Thursday, July 18, 2013

Paper : Makalah Tanaman Sorgum (Shorgum bicolor L)

PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Tanaman Sorgum (Shorgum bicolor L.) berasal dari negara Afrika. Tanaman ini sudah lama dikenal manusia sebagai penghasil pangan, dibudidayakan di daerah kering seperti di Afrika. Dari benua Afrika menyebar luas ke daerah tropis dan subtropics. Tanaman ini memiliki adaptasi yang luas, toleran terhadap kekeringan sehingga sorgum menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Amerika, Argentina, RRC, India, Nigeria, dan beberapa Negara Afrika Timur, Yaman dan Australia. Untuk Indonesia sendiri, tanaman sorgum juga menyebar dengan cepat sebab iklimnya yang sangat cocok untuk pembudidayaannya. Sebagai bahan pangan dan pakan ternak sorgum memiliki kandungan nutrisi yang baik, bahkan kandungan proteinnya lebih tinggi daripada beras (Hartman, dkk., 1987).
            Tanaman sorgum (Shorgum bicolor L.) di Indonesia sebenarnya sudah sejak lama dikenal tetapi pengembangannya tidak sebaik padi dan jagung. Hal ini dikarenakan masih sedikitnya daerah yang memanfaatkan tanaman sorgum sebagai bahan pangan. Tanaman ini mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan secara komersial di Indonesia, karena didukung oleh kondisi agroekologis dan ketersediaan lahan yang cukup luas (Anonimus , 2011).
            Tanah ialah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon (lapisan tanah) yang terdiri dari campuran bahan mineral, organik air, dan udara dan merupakan media tumbuhnya tanaman. Salah satu peranan tanah dalam bidang pertanian adalah sebagai tempat penyimpanan air yang sangat penting dalam hubungan dengan kation, pelapukan bahan organik, dan kegiatan jasad-jasad mikro. Hal ini hanya dapat berlangsung dengan baik bilamana tersedia air dan udara yang cukup (Putra, 2010).
            Kandungan uap air di atmosfer dapat diperlihatkan dengan berbagai cara. Tekanan uap yang dinyatakan dalam minibar, tetapi dalam penggunaan yang lebih sering, satuan lainnya dipakai untuk menyatakan kandungan uap air. Besaran-besaran tersebut bersama-sama dengan tekanan uap air dikenal sebagai variable kelembaban atau humiditas (Guslim, 2007).
            Perkecambahan biji bergantung pada imbibisi, penyerapan air akibat potensial air yang rendah pada biji yang kering. Air yang berimbibisi menyebabkan biji mengembang dan memecahkan kulit pembungkusnya dan juga memicu perubahan metabolik pada embrio yang menyebabkan biji tersebut melajukan pertumbuhan. Enzim-enzim akan mulai mencerna bahan-bahan yang disimpan pada endosperma atau kotiledon, dan nutrien-nutriennya dipindahkan ke bagian embrio yang sedang tumbuh. Mobilisasi cadangan makanan ini telah dipelajari paling banyak pada biji barley dan rumput-rumputan lainnya. Organ pertama yang muncul dari biji yang berkecambah adalah radikula, yaitu akar embrionik.     Berikutnya,   ujung    tunas    harus    menembus   permukaan   tanah    
(Campbell, dkk., l974).
Tujuan Penulisan
            Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh   kelembaban   tanah  terhadap produksi pada tanaman sorgum (Shorgum bicolor L.)
Kegunaan Penulisan
-          Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti kegiatan praktikum di Laboratorium Agroklimatologi, Fakultas Pertanian,                     Universitas Sumatera Utara, Medan.
-          Sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
            Adapun sistematika pada tanaman sorgum (Shorgum bicolor L.) menurut Tohari (1994) yaitu antara lain sebagai berikut :
Divisio             :           Spermatophyta
            Subdivisio       :           Angiospermae
            Kelas               :           Monocotyledoneae
            Ordo                :           Poales
            Famili              :           Poaceae
            Genus              :           Shorgum
            Spesies            :           Shorgum bicolor L.
            Akar tanaman sorgum (Shorgum bicolor L.) merupakan akar serabut. Sistem perakarannya terdiri dari akar-akar seminal (akar-akar primer). Pada dasar buku pertama pangkal batang, akar-akar koronal (akar-akar pada pangkal batang yang tumbuh di permukaan tanah). Tanaman sorgum membentuk perakaran sekunder 2 kali lipat dari jagung (Anonimus , 2011).
            Batang tanaman sorgum (Shorgum bicolor L.) beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang dan pada bagian tengah batang terdapat seludang pembuluh yang diselubungi oleh lapisan keras (sel-sel parenchyma) (Anonimus , 2011).
            Daun tanaman sorgum (Shorgum bicolor L.) tumbuh melekat pada buku-buku batang dan tumbuh memanjang, yang terdiri dari kelopak daun, lidah daun, dan helaian daun. Daun berlapis lilin yang dapat menggulung bila terjadi kekeringan (Anonimus , 2011).
            Bunga tersusun dalam malai. Tiap malai terdiri atas banyak bunga yang dapat menyerbuk sendiri atau silang (Anonimus , 2011).
            Biji tertutup oleh sekam yang berwarna kekuning-kuningan atau kecoklat-coklatan.   Warna   biji   bervariasi  yaitu   coklat   muda,   putih,  atau putih suram
tergantung varietas (Anonimus , 2011).
Syarat Tumbuh
Iklim
            Lahan  yang  cocok  untuk  pertumbuhan yang optimum untuk pertanaman
sorgum  adalah  suhu  optimum  23o-30o C,  kelembaban  relatif  20%-40%,   suhu
tanah  ±25o C,   ketinggian   ≤800  m   dpl,   curah  hujan  375-425  mm/tahun  dan 
pH 5,0 -7,5 (Anonimus , 2011).
Tanah
            Tanaman sorgum (Shorgum bicolor L.) dapat berproduksi walaupun dibudidayakan di lahan kurang subur, air yang terbatas masukkan (input) yang rendah, bahkan di lahan yang berpasirpun sorgum dapat dibudidayakan. Namun apabila ditanam pada daerah yang berketinggian di atas 500 m dpl tanaman sorgum akan terhambat pertumbuhannya dan memiliki umur yang panjang (Holmes, 1949).
Selain persyaratan di atas, sebaiknya sorgum jangan ditanam di tanah podzolik merah kuning yang masam, namun untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi yang optimal perlu dipilih tanah ringan atau mengandung pasir dan bahan organik yang cukup. Tanaman sorgum dapat beradaptasi pada tanah yang tergenangf air apabila sistem perakarannya sudah kuat (Anonimus , 2011).
Angin
            Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara rendah. Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih ringan sehingga naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun kerena udaranya berkurang. Udara dingin di sekitarnya mengalir ke tempat yang bertekanan rendah tadi. Udara menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah. Di atas tanah udara menjadi panas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas dan turunnya udara dingin ini dinamanakan konveksi.

