PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pergerakan tumbuh tanaman
menuju atau menjauhi gravitasi bumi merupakan contoh dari geotropisme. Akar
merupakan geotropisme positif, akar primer lebih umum daripada akar sekunder.
Akar tersier dan bulu akar sangat geotropik dan oleh karena itu tumbuh hampir
horizontal. Ini berbeda antara variasi jenis akar yang tumbuh tegak ke bawah di
dalam tanah (Salisbury and Ross, 1991).
Pengaruh gaya berat terhadap arah pertumbuhan akar
dan batang dapat diperlihatkan dengan meletakkan kecambah suatu tanaman secara
horizontal, tunas batangnya akan melengkung ke bawah. Gerakan geotropik ini
juga disebabkan karena pengaruh auksin terhadap pertumbuhan (Tjitrosomo, 1990).
Geotropisme adalah gerak tumbuhan
disebabkan pengaruh gaya tarik bumi (gravitasi). Geotropisme ada 2, yaitu :
1. Geotropisme positif, gerak akar
tuimbuhan ke pusat bumi.
Contoh :
kacang tanah waktu mekar.
2. Geotropisme negatif , gerak
organ tumbuhan lain menjauhi pusat bumi.
Contoh:
kcang tangah sesudah pembuahan
Fenomena geotropisme
ini juga terjadi pada ketidakseimbangan distribusi hormon. Bagian ujung
pertumbuhan akar dan batang merespon gravitasional. Sel-sel yang berperan dalam
geotropisme ini adalah amyloplast, termasuk butir pati, yang berada pada bagian
bawah sel. Saat butir pati berat, amyloplast terakumulasi pada bagian bawah
(Nadakavkaren and McKane, 1990).
Respon dari geotropik terjadi secara
universal. Saat seluruh tubuh tanaman berada pada posisi horizontal, batangnya
akan segera mengarah ke atas dan akarnya mengarah ke bawah. Dahulu pembengkokan
akar tanaman ke arah bawah diketahui akibat berat dari akar tanaman tersebut.
Tapi, sekarang telah ditetapkan bahwa pembengkokan ke arah bawah hanya mungkin
terjadi akibat geotropik (Pradhan,
2001).
Tujuan
Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan yang
dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh rangsangan gravitasi bumi terhadap
pembengkokan akar tanaman jagung (Zea
mays L.)
Kegunaan
Percobaan
Adapun
kegunaan dari percobaan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat
mengikuti praktikal tes di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Petanian
Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang
membutuhkannya.
TINJAUAN
PUSTAKA
Gravitropisme
adalah gerakan petumbuhan oleh organ tanaman, diorientasikan pada gaya akselerasi
gravitasi. Dari hasil observasi menunjukkan bahwa pertumbuhan batang mengarah
ke atas sedangkan pertumbuhan akar berlawanan, yaitu mengarah ke bawah.
Orientasi ini tidak hanya berlaku pada posisi vertikal permukaan bumi (Mohr and
Schopfer, 1995).
Pertumbuhan asam
telah pula dikaitkan dalam gravitropisme akar, yang menunjukkan kerja auksin
yang bersifat memacu. Akar yang dibenamkan dalam agar berisi indikator pH
(bromkresol ungu) dan dibiarkan tanggap terhadap gravitasi menjadi lebih asam
di sisi atas, tempat terjadinya sebagian besar pertumbuhan dan kurang asam pada
sisi bawah, tempat pertumbuhan terhambat. Kadar auksin yang tinggi
diperlihatkan menghambat aliran asam keluar dari akar (Salisbury dan Ross,
1995).
Betapa
besar pengaruh cahaya terhadap geotropi akar, dapat dilihat dengan percobaan
perkecambahan di dalam pemiaraan air. Hormon yang ada di bagian batang
dilemahkan oleh cahaya, sedang hormon yang terdapat di dalam bagian akar
dipergiat oleh cahaya (Dwidjoseputro, 1980).
