Tanaman Cabai (Capsicum sp.)
Penyiapan Benih
Benih cabai dapat
dibuat sendiri dengan cara pilih buah cabai yang matang (merah), bentuk
sempurna dan segar, tidak cacat dan tidak terserang penyakit. Kemudian
keluarkan bijinya dengan mengiris buah secara memanjang, cuci biji dan kemudian
dikeringkan. Kemudian pilih biji yang bentuk, ukuran, dan warna seragam,
permukaan kulit bewrsih, tidak keriput dan tidak cacat. Benih yang ditanam
diseleksi dengan cara direndam dalam air, biji yang terapung dibuang (Widodo,
2004).
Persemaian
Tahap awal budidaya cabai
adalah membuat persemaian guna menyiapkan bibit tanaman yang sehat, kuat dan
seragam sebagai bahan tanam di lapangan. Media semai yang dipergunakan hendaknya
mempunyai struktur yang remah, tidak menahan air dan cukup nutrisi. Bahan yang dapat digunakan adalah
campuran kompos (pupuk kandang), tanah,
dan pasir dengan perbandingan 1:1:1 (Muis, dkk, 2008).
Tempat persemaian
berupa bedengan berukuran lebar 1 m, diberi naungan atap plastik transparan,
dan atap menghadap ke timur. Sebelum
disemai bibit direndam dalam air hangat atau
larutan fungisida selama 1 jam, untuk mempercepat perkecambahan dan menghilangkan hama/penyakit yang terbawa
benih. Benih disebar rata pada bedengan dan ditutupi tipis tanah halus,
lalu ditutupi lagi dengan daun pisang.
Setelah benih berkecambah (7-8 hari)
tutup daun pisang dibuka. Setelah membentuk 2 helai daun (12-14 hari) bibit
dipindahkan ke dalam bumbungan dengan
media yang sama (campuran tanah dan pupuk kandang). Bumbungan dapat
mengurangi kerusakan akar bila dipindahkan ke lapangan (BPTP, 2008).
Persiapan
lahan
Tanah dicangkul dan
dibuat bedeng berukuran 1,2 m x 30 m. tinggi bedeng 30 cm. jarak antar bedeng
60 cm digunakan sebagai tempat pemeliharaan. Di atas bedengan ditaburi dengan
pupuk kandang 20 ton/ha dan kapur (bila terlalu masam) 1000-1200 ton sampai ph
6-6.5, kemudian diaduk dengan tanah sampai merata. Taburi pupuk dasar urea,
SP36, dan KCL sesuai dengan dosis. Rapihkan kembali bedengan dengan mulsa
plastik hitam perak (Susila, 2006).
Penanaman
di Lapangan
Penanaman bibit pada
bedengan dilakukan setelah berumur 21–24 hari. Jarak tanam 50 x 60 cm untuk
dataran rendah dan 60 x 75 cm untuk dataran tinggi. Untuk menanggulangi stress
saat pindah tanam, penanaman dilakukan pada sore hari atau pagi hari sekali.
Setelah selesai tanam dilakukan penyiraman air secukupnya dengan cara disemprotkan
dengan tekanan rendah dan merata sampai ke akarnya. Penanaman diusahakan
serentak selesai dalam1 hari. Penanaman dilakukan dengan cara merobek kantong
semai dan diusahakan media tidak pecah dan langsung dimasukkan ke lubang tanam
(Prayudi, dkk, 2010).
Penanaman
di Pot
Bibit dimasukkan ke
dalam pot permanen yang telah diisi media tanam sebanyak sepertiga bagiannya.
Sedapat mungkin bibit ditempatkan di bagian tengah wadah, lalu ditambahkan
media tanam lagi ke dalam pot sampai mencapai 1 cm dari bibir pot. Permukaan
media kemudian diratakan dan dipadatkan dengan tangan. Setelah itu, tanaman
disiram dan ditempatkan di ruang terbuka. Tanaman diusahakan mendapat sinar
matahari penuh di pagi hari (Redaksi Trubus, 2001).
Pemupukan
Takaran pupuk yang
dianjurkan yaitu 150 kg urea, 350 kg ZA , 150 kg SP36 dan 200 kg KCl. Setengah
pupuk urea an KCl serta seluruh SP36 diberikan pada umur 7-10 hari setelah tanam serta setengah pupuk urea
dan KCl diberikan pada umur 30-40 hari
setelah tanam. Pemberian pupuk tambahan dilakukan pada 2, 4, 6, 8 minggu setelah tanam.