Penyerapan air
            Penyerapan air pada tumbuhan dilakukan dengan dua cara yaitu penyerapan air secara aktif dan penyerapan air secara pasif. Kedua cara tersebut bekerja sendiri-sendiri. Hal ini dikemukakan oleh Kramer (1945).
Penyerapan air secara aktif dilakukan oleh sel hidup. Pada penyerapan tersebut sel memerlukan enerP. Kemampuan penyerapan air dipengaruhi oleh kendungan O2. Apabila akar tanaman mendapat 02 yang cukup proses penyerapan air oleh akar akan berlangsung sangat lancar. Sebaliknya apabilla 02 sangat kurang, penyerapan air oleh akar akan sangat lambat atau tidak terjadi sama sekali.
Teori yang dikemukakan oleh Kramer didukung dengan beberapa bukti sebagai berikut:
a. Akar tanaman yang hidup pada daerah yang aerasi tanahnya tidak baik misalnya       pada taah yang kurang gembur dan pada tanah yang terendam air bentuk akarnya menggulung.
b. Apabila respirasi dihalangi dengan zat penghalang misalnya KCN, maka
  absoprsi air akan berkurang.
c. Absorpsi air hanya dilakukan oleh sel yang hidup. Penyerapan air secara pasif terjadi sebagai akibat dari proses transpirasi pada daun. Semakin lancar transpirasi.
PENGARUH  ANGIN TERHADAP PENYERAPAN AIR TANAMAN
SORGUM (Shorgum bicolor L.)
            Sebagai benda alam, tanah merupakan sistem disperse tiga fase yang selalu  berada dalam keseimbangan dinamis. Ketiga fase tersebut yaitu fase padat, fase cair, dan fase gas, merupakan sistem yang selalu berubah tetapi selalu berada dalam keadaan seimbang. Di dalam tanah akar tanaman tumbuh dan memanjang pada ruangan diantara padatan tanah. Ruang ini dikenal sebagai ruang pori tanah. Demikian pula respirasi akar tanaman juga dapat berlangsung karena adanya pori (Titiek dan Hadi, 2002).
            Pengaruh angin terhadap perkecambahan dan kemunculan telah tercatat secara baik, tetapi pemilihan plasma nutfah pada suhu-suhu rendah dalam skala besar belum dilaksanakan. Meskipun suhu minimum untuk perkecambahan adalah antara 7,2 dan 10o C yang sangat dekat dengan kisaran 8 sampai 10o C. kedua golongan menunjukkan bahwa suhu yang lebih tinggi (15,6 o C ) disyaratkan untuk kemunculan berikutnya. Suhu perkecambahan minimum dapat bervariasi di dalam spesies dari 4,6 sampai 16,5o C. Singh dan Phaliwal (1975) dengan suatu kultivar tunggal mendapatkan kemunculan 55 persen pada suhu 15oC, yang mencapai optimum antara 25 dan 30 o C, pada 5 dan 10 o C tidak ada kemunculan (Tohari, 1994).
            Peningkatan angin di sekitar iklim mikro tanaman akan menyebabkan cepat hilangnya kandungan lengas tanah. Peranan angin kaitannya dengan kehilangan lengas tanah melewati mekanisme transpirasi dan evaporasi. Peningkatan suhu terutama suhu tanