PENDAHULUAN
Latar
Belakang
            Tanaman
Sorgum (Shorgum bicolor L.) berasal dari negara Afrika. Tanaman
ini sudah lama dikenal manusia sebagai penghasil pangan, dibudidayakan di
daerah kering seperti di Afrika. Dari benua Afrika menyebar luas ke daerah
tropis dan subtropics. Tanaman ini memiliki adaptasi yang luas, toleran
terhadap kekeringan sehingga sorgum menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil
utama adalah Amerika , Argentina  , RRC, India  , Nigeria  , dan
beberapa Negara Afrika Timur, Yaman dan Australia  . Untuk Indonesia  
sendiri, tanaman sorgum juga menyebar dengan cepat sebab iklimnya yang sangat
cocok untuk pembudidayaannya. Sebagai bahan pangan dan pakan ternak sorgum
memiliki kandungan nutrisi yang baik, bahkan kandungan proteinnya lebih tinggi
daripada beras (Hartman, dkk., 1987).
            Tanaman
sorgum (Shorgum bicolor L.) di Indonesia   sebenarnya sudah sejak
lama dikenal tetapi pengembangannya tidak sebaik padi dan jagung. Hal ini
dikarenakan masih sedikitnya daerah yang memanfaatkan tanaman sorgum sebagai
bahan pangan. Tanaman ini mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan
secara komersial di Indonesia  ,
karena didukung oleh kondisi agroekologis dan ketersediaan lahan yang cukup
luas (Anonimus , 2011).
            Kandungan
uap air di atmosfer dapat diperlihatkan dengan berbagai cara. Tekanan uap yang
dinyatakan dalam minibar, tetapi dalam penggunaan yang lebih sering, satuan
lainnya dipakai untuk menyatakan kandungan uap air. Besaran-besaran tersebut
bersama-sama dengan tekanan uap air dikenal sebagai variable kelembaban atau
humiditas (Guslim, 2007).
            Perkecambahan
biji bergantung pada imbibisi, penyerapan air akibat potensial air yang rendah
pada biji yang kering. Air yang berimbibisi menyebabkan biji mengembang dan
memecahkan kulit pembungkusnya dan juga memicu perubahan metabolik pada embrio
yang menyebabkan biji tersebut melajukan pertumbuhan. Enzim-enzim akan mulai
mencerna bahan-bahan yang disimpan pada endosperma atau kotiledon, dan
nutrien-nutriennya dipindahkan ke bagian embrio yang sedang tumbuh. Mobilisasi
cadangan makanan ini telah dipelajari paling banyak pada biji barley dan
rumput-rumputan lainnya. Organ pertama yang muncul dari biji yang berkecambah
adalah radikula, yaitu akar embrionik.     Berikutnya,   ujung    tunas 
  harus    menembus   permukaan 
 tanah    
(Campbell  ,
dkk., l974).
Tujuan
Penulisan
            Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh   kelembaban  
tanah  terhadap produksi pada
tanaman sorgum (Shorgum bicolor L.)
Kegunaan
Penulisan
-         
Sebagai salah satu
syarat untuk dapat mengikuti kegiatan praktikum di Laboratorium
Agroklimatologi, Fakultas Pertanian,                     Universitas Sumatera
Utara, Medan  .
-         
Sebagai sumber
informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN
PUSTAKA
Botani Tanaman
            Adapun
sistematika pada tanaman sorgum (Shorgum
bicolor L.) menurut Tohari
(1994) yaitu antara lain sebagai berikut :
Divisio             :           Spermatophyta
            Subdivisio       :           Angiospermae
            Kelas               :           Monocotyledoneae
            Ordo                :           Poales
            Famili              :           Poaceae
            Genus              :           Shorgum
            Spesies            :           Shorgum bicolor L.
            Akar
tanaman sorgum (Shorgum bicolor L.) merupakan akar serabut. Sistem
perakarannya terdiri dari akar-akar seminal (akar-akar primer). Pada dasar buku
pertama pangkal batang, akar-akar koronal (akar-akar pada pangkal batang yang
tumbuh di permukaan tanah). Tanaman sorgum membentuk perakaran sekunder 2 kali
lipat dari jagung (Anonimus , 2011).
            Batang
tanaman sorgum (Shorgum bicolor L.) beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak
bercabang dan pada bagian tengah batang terdapat seludang pembuluh yang
diselubungi oleh lapisan keras (sel-sel parenchyma) (Anonimus ,
2011).
            Bunga
tersusun dalam malai. Tiap malai terdiri atas banyak bunga yang dapat menyerbuk
sendiri atau silang (Anonimus , 2011).
            Biji
tertutup oleh sekam yang berwarna kekuning-kuningan atau kecoklat-coklatan.   Warna  
biji   bervariasi  yaitu  
coklat   muda,   putih, 
atau putih suram 
tergantung varietas (Anonimus , 2011).