Perubahan
pada orientasi telah diketahui dengan segera oleh organ tanaman, operasi ini
berlangsung cepat pada mekanisme geotroperceptive. Hal ini dijelaskan pada
hipotesis starch statolith. Jika rangsangan unilateral bergantung pada
sedimentasi dari statolith, maka endapan akan berlangsung cepat. Semua organel
selular dan partikel selular hanya merupakan endapan butiran pati sementara. Butiran pati ini
berkelompok membentuk membran amyloplast
(Mukherji and Ghosh, 1996).
Bila
respon akar dan batang tumbuhan yang diletakkan horizontal diperbandingkan,
akar akan bereaksi geotropisme positif, sedang batang geotropisme negatif. Pada
kedua keadaan tersebut, posisi horizontal mengakibatkan perpindahan IAA ke
belahan bawah batang dan akar. Konsentrasi yang tinggi pada bagian bawah akar
menghambat pemanjangan sel, sedangkan konsentrasi IAA di belahan atas mendorong
pemanjangan sel. Hasil akhir dari kedua pengaruh ini, akar mebengkok ke bawah
(Heddy, 1989).
Dari
percobaan Charles Darwin menunjukkan bahwa jika ujung akar dipotong, tidak ada
respon pada rangsangan gravitasi dan asal persepsi dari rangsangan (ujung)
berbeda dengan asal respon (daerah pemanjangan sel) hingga tudung akar terbentuk kembali (Pandey and Sinha, 1995).
Auksin
bersama dengan hormon pertumbuhan tanaman (ZPT), dapat berpengaruh pada
gravitropisme. Pada akar muda, jika tudung akar dibuang, maka akar tidak akan
membengkok ke bawah. Jika tudung akar dikembalikan, maka akar akan membengkok
ke bawah menuju pusat bumi. Perpanjangan sel akar tidak akan berhenti jika
hanya tudung akar dibuang, bisa saja, selnya tumbuh menjadi lebih cepat (Starr,
2001).
Pada akar,
rangsangan gravitasi hanya terjadi di ujungnya. Tetapi garis bengkok berada
sedikit di belakang ujung akar, pada daerah pemanjangan sel. Dampak dari
rangsangan unilateral pada gravitasi akibat distribusi yang berbeda dari hormon
pertumbuhan auksin pada ujung akar. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan lebih
banyak di bagian atas dan lebih sedikit di sisi bawah, dan akhirnya geotropisme
positif dapat diamati (Jain, 2007).
Saat
tudung akar beregenerasi, geotropisme pada akar dipulihkan. Jika setengah dari
ujung akar tanaman jagung dipotong, akar
(pada posisi horizontal maupun vertikal) akan berkembang membengkok pada tudung
akar yang tersisa (Devlin and Withman, 2002).
Gravitropisme
akan berfungsi setelah terjadi perkecambahan biji. Tumbuhan dapat membedakan
arah atas dan bawah dengan pengendapan statolith. Statolith adalah plastida
khusus yang mengandung butiran pati padat dan terletak pada posisi rendah,
misalnya pada bagian tudung akar. Tanaman yang tidak memiliki statolith pun
masih dapat mengalami gravitropisme yang disesbabkan sel akar yang dapat
berfungsi sebagai indera dan menginduksi perenggangan protein sel ke atas dan
penekanan protein sel tanaman ke sisi bawah akar
(http//ngaliyan.files.wordpress.com, 2008).
Penyinaran sepihak merangsang
penyebaran yang berbeda dari IAA. Sisi tanaman yang disinari mengandung IAA
lebih rendah daripada sisi gelap. Akibatnya sel-sel pada sisi yang gelap tumbuh
lebih memanjang daripada sel-sel yang disinari (Heddy, 1989).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan
dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan. Pada ketinggian ± 25 m dpl, dilaksanakan pada hari
Senin, 15 November 2010 pada pukul 08:00 WIB sampai dengan hari Kamis, 18
November 2010 pukul 12:00 WIB.
Bahan dan Alat
Adapun
bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah biji jagung yang telah
dikecambahkan selama 3 hari sebagai objek yang akan diteliti, kertas tissue
sebagai media perkecambahan, dan air untuk melebabi kertas tissue.
