Tuesday, September 2, 2014

Makalah Gladiol, Makalah Tentang Gladiol

Makalah Gladiol, Makalah Tentang Gladiol
Gladiol merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang potensial untuk dibudidayakan secara meluas, karena nilai estetikanya dan mampu menunjang peningkatan pendapataan petani.  Produktivitas bunga potong dan bibit gladiol ditingkat petani masih rendah, yaitu baru mencapai 169.189 tangkai dan 36.405 subang/ha.  Volume pemasaran di kota-kota besar telah mencapai 127.200 tangkai per minggu, dan akhir-akhir ini permintaan bunga potong meningkat rata-rata 10% per tahun.  Untuk memenuhi permintaan pasar, produktivitas gladiol, baik sebagai bunga potong maupun bibit  perlu ditingkatkan melalui penyempurnaan teknik budidaya dan aspek pemasarannya.
            Gladiol berasal dari bahasa latin “Gladius” yang berarti pedang kecil , menunjukkan pada bentuk daunnya yang sempit dan panjang seperti pedang.  Genus gladiolus terdiri dari 180 spesies yang merupakan tanaman semusim berbentuk herba termasuk dalam famili Iridaceae.  Gladiol berasal dari                   Afrika Selatan dan sudah menyebar di Asia sejak 2000 tahun silam, kemudian pada tahun 1730 memasuki daratan Eropa dan berkembang baik di negara Belanda.
Makalah Gladiol, Makalah Tentang Gladiol
Tanaman gladiol yang termasuk subklas Monocotyledoneae, berakar serabut, dan tanaman ini membentuk pula akar kontraktil yang tumbuh pada saat pembentukan subang baru. Kelebihan dari bunga potong gladiol adalah kesegarannya dapat bertahan lama sekitar 5-10 hari dan dapat berbunga sepanjang waktu.
Hasil penelitian tahun 1988, Indonesia mengenal 20 varietas gladiol dari Belanda kemudian diuji multi lokasi di kebun percobaan Sub Balai Penelitian Hortikultura Cipanas. Tiga varietas diantaranya memiliki penampilan yang paling indah, (warna dan bentuknya berbeda dengan gladiol lama), yaitu: White godness (putih), Tradehorn (merah jingga), dan Priscilla (putih). Ragam jenis bunga gladiol adalah:
§  Gladiolus gandavensis, berukuran besar, susunan bunga terlihat bertumpang tindih, panjang 90-150 cm
§  Gladiolus primulinus. berukuran kecil, sangat menarik. Bertangkai halus tetapi kuat dan panjangnya mencapai 90 cm
§  Gladiolus ramosus. Panjang tangkai bunga 100-300 cm
§  Gladiolus nanus. Tangkai bunga melengkung, dan panjang hanya 35 cm
Namun, bunga gladiol tergolong bunga yang mudah kehilangan air (gladiol cepat layu). Meskipun begitu, kondisi tersebut masih dapat disiasati. Tentunya, teknik memanen yang benar juga harus diterapkan. Bunga potong sebaiknya tidak dipanen ketika mentari sedang terik tetapi dipanen sebelum matahari terbit atau menjelang petang. Saat memanen, batang bunga dipotong miring. Dengan begitu, tercipta penampang batang yang lebih luas untuk menyerap air. Panen bunga dapat dilakukan setelah kuntum 1 dan kuntum 2 bunga terbawah sudah menunjukkan warnanya, tetapi belum mekar. Bila panen dilakukan setelah mekar, bunga gladiol akan mudah rusak pada saat pengangkutan. Tetapi sebaliknya bila bunga dipanen terlalu awal, maka bunga tidak dapat mekar sempurna.

Badan Litbang Pertanian melalui Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) telah menghasilkan empat varietas gladiol yaitu Dayang Sumbi, Kaifa, Clara, dan Nabila. Bunga yang bisa tumbuh di ketinggian 600-1400 m dpl ini mempunyai nilai ekonomis cukup baik.
Tanaman yang berasal dari Afrika Selatan ini mempunyai nama latin ”Gladius” yang berarti ”pedang kecil” bisa tumbuh dengan baik pada tanah                   ber-pH 5,8-6,5 dalam suhu 10-25oC. Perbanyakan dapat dilakukan secara vegetatif maupun generatif. Tanaman ini sangat toleran pada berbagai struktur tanah, dari tanah yang ringan berpasir dengan berbahan organik rendah sampai tanah yang berat berlempung atau liat.
Penanaman gladiol harus diusahakan pada lahan yang bukan bekas pertanaman gladiol atau keluarga dekatnya, seperti iris, ixia, freesia dan monbretia. Kalau mau memanfaatkan lahan yang sama sebaiknya diberakan selama 1 tahun. Bahkan di Australia dan New Zelaland lahan bekas pertanaman gladiol diberakan sampai 3 tahun sebelum ditanami kembali.
Tanaman gladiol akan berbunga sekitar 60-90 hari setelah tanam. Panen bunga dapat dilakukan setelah kuntum 1 dan kuntum 2 bunga terbawah sudah menunjukkan warnanya, tetapi belum mekar. Bila panen dilakukan setelah mekar, bunga gladiol akan mudah rusak pada saat pengangkutan. Tetapi sebaliknya bila bunga dipanen terlalu awal, maka bunga tidak dapat mekar sempurna.
Bila anda tinggal di daerah yang cocok untuk tanaman gladiol, petunjuk teknis ini dapat menuntun anda dalam budidaya dan menekuni agribisnis gladiol.
Kelebihan dari bunga potong gladiol adalah kesegarannya dapat bertahan lama sekitar 5-10 hari dan dapat berbunga sepanjang waktu.
Gladiol (Gladiolus) adalah tanaman bunga yang hanya dibudidayakan sebagai bunga potong (cut flower). Gladiol hampir tidak pernah dibudidayakan sebagai tanaman hias pot, atau sebagai elemen taman. Di halaman-halaman rumah di pedesaan di kawasan pegunungan, memang sering tampak tanaman gladiol di halaman rumah mereka. Tetapi gladiol tidak pernah secara formal dijadikan sebagai elemen taman, oleh para perancang eksterior lanskap. Terlebih dijadikan bunga pot seperti halnya krisan sprai. Sebaliknya, bunga gladiol sangat populer sebagai bunga potong, karena beberapa alasan. Pertama, sosok bunga gladiol menunjukkan karakter kuat, dengan variasi warna yang kaya. Mulai dari putih bersih, merah cerah, pink, ungu, sampai ke merah gelap. Ukuran tangkai dan kelopak bunga sangat besar, hingga gladiol menjadi populer untuk menghias ruangan besar. Kuntum-kuntum gladiol aneka warna itu, tumbuh pada tangkai bunga yang memanjang dan kekar, dengan ujung tangkai meruncing. Karakter ini menunjukkan suasana gagah dan formal. Hingga pesta-pesta besar, atau perayaan keagamaan (Kristen, Katolik), senang menggunakan gladiol, sebagai hiasan meja, altar, dan sudut-sudut ruangan.
Sebelum krisan sprai dibudidayakan secara massal pada awal tahun 1990an, maka bunga potong yang paling banyak dibudidayakan adalah gladiol. Sentra budidaya gladiol terbesar di Indonesia, adalah kawasan Bandung dan sekitarnya, di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Kawasan wisata di lereng selatan    Gunung Ungaran ini memang terkenal sebagai penghasil sayuran dataran tinggi, dan bunga potong. Termasuk bunga lily, yang dibudidayakan secara tradisional di antara tanaman jagung, singkong, keladi, dan bunga mawar di tepi petakan terasering. Krisan tunggal pun, hanya dihasilkan dari kawasan ini.
Nama gladiol sendiri berasal dari bahasa latin gladius, yang berarti pedang. Istilah gladiator yang sangat terkenal itu, juga berasal dari kata gladius, yakni orang yang bertarung memakai pedang di arena amphiteater pada jaman Romawi Kuno. Baik pertarungan antar gladiator, maupun antara gladiator dengan binatang buas. Bunga ini diberi nama gladius, yang kemudian menjadi gladiolus, karena daunnya mirip dengan bentuk pedang. Pipih kaku, salah satu tepinya tajam, dan ujungnya meruncing. Hingga kemudian bunga gladiol juga disebut sebagai sword lily (lili pedang), sampai sekarang.
Munculnya sebutan gladiol bagi bunga ini, sangat terkait dengan habitat aslinya, serta kultur Romawi Kuno yang sangat mengandalkan pedang bagi para tentara mereka. Habitat asli gladiol memang di sekitar Laut Tengah, termasuk di Italia. Genus gladiol terdiri dari 260 spesies. Sekitar 250 spesies gladiol berhabitat di Afrika, mulai dari Sahara sampai ke Afrika Selatan. Namun sebagian besar spesies tersebut, terkonsentrasi di habitat sekitar Gurun Sahara dan tepi Laut Tengah. Hanya ada 10 spesies yang berhabitat di daratan Eropa Selatan, juga di sekitar Laut Tengah. Karena habitatnya yang merupakan kekuasaan Romawi Kuno, maka bunga ini kemudian disebut sebagai gladius atau gladiolus, alias bunga berdaun pedang.
Gladiol adalah tanaman berumbi. Umbi gladiol tampak seperti bawang bombai, hanya bentuknya pipih, dengan lekukan di bagian bawahnya. Kalau umbi bawang bombai berlapis-lapis (umbi lapis), maka umbi gladiol masif (utuh), meskipun tetap dibalut lapisan kulit kering berwarna cokelat. Di kawasan sub tropis, umbi gladiol akan mengalami masa dorman (istirahat), mulai dari musim gugur dan selama musim dingin. Pada musim semi, umbi akan bertunas, tumbuh menjadi tanaman selama musim panas, dan berbunga. Gladiol adalah tanaman semusim, yang setelah menghasilkan bunga akan mati, tetapi umbinya tetap hidup dalam kondisi dorman.
Yang disebut “tanaman gladiol” sebenarnya gabungan seludang tangkai daun, dan daun pedangnya yang memang kaku dan kokoh. Di tengah batang semu inilah pada musim panas akan muncul kenop bunga. Bunga gladiol bertangkai sampai sepanjang 1 m, dengan kuntum bunga mencapai belasan. Mekarnya bunga gladiol, berurutan mulai dari kuntum paling bawah, ke kuntum di atasnya. Kuntum bunga dipotong ketika satu sampai tiga kuntum paling bawah telah mekar. Dalam vas bunga, gladiol mampu bertahan sampai satu minggu. Dengan catatan, tiap hari air vas diganti, dan potongan pangkal tangkai diiris ulang. Gladiol yang dirangkai dalam karangan bunga tanpa vas, akan langsung layu dalam jangka waktu satu hari.
Bunga gladiol yang terserbuki akan menghasilkan biji dalam buah polong. Karena bisa menghasilkan biji yang fertil, maka gladiol bisa disilang-silangkan hingga menghasilkan ratusan hibrida baru, dengan bunga yang sangat bervariasi. Budidaya gladiol asal biji, memerlukan waktu beberapa tahun, sebelum umbi tersebut cukup besar, hingga tanamannya menghasilkan bunga. Sebab ukuran biji gladiol yang sangat kecil, berdiameter kurang dari 0,5 mm. Selain dibudidayakan dengan biji, gladiol juga menghasilkan anakan umbi, disekeliling umbi induk. Anakan umbi ini ketika dijadikan benih, akan lebih cepat menghasilkan bunga, dibanding benih asal biji.
Umbi anakan, yang hanya berdiameter 2 s/d 3 cm atau lebih kecil biasanya akan disemai terlebih dahulu hingga membesar menjadi umbi berukuran                             5 s/d 6 cm. Umbi berukuran besar inilah yang akan dijadikan benih budidaya penghasil bunga. Penyemaian umbi anakan ini bisa memakan waktu 1 s/d 3 periode tanam, sangat tergantung dari ukuran benih awal. Tanaman semai ini dipupuk dengan pupuk N dosis tinggi hingga tidak menghasilkan bunga. Benih induk akan disisihkan oleh petani untuk dibudidayakan pada musim tanam berikutnya dan akan kembali menghasilkan bunga. Hingga umbi anakan hanya akan digunakan petani untuk perluasan areal tanam juga untuk peremajaan tanaman.
Umbi induk yang dibudidayakan terus-menerus, akhirnya akan kehabisan energi, hingga bunganya semakin mengecil. Biasanya, petani hanya membungakan umbi induk ini sebanyak tiga periode tanam, selanjutnya akan digunakan benih baru yang berasal dari pembesaran umbi anak. Di negeri tropis seperti Indonesia, umbi gladiol tetap memerlukan masa dorman paling sedikit selama tiga bulan. Hingga petani gladiol yang akan terus memroduksi bunga, selalu punya stok umbi sebagai benih yang sudah mengalami masa dorman. Umbi benih ini, oleh para petani di Bandung, disimpan di para-para di atas perapian, untuk menghindari pembusukan dan kelembapan tinggi.






Pemanenan Tanaman Bunga Gladiol Budidaya bunga gladiol dapat diatur sedemikian rupa sehingga panen dapat dilakukan setiap minggu. Biasanya budidaya tanaman gladiol dilakukan berdasarkan pesanan pasar, sehingga panen dapat terus dilakukan pada waktu yang telah ditentukan.
Tanaman gladiol berbunga pada umur 60 - 80 hari setelah tanam, tergantung pada kultivarnya. Bunga pertama akan mekar sekitar 10 hari setelah primordia bunga muncul. Bunga dapat dipetik setelah warna dari 1 atau 2 floret terbawah telah dapat dilihat dengan jelas tetapi belum mekar. Jika kuncup bunga dibiarkan sampai mekar penuh, kerusakan akan mudah terjadi terutama selama pengemasan dan pengangkutan. Bila bunga dipanen terlalu awal, (sebelum floret terbawah menampakan warna bunga), maka akan ada kemungkinan bunga tidak dapat mekar dengan sempurna.
Pemanenan dilakukan secara hati-hati dengan menyertakan 2-3 daun pada tangkai bunga dan menyisakan daun-daun pada tanaman sebanyak mungkin minimum 4 daun. Pemotongan tangkai bunga dengan pisau tajam dan bersih supaya terhindar dari kontaminasi jasad renik Jika menggunakan pisau tumpul, terjadi luka lebih lebar pada permukaan dasar tangkai bunga, memungkinkan terjadi infeksi.
Bunga gladiol tergolong bunga yang mudah kehilangan air. Sebaiknya panen bunga dilakukan pagi hari, karena saat tersebut bunga gladiol berturgor optimum. Kandungan karbohidrat yang rendah dapat diperbaiki dengan larutan pengawet yang mengandung gula.
Makalah Gladiol, Makalah Tentang Gladiol
Panen bunga tidak dianjurkan pada saat suhu udara tinggi (siang hari) atau pada turgor rendah, bunga basah oleh embun, hujan atau sebab lain. Bunga yang basah akan mudah terserang oleh cendawan Botrytis gladiolorum (blight), walaupun pada kondisi suhu udara yang rendah.

Untuk seluas 1 hektar akan menghasikan panen bunga ± sebanyak 200.000 potong. Budidaya bunga potong gladiol dapat diatur sedemikian rupa sehingga panen bunga (pemanenan terbanyak) dilakukan setiap minggu. Secara teknis dapat diatur dengan pemetakan lahan, sehingga dalam satu saat terdapat lahan siap olah, siap tanam, dan siap panen.
Makalah Gladiol, Makalah Tentang Gladiol

No comments:

Post a Comment