara, diabetes melitus, hipertensi, menurunkan
kolesterol, obat bisul, stroke dan sakit perut sesudah melahirkan.
Kenyataan yang ada di masyarakat lokal merupakan bukti bahwa tanaman ini
merupakan tanaman obat multifungsi yang sangat bermanfaat sehingga penelitian
dan pengembangan lebih lanjut sangat diperlukan untuk kepentingan masyarakat
(Galingging, 2007).
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati (biodiversity) yang
melimpah untuk jenis tanaman yang diduga memiliki khasiat sebagai obat.
Pemanfaatan bahan yang bersifat alami telah menjadi isu back to nature dan
cenderung menjadi pilihan bagi masyarakat Indonesia. Selain itu, krisis ekonomi
yang berkepanjangan serta biaya pengobatan yang relatif mahal membuat
masyarakat Indonesia beralih ke pengobatan secara tradisional (Nur, 2011).
Salah satu kendala dalam budidaya bawang sabrang adalah
teknik budidaya. Dalam hal ini terkait dengan penggunaan pupuk organik dan
waktu aplikasi pupuk itu sendiri. Salah
satu cara yang digunakan untuk meningkatkan produksi adalah dengan pemberian
arang sekam dan waktu aplikasi pupuk yang tepat. Mengingat produk dari bawang
sabrang adalah umbi, maka perlu dilakukan
untuk mendapatkan produksi yang optimal.
Menurut hasil penelitian Bahri (2012) menunjukkan bahwa
penambahan arang sekam hanya berpengaruh nyata terhadap volume umbi dan dosis
arang sekam memberikan pengaruh terbaik terhadap volume umbi yaitu penambahan
arang sekam dengan dosis 20 ton/ha pada bawang merah.
Dalam pemupukan, hal penting yang perlu diperhatikan adalah efisiensi pemupukan. Beberapa faktor yang
mempengaruhi efisiensi
pemupukan adalah sifat tanah, kebutuhan tanaman, takaran pupuk, serta waktu dan
cara pemupukan.
Cara
pemberian pupuk yang baik mencakup tiga hal, yaitu: (1) efisiensi pemupukan tinggi, (2) tidak
menimbulkan kerusakan pada tanaman, dan (3) mudah dikerjakan
(Balai Informasi Pertanian
Jawa Timur, 1986).
����
ReplyDelete