Adapun
alat yang digunakan pada percobaan ini adalah lempeng kaca sebagai alas
perkecambahan, gunting kecil untuk memotong ujung akar, karet gelang utnuk
mengikat kecambah pada lempang kaca, dan kamar gelap sebagai tempat kecambah
agar tidak terkena sinar matahari.
Prosedur Percobaan
-
Diambil dua buah lempeng kaca, dilapisi dengan kertas tissue lalu
dibasahi sampai lembab.
-
Diikat karet gelang 3 buah vertikal dan 3 buah horizontal.
-
Diikat kecambah jagung pada tiap titik pertemuan karet gelang dengan
arah lembaga menghadap ke atas.
-
Diamati dan digambar kecambah kecambah pada 0 jam (sebelum dimasukkan
ke kamar gelap).
-
Dimasukkan kedua lempeng kaca ke kamar gelap selama 27 jam dan 75 jam.
-
Diamati kecambah setelah 27 jam, diputar lempeng sebesar 90o
dan digambar. Kecambah pada salah satu lempeng dipotong ujung akarnya sepanjang
3 mm. Dan dimasukkan kembali ke kamar gelap.
-
Diamati kembali kecambah setelah 75 jam dan digambarkan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pada perlakuan 27 jam, terlihat bahwa tunas
batang kecambah jagung tumbuh ke atas, sedangkan akarnya tumbuh ke bawah menuju
pusat bumi.
2.
Pada perlakuan 75 jam diputar 90o terlihat bahwa pada
posisi horizontal akar tetap mengarah ke pusat bumi.
3.
Pada perlakuan 75 jam diputar 90o dan dipotong 3 mm, tampak
bahwa akar tumbuh horizontal, tidak mengarah ke pusat bumi.
4. Dengan perlakuan kamar gelap, penumpukan
auksin terjadi dengan cepat sehingga
proses pembengkokan akar juga cepat terjadi.
Saran
Sebaiknya perlakuan pada perputaran 90o dan
pemotongan 3 mm setelah 27 jam dilakukan dengan benar agar diperoleh
perbandingan yang jelas terhadap gerak geotropisme pada akar.
DAFTAR PUSTAKA
Devlin, R. M. and F. H. Witham. 2002. Plant
Physiology. CBS Publishers and
Distributors, New
Delhi.
Dwidjoseputro. 1980. Pengantar Fisiologi
Tumbuhan. Gramedia, Jakarta.
Heddy, S. 1989. Hormon Tumbuhan. CV Rajawali,
Jakarta.
Diakses
pada tanggal 4 November 2010 pukul 21:05 WIB.
Diakses
pada tanggal 4 November 2010 pukul 20:58 WIB.
Jain, V. K. 2007. Fundamental of Plant
Physiology. S. Chand and Company Ltd.,
New Delhi.
Mohr, H. and P. S. Schopfer. 1995. Plant
Physiology. Springer, Hong Kong.
Mukherji, S. and A. K. Ghosh. 1996. Plant
Physiology. Tata McGraw-Hill
Company Limited, New
Delhi.
Nadakavukaren, M. and D. McCracken. 1990.
Botany. West Publishing
Company, Saint Paul.
Pandey, S. N. and B. K. Sinha. 1995. Plant
Physiology. Vikas Publishing House
Pvt. Ltd., New Delhi
Pradhan, S. 2001. Plant Physiology. Har-Anand
Publications Pvt. Ltd.,
New Delhi.
Salisbury, F. B. and C. W. Ross. 1991. Plant
Physiology Second Edition.
Wadsworth Publishing
, Company, Inc., Belmont.
Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995.
Fisiologi Tumbuhan Jilid Tiga. Penerbit
ITB, Bandung.
Starr, C. and R. Taggart. 2001. Plant
Structure and Function. Brooks/Cole
Thomson Learning,
Australia.
Tjitrosomo, H. S. S. 1990. Botani Umum.
Penerbit Kanisius, Jakarta.
No comments:
Post a Comment