Tuesday, August 26, 2014

Teknis Budidaya Tanaman Cabai (Capsicum sp.)

Tanaman Cabai (Capsicum sp.)
Penyiapan Benih
Benih cabai dapat dibuat sendiri dengan cara pilih buah cabai yang matang (merah), bentuk sempurna dan segar, tidak cacat dan tidak terserang penyakit. Kemudian keluarkan bijinya dengan mengiris buah secara memanjang, cuci biji dan kemudian dikeringkan. Kemudian pilih biji yang bentuk, ukuran, dan warna seragam, permukaan kulit bewrsih, tidak keriput dan tidak cacat. Benih yang ditanam diseleksi dengan cara direndam dalam air, biji yang terapung dibuang (Widodo, 2004).
Persemaian
Tahap awal budidaya cabai adalah membuat persemaian guna menyiapkan bibit tanaman yang sehat, kuat dan seragam sebagai bahan tanam di lapangan. Media semai yang dipergunakan hendaknya mempunyai struktur yang remah, tidak menahan air dan  cukup nutrisi. Bahan yang dapat digunakan adalah campuran kompos (pupuk kandang),  tanah, dan pasir dengan perbandingan 1:1:1 (Muis, dkk, 2008).
Tempat persemaian berupa bedengan berukuran lebar 1 m, diberi naungan atap plastik transparan, dan atap menghadap ke timur.  Sebelum disemai bibit direndam  dalam air hangat atau larutan fungisida selama 1 jam, untuk mempercepat perkecambahan dan  menghilangkan hama/penyakit yang terbawa benih. Benih disebar rata pada bedengan dan ditutupi tipis tanah halus, lalu  ditutupi lagi dengan daun pisang. Setelah benih berkecambah (7-8  hari) tutup daun pisang dibuka. Setelah membentuk 2 helai daun (12-14 hari) bibit dipindahkan ke dalam bumbungan dengan  media yang sama (campuran tanah dan pupuk kandang). Bumbungan dapat mengurangi kerusakan akar bila dipindahkan ke lapangan (BPTP, 2008).
Persiapan lahan
Tanah dicangkul dan dibuat bedeng berukuran 1,2 m x 30 m. tinggi bedeng 30 cm. jarak antar bedeng 60 cm digunakan sebagai tempat pemeliharaan. Di atas bedengan ditaburi dengan pupuk kandang 20 ton/ha dan kapur (bila terlalu masam) 1000-1200 ton sampai ph 6-6.5, kemudian diaduk dengan tanah sampai merata. Taburi pupuk dasar urea, SP36, dan KCL sesuai dengan dosis. Rapihkan kembali bedengan dengan mulsa plastik hitam perak (Susila, 2006).
Penanaman di Lapangan
Penanaman bibit pada bedengan dilakukan setelah berumur 21–24 hari. Jarak tanam 50 x 60 cm untuk dataran rendah dan 60 x 75 cm untuk dataran tinggi. Untuk menanggulangi stress saat pindah tanam, penanaman dilakukan pada sore hari atau pagi hari sekali. Setelah selesai tanam dilakukan penyiraman air secukupnya dengan cara disemprotkan dengan tekanan rendah dan merata sampai ke akarnya. Penanaman diusahakan serentak selesai dalam1 hari. Penanaman dilakukan dengan cara merobek kantong semai dan diusahakan media tidak pecah dan langsung dimasukkan ke lubang tanam (Prayudi, dkk, 2010).
Penanaman di Pot
Bibit dimasukkan ke dalam pot permanen yang telah diisi media tanam sebanyak sepertiga bagiannya. Sedapat mungkin bibit ditempatkan di bagian tengah wadah, lalu ditambahkan media tanam lagi ke dalam pot sampai mencapai 1 cm dari bibir pot. Permukaan media kemudian diratakan dan dipadatkan dengan tangan. Setelah itu, tanaman disiram dan ditempatkan di ruang terbuka. Tanaman diusahakan mendapat sinar matahari penuh di pagi hari (Redaksi Trubus, 2001).
Pemupukan
Takaran pupuk yang dianjurkan yaitu 150 kg urea, 350 kg ZA , 150 kg SP36 dan 200 kg KCl. Setengah pupuk urea an KCl serta seluruh SP36 diberikan pada umur 7-10  hari setelah tanam serta setengah pupuk urea dan KCl diberikan pada umur 30-40 hari  setelah tanam. Pemberian pupuk tambahan dilakukan pada 2, 4, 6, 8 minggu setelah tanam. Cara pemberian dengan melingkarkan sekeliling tanaman 5-7 cm dari  tanaman (Muis, dkk, 2008).
Untuk penanaman cabai pada lahan kering di dataran tinggi/medium (jenis Andosol/Latosol) adalah sebagai berikut: Pemupukan dasar terdiri  dari pupuk  kandang kuda (20-30 ton/ha) atau pupuk kandang ayam (15-20 ton/ha) dan Pupuk SP-36 (300-400 kg/ha)  dilakukan  satu minggu  sebelum tanam.  Pupuk susulan terdiri dari pupuk urea (200-300 kg/ha), ZA (400-500 kg/ha) dan KCl (250-300 kg/ha), diberikan 3 kali pada umur 3, 6 dan 9 minggu setelah tanam masing-masing 1/3 dosis, dengan cara disebarkan disekitar lubang tanam kemudian ditutup dengan tanah (BPTP, 2008).
Pemeliharaan Tanaman
Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada tanaman yang tidak sehat pertumbuhannya dengan bibit baru yang kira-kira umurnya sama. Penyulaman dilakukan satu minggu setelah tanam (BPTP, 2008).
Pengairan
Cabai termasuk tanaman yang tidak tahan kekeringan, tetapi  juga tidak  tahan terhadap genangan air. Air diperlukan  dalam jumlah yang cukup. Kelembaban tanah yang ideal 60-80% kapasitas lapang. Masa kritis yaitu saat pertumbuhan vegetatif cepat, pembungaan dan pembuahan. Jumlah kebutuhan air  per tanaman selama pertumbuhan vegetatif 250 ml tiap 2 hari, dan meningkat jadi 450 ml tiap 2  hari pada masa pembungaan dan pembuahan. Sistem irigasi tetes pada lahan kering dapat meningkatkan  efisiensi penggunaan air dan hasil cabai. Atau pengairan sistem  digenang (leb) selama 15-30 menit  kemudian airnya dikeluarkan dari petakan (BPTP, 2008).
Pengajiran
Pengajiran dilakukan satu minggu setelah tanam. Ajir terbuat dari bambu  2 x 100 cm dan ditancapkan 10 cm dari pohon, ditanamkan dalam tanah sedalam 20-30 cm dengan posisi miring keluar. Pengikatan tanaman pada ajir dilakukan pada umur 15 hari setelah tanam dengan rafia (Susila, 2006).
Pewiwilan
Tunas yang tumbuh diketiak daun perlu dihilangkan dengan menggunakan tangan yang bersih. Perempelan dilakukan sampai terbentuk cabang utama yang di tandai dengan munculnya bunga pertama. Tujuan perempelan untuk mengoptimalkan pertumbuhan (Prayudi, dkk, 2010).
Penyiangan
Penyiangan dilakukan sebaiknya sebulan sekali atau bersamaan dengan pemupukan agar tanaman bisa terbebaskan dari gulma. Penyiangan dilakukan secara manual sesuai dengan pertumbuhan gulma. Apabila lahan diberi mulsa, persoalan gulma bisa teratasi (Setiadi, 2000).
Pengendalian Hama dan penyakit
Adapun penyakit yang menyerang pertanaman cabai antara lain :
1.      Penyakit Virus Kuning
Penyakit yang disebabkan oleh virus gemini tidak ditularkan karena tanaman bersinggungan atau terbawa  benih. Di lapangan virus ditularkan oleh kutu kebul  Bemisia tabaci atau  Bemisia argentifolia. Gejala dari jauh hamparan pertanaman cabai berubah dari warna hijau menjadi menguning.
2.      Penyakit Antraknosa (Colletotrichum sp).
Gejala pada buah membuat buah busuk.  Penyakit dapat  menginfeksi buah matang maupun buah muda. 
3.      Busuk Batang dan Busuk Daun
Busuk ini merata menuju ke bagian bawah tanaman dan menyerang kuncup bunga yang lain,  sehingga seluruh bagian  atas tanaman terkulai.
Batang yang terserang menjadi busuk  kering, kulitnya  mudah terkelupas, akhirnya tanaman mati.
4.      Layu Fusarium
Penyebab penyakit layu Fusarium adalah jamur Fusarium oxysporum var vasinfectum. Pangkal batang tersebut menjadi busuk dan berwarna cokelat tua.
5.      Bercak Daun Cercospora
Penyakit bercak daun pada cabai disebabkan oleh jamur Cercospora capsici. Gejala pada daun berupa bercak sirkuler dengan bagian tengah berwarna abu-abu, dan bagian luarnya berwarna coklat tua. Pada kelembaban tinggi, bercak cepat melebar, kemudian mengering dan pecah dan akhirnya gugur. Daun yang terinfeksi berat berubah warna menjadi kuning dan gugur ke tanah.
6.      Penyakit Mosaik
Penyakit mosaik pada cabai disebabkan oleh Cucumber Mosaic Virus (CMV), atau gabungannya dengan beberapa virus lain seperti Tobacco Mosaic Virus (TMV), Potato Virus Y (PVY) dan Chilli Veinal Mottle Virus (CVMV). Tanaman yang terinfeksi menjadi kerdil, warna daun belang hijau muda dan hijau tua, ukuran daun lebih kecil daripada daun yang sehat.

Adapun hama-hama tanaman cabai antara lain:
1.      Kutu daun persik (Myzus persicae Sulz.)
Kutu daun persik dapat menyebabkan kerugian secara langsung, yaitu mengisap cairan tanaman.
2.      Thrips (Thrips parvispinus Karny).
Mula-mula daun yang terserang memperlihatkan gejala noda keperakan yang tidak beraturan, akibat adanya luka dari cara makan hama tersebut.
3.      Tungau (Polyphagotarsonemus latus Banks).
Gejala umum adalah tepi daun keriting menghadap kebawah seperti bentuk sendok terbalik dan terjadi penyempitan daun. Daun yang terserang berwarna keperakan pada permukaan bawah daun.
4.      Hama Lalat Buah (Bactrocera dorsalis Hendel)
Gejala serangan lalat buah pada buah cabai ditandai dengan ditemukannya titik hitam pada pangkal buah. Jika buah dibelah, di dalamnya ditemukan larva lalat buah.

5.      Hama Ulat Penggerek Buah (Helicoverpa armigera Hubner)
Buah cabai merah yang terserang ulat penggerek buah menunjukkan gejala berlubang dan tidak laku di pasaran. Jika buah dibelah, di dalamnya terdapat ulat.
(Prayudi, dkk, 2010).
Pengendalian
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan bila perlu saja yaitu bila terlihat gejala adanya serangga atau penyakit. Untuk tindakan preventif disemprotkan pestisida setiap minggu setelah tanam dengan insektisida dan fungisida secara bergantian dengan dosis sesuai anjuran (Susila, 2006).
Panen dan Pasca Panen 
Panen 
Panen  cabai  yang  ditanam  didataran  rendah  lebih  cepat  dipanen  dibandingkan dengan cabai dataran tinggi.  Panen pertama cabai dataran rendah sudah dapat dilakukan pada umur 7075 hari. Sedang di dataran tinggi panen baru dapat dimulai pada umur 45 bulan.  Setelah panen pertama, setiap 34 hari sekali dilanjutkan dengan panen rutin. Biasanya  pada  panen  pertama  jumlahnya  hanya  sekitar  50  kg.  Panen  kedua  naik  hingga  100  kg.  Selanjutnya 150,  200, 250, hingga 600 kg per hektar.  Setelah itu hasilnya menurun terus, sedikit demi sedikit hingga tanaman tidak produktif lagi. Tanaman cabai dapat dipanen terusmenerus hingga berumur 67 bulan. Cabai  yang  sudah  berwarna merah  sebagian  berarti  sudah  dapat  dipanen.  Ada  juga  petani  yang sengaja memanen cabainya pada saat masih muda (berwarna hijau)                  (Susila, 2006).
Pemetikan  dilakukan  dengan  hatihati  agar  percabangan/tangkai  tanaman tidak patah.  Kriteria panennya saat ukuran cabai sudah besar, tetapi masih berwama hijau penuh. Umur  panen  cabai  biasanya  7090  hari  tergantung  varietasnya,  yang  ditandai  dengan  60% cabai sudah berwarna merah. Untuk dijadikan benih maka cabai dipanen bila buah sudah menjadi merah semua
Pasca Panen  
Cabai dilakukan pengeringan. Secara garis besar pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengeringan alami dan pengeringan buatan. Pengeringan alami dapat dilakukan dengan penyinaran matahari langsung misalnya dengan penyinaran atau pemanfaatan energi panas.

Cabai dapat dijadikan bahan olahan menjadi oleoresin, tepung cabai/cabai bubuk, ekstrak cabai minuman “Ginger Beer”, pewarna makanan, sambal/saos cabai, manisan cabai, acar dan insektisida.

No comments:

Post a Comment