Syarat
Tumbuh
Iklim
            Lahan  yang 
cocok  untuk  pertumbuhan yang optimum untuk pertanaman 
sorgum 
adalah  suhu  optimum 
23o-30o C, 
kelembaban  relatif  20%-40%,  
suhu 
tanah  ±25o
C,   ketinggian   ≤800 
m   dpl,   curah 
hujan  375-425  mm/tahun 
dan  
pH 5,0 -7,5 (Anonimus , 2011).
Tanah
            Tanaman
sorgum (Shorgum bicolor L.) dapat berproduksi walaupun
dibudidayakan di lahan kurang subur, air yang terbatas masukkan (input) yang
rendah, bahkan di lahan yang berpasirpun sorgum dapat dibudidayakan. Namun
apabila ditanam pada daerah yang berketinggian di atas 500 m dpl tanaman sorgum
akan terhambat pertumbuhannya dan memiliki umur yang panjang (Holmes, 1949).
Selain persyaratan di
atas, sebaiknya sorgum jangan ditanam di tanah podzolik merah kuning yang
masam, namun untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi yang optimal perlu
dipilih tanah ringan atau mengandung pasir dan bahan organik yang cukup.
Tanaman sorgum dapat beradaptasi pada tanah yang tergenangf air apabila sistem perakarannya sudah kuat (Anonimus
, 2011).
Angin
            Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari
tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara rendah. Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai
menjadi lebih ringan sehingga naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara
turun kerena udaranya berkurang. Udara dingin di sekitarnya mengalir ke tempat
yang bertekanan rendah tadi. Udara menyusut menjadi lebih berat dan turun ke
tanah. Di atas tanah udara menjadi panas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas dan turunnya udara dingin ini dinamanakan konveksi.
Penyerapan
air
            Penyerapan air pada tumbuhan
dilakukan dengan dua cara yaitu penyerapan air secara aktif dan penyerapan air
secara pasif. Kedua cara tersebut bekerja sendiri-sendiri. Hal ini dikemukakan
oleh Kramer (1945).
Penyerapan air secara aktif dilakukan oleh sel hidup. Pada penyerapan tersebut sel memerlukan enerP. Kemampuan penyerapan air dipengaruhi oleh kendungan O2. Apabila akar tanaman mendapat 02 yang cukup proses penyerapan air oleh akar akan berlangsung sangat lancar. Sebaliknya apabilla 02 sangat kurang, penyerapan air oleh akar akan sangat lambat atau tidak terjadi sama sekali.
Teori yang dikemukakan oleh Kramer didukung dengan beberapa bukti sebagai berikut:
Penyerapan air secara aktif dilakukan oleh sel hidup. Pada penyerapan tersebut sel memerlukan enerP. Kemampuan penyerapan air dipengaruhi oleh kendungan O2. Apabila akar tanaman mendapat 02 yang cukup proses penyerapan air oleh akar akan berlangsung sangat lancar. Sebaliknya apabilla 02 sangat kurang, penyerapan air oleh akar akan sangat lambat atau tidak terjadi sama sekali.
Teori yang dikemukakan oleh Kramer didukung dengan beberapa bukti sebagai berikut:
a. Akar
tanaman yang hidup pada daerah yang aerasi tanahnya tidak baik misalnya       pada taah yang kurang
gembur dan pada tanah yang terendam air bentuk akarnya menggulung.
b. Apabila respirasi dihalangi dengan zat penghalang misalnya KCN, maka absoprsi air akan berkurang.
b. Apabila respirasi dihalangi dengan zat penghalang misalnya KCN, maka absoprsi air akan berkurang.
c. Absorpsi
air hanya dilakukan oleh sel yang hidup. Penyerapan air secara pasif terjadi
sebagai akibat dari proses transpirasi pada daun. Semakin lancar transpirasi.
PENGARUH  ANGIN TERHADAP PENYERAPAN AIR TANAMAN
SORGUM
(Shorgum
bicolor L.)
            Sebagai
benda alam, tanah merupakan sistem disperse tiga fase yang selalu  berada dalam keseimbangan dinamis. Ketiga
fase tersebut yaitu fase padat, fase cair, dan fase gas, merupakan sistem yang
selalu berubah tetapi selalu berada dalam keadaan seimbang. Di dalam tanah akar
tanaman tumbuh dan memanjang pada ruangan diantara padatan tanah. Ruang ini
dikenal sebagai ruang pori  
tanah. Demikian pula respirasi akar tanaman juga dapat berlangsung karena
adanya pori  
(Titiek dan Hadi, 2002).