Cara pemberian dengan melingkarkan sekeliling tanaman 5-7 cm dari tanaman (Muis, dkk, 2008).
Untuk penanaman cabai
pada lahan kering di dataran tinggi/medium (jenis Andosol/Latosol) adalah
sebagai berikut: Pemupukan dasar terdiri
dari pupuk kandang kuda (20-30
ton/ha) atau pupuk kandang ayam (15-20 ton/ha) dan Pupuk SP-36 (300-400 kg/ha) dilakukan
satu minggu sebelum tanam. Pupuk susulan terdiri dari pupuk urea (200-300
kg/ha), ZA (400-500 kg/ha) dan KCl (250-300 kg/ha), diberikan 3 kali pada umur
3, 6 dan 9 minggu setelah tanam masing-masing 1/3 dosis, dengan cara disebarkan
disekitar lubang tanam kemudian ditutup dengan tanah (BPTP, 2008).
Pemeliharaan
Tanaman
Penyulaman
Penyulaman dilakukan
pada tanaman yang tidak sehat pertumbuhannya dengan bibit baru yang kira-kira
umurnya sama. Penyulaman dilakukan satu minggu setelah tanam (BPTP, 2008).
Pengairan
Cabai termasuk tanaman
yang tidak tahan kekeringan, tetapi juga
tidak tahan terhadap genangan air. Air
diperlukan dalam jumlah yang cukup. Kelembaban tanah yang ideal 60-80%
kapasitas lapang. Masa kritis yaitu saat pertumbuhan vegetatif cepat, pembungaan
dan pembuahan. Jumlah kebutuhan air per
tanaman selama pertumbuhan vegetatif 250 ml tiap 2 hari, dan meningkat jadi 450
ml tiap 2 hari pada masa pembungaan dan
pembuahan. Sistem irigasi tetes pada lahan kering dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air dan hasil cabai. Atau
pengairan sistem digenang (leb) selama
15-30 menit kemudian airnya dikeluarkan
dari petakan (BPTP, 2008).
Pengajiran
Pengajiran dilakukan
satu minggu setelah tanam. Ajir terbuat dari bambu 2 x 100 cm dan ditancapkan 10 cm dari pohon,
ditanamkan dalam tanah sedalam 20-30 cm dengan posisi miring keluar. Pengikatan
tanaman pada ajir dilakukan pada umur 15 hari setelah tanam dengan rafia (Susila,
2006).
Pewiwilan
Tunas yang tumbuh diketiak
daun perlu dihilangkan dengan menggunakan tangan yang bersih. Perempelan
dilakukan sampai terbentuk cabang utama yang di tandai dengan munculnya bunga pertama.
Tujuan perempelan untuk mengoptimalkan pertumbuhan (Prayudi, dkk, 2010).
Penyiangan
Penyiangan dilakukan
sebaiknya sebulan sekali atau bersamaan dengan pemupukan agar tanaman bisa
terbebaskan dari gulma. Penyiangan dilakukan secara manual sesuai dengan
pertumbuhan gulma. Apabila lahan diberi mulsa, persoalan gulma bisa teratasi (Setiadi, 2000).
Pengendalian
Hama dan penyakit
Adapun penyakit yang
menyerang pertanaman cabai antara lain :
1. Penyakit
Virus Kuning
Penyakit yang disebabkan oleh virus
gemini tidak ditularkan karena tanaman bersinggungan atau terbawa benih. Di lapangan virus ditularkan oleh kutu
kebul Bemisia tabaci atau Bemisia argentifolia. Gejala dari jauh
hamparan pertanaman cabai berubah dari warna hijau menjadi menguning.
2. Penyakit
Antraknosa (Colletotrichum sp).
Gejala pada buah membuat buah
busuk. Penyakit dapat menginfeksi buah matang maupun buah muda.
3. Busuk
Batang dan Busuk Daun
Busuk ini merata menuju ke bagian
bawah tanaman dan menyerang kuncup bunga yang lain, sehingga seluruh bagian atas tanaman terkulai.
Batang yang terserang menjadi
busuk kering, kulitnya mudah terkelupas, akhirnya tanaman mati.
4. Layu
Fusarium
Penyebab penyakit layu Fusarium
adalah jamur Fusarium oxysporum var vasinfectum. Pangkal batang tersebut menjadi
busuk dan berwarna cokelat tua.
5.