            Pengaruh
angin terhadap perkecambahan dan kemunculan telah tercatat secara baik, tetapi
pemilihan plasma nutfah pada suhu-suhu rendah dalam skala besar belum
dilaksanakan. Meskipun suhu minimum untuk perkecambahan adalah antara 7,2 dan
10o C yang sangat dekat dengan kisaran 8 sampai 10o C.
kedua golongan menunjukkan bahwa suhu yang lebih tinggi (15,6 o C )
disyaratkan untuk kemunculan berikutnya. Suhu perkecambahan minimum dapat
bervariasi di dalam spesies dari 4,6 sampai 16,5o C. Singh dan
Phaliwal (1975) dengan suatu kultivar tunggal mendapatkan kemunculan 55 persen
pada suhu 15oC,
yang mencapai optimum antara 25 dan 30 o C, pada 5 dan 10 o C
tidak ada kemunculan (Tohari, 1994).
            Peningkatan
angin di sekitar iklim mikro tanaman akan menyebabkan cepat hilangnya kandungan
lengas tanah. Peranan angin kaitannya
dengan kehilangan lengas tanah melewati mekanisme transpirasi dan evaporasi.
Peningkatan suhu terutama suhu tanah dan iklim mikro di sekitar tajuk tanaman
akan mempercepat kehilangan lengas tanah terutama pada musim kemarau. Pada
musim kemarau, peningkatan suhu iklim mikro tanaman berpengaruh negatif
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama pada daerah yang
lengasnya terbatas. Pengaruh negatif suhu terhadap lengas tanah dapat diatasi
melalui perlakuan pemulsaan/mengurangi evaporasi dan transpirasi
(Fitzpatrick, 1983).
            Angin
bergantung pada temperatur atmosfer dari masukan dan kehilangan radiasi. Itu
juga berpengaruh pada kehadiran atau ketidakhadiran dari vegetasi, isi dari air
tanah dan kedalaman tanah. Temperatur di antara siang dan malam dan melewati
tahun, fluktuasi diurnal meningkat sampai 35 o C dapat terjadi pada
permukaan tanah (Wood, 1995).
            Kelembaban
maksimum adalah kelembaban tertinggi yang memungkinkan tanaman masih dapat
melakukan pertumbuhan. Kelembaban optimum adalah kelembaban yang diperlukan
untuk tumbuh secara maksimal. Kelembaban minimum adalah kelembaban terendah
yang memungkinkan tanaman untuk tumbuh (Putra, 2010).
KESIMPULAN
1.      Angin
merupakan faktor penting untuk kehidupan dan sangat menarik untuk dikaji,
dimana fungsi utamanya adalah mengontrol pembagian air hujan yang turun ke bumi
menjadi run off atau infiltrasi.
2.      Penyerapan
air adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang mempunyai
kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tanaman baru.
3.      Peningkatan
angin di sekitar iklim mikro tanaman akan menyebabkan cepat hilangnya kandungan
lengas tanah. Peranan angin
kaitannya dengan kehilangan lengas atau kelembaban tanah melewati mekanisme
transpirasi dan evaporasi.
4.      Pengaruh
angin terhadap proses penyerapan air tanaman sorgum yaitu apabila semakin kecepatan angin, maka proses penyerapan air akan terjadi,
karena suhu tanah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan suatu tanaman menuju
titik layu permanen.
5.      Kelembaban
maksimum adalah kelembaban tertinggi yang memungkinkan tanaman masih dapat
melakukan pertumbuhan. Kelembaban optimum adalah kelembaban yang diperlukan
untuk tumbuh secara maksimum. Kelembaban minimum adalah kelembaban terendah
untuk memungkin tanaman untuk tumbuh.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonimus ,       2011.         Budidaya  
    Tanaman      Sorgum.     Diakses 
    dari 
http://www.scribd.com
pada tanggal 23 Oktober 2011.
Anonimus , 2011.   Sorgum.  
Diakses   dari http://www.repository.usu.ac.id
pada 
                 tanggal 23 Oktober 2011.
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI
PRESS, Jakarta  .
Campbell, A., 
Jane, B.,  dan Reeca. 1974.  Biology. 
Benyamin Cumming,   New 
Fitzpatrick, E. A. 1985. Soils. Longmann
Scientific&Technical, Aberdeen  .
Guslim. 2007. Agroklimatologi. USU PRESS, Medan  .
Hartman, H. T., W. J. Flocker dan A. M. Kofranek.
1987. Plant Science.  Prentice-
    Hall, New Jersey  .
Holmes, M. J. l949. Crops of The Grass Family.
Macmillan Publishing, Canada  .
Putra, M. E. W. 2010.  Suhu 
dan  Kelembaban  Tanah. 
Universitas Islam Negeri, 
Starr, C. 
dan  R. Taggart. 1 956.   Biology  
The   Unity  and 
Diversity of    Life. 
   Wadsworth Publishing Company, California  .
Titiek dan W. Hadi. 
2002.  Hubungan  Tanah, 
Air,  dan  Tanaman. 
IKIP PRESS,   
Tohari. 1994. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. UGM
PRESS, Yogyakarta .
Wood, M. 1995. Environmental Soil Biology. Blackie
Academic & Professional, 
No comments:
Post a Comment