Bercak Daun Cercospora
Penyakit bercak daun pada cabai
disebabkan oleh jamur Cercospora capsici. Gejala pada daun berupa bercak
sirkuler dengan bagian tengah berwarna abu-abu, dan bagian luarnya berwarna
coklat tua. Pada kelembaban tinggi, bercak cepat melebar, kemudian mengering
dan pecah dan akhirnya gugur. Daun yang terinfeksi berat berubah warna menjadi
kuning dan gugur ke tanah.
6. Penyakit
Mosaik
Penyakit mosaik pada cabai
disebabkan oleh Cucumber Mosaic Virus (CMV), atau gabungannya dengan beberapa
virus lain seperti Tobacco Mosaic Virus (TMV), Potato Virus Y (PVY) dan Chilli
Veinal Mottle Virus (CVMV). Tanaman yang terinfeksi menjadi kerdil, warna daun
belang hijau muda dan hijau tua, ukuran daun lebih kecil daripada daun yang
sehat.
Adapun hama-hama tanaman cabai antara
lain:
1. Kutu
daun persik (Myzus persicae Sulz.)
Kutu daun persik dapat menyebabkan
kerugian secara langsung, yaitu mengisap cairan tanaman.
2. Thrips
(Thrips parvispinus Karny).
Mula-mula daun yang terserang
memperlihatkan gejala noda keperakan yang tidak beraturan, akibat adanya luka
dari cara makan hama tersebut.
3. Tungau
(Polyphagotarsonemus latus Banks).
Gejala umum adalah tepi daun
keriting menghadap kebawah seperti bentuk sendok terbalik dan terjadi
penyempitan daun. Daun yang terserang berwarna keperakan pada permukaan bawah
daun.
4. Hama
Lalat Buah (Bactrocera dorsalis Hendel)
Gejala serangan lalat buah pada
buah cabai ditandai dengan ditemukannya titik hitam pada pangkal buah. Jika
buah dibelah, di dalamnya ditemukan larva lalat buah.
5. Hama
Ulat Penggerek Buah (Helicoverpa armigera Hubner)
Buah cabai merah yang terserang
ulat penggerek buah menunjukkan gejala berlubang dan tidak laku di pasaran.
Jika buah dibelah, di dalamnya terdapat ulat.
(Prayudi, dkk, 2010).
Pengendalian
Pengendalian hama dan
penyakit dilakukan
bila perlu saja yaitu bila terlihat gejala adanya serangga atau penyakit. Untuk
tindakan preventif disemprotkan pestisida setiap minggu setelah tanam dengan
insektisida dan fungisida secara bergantian dengan dosis sesuai anjuran
(Susila, 2006).
Panen dan Pasca Panen
Panen
Panen cabai
yang ditanam didataran rendah lebih cepat
dipanen dibandingkan dengan cabai dataran tinggi. Panen pertama cabai dataran rendah
sudah dapat dilakukan pada umur 70‐75 hari. Sedang di dataran tinggi panen baru
dapat dimulai pada umur 4‐5 bulan. Setelah panen pertama, setiap 3‐4 hari sekali
dilanjutkan dengan panen rutin. Biasanya pada
panen pertama jumlahnya hanya sekitar 50
kg. Panen kedua naik hingga 100 kg. Selanjutnya 150, 200, 250, hingga 600 kg per hektar. Setelah itu hasilnya menurun terus, sedikit demi sedikit hingga tanaman tidak produktif lagi. Tanaman
cabai dapat dipanen terus‐menerus hingga berumur 6‐7 bulan. Cabai
yang sudah berwarna merah
sebagian berarti sudah dapat dipanen. Ada
juga petani yang sengaja memanen cabainya pada saat masih muda (berwarna hijau)
(Susila, 2006).
Pemetikan
dilakukan dengan hati‐hati
agar percabangan/tangkai tanaman tidak patah. Kriteria panennya saat ukuran cabai sudah besar, tetapi
masih berwama hijau penuh. Umur panen cabai
biasanya 70‐90
hari tergantung varietasnya, yang ditandai
dengan 60% cabai sudah berwarna merah. Untuk dijadikan benih maka cabai dipanen bila buah sudah menjadi merah semua
Pasca
Panen
Cabai dilakukan
pengeringan. Secara garis besar pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu pengeringan alami dan pengeringan buatan. Pengeringan alami dapat
dilakukan dengan penyinaran matahari langsung misalnya dengan penyinaran atau
pemanfaatan energi panas.
Cabai dapat dijadikan
bahan olahan menjadi oleoresin, tepung cabai/cabai bubuk, ekstrak cabai minuman
“Ginger Beer”, pewarna makanan, sambal/saos cabai, manisan cabai, acar dan
insektisida.
No comments:
Post a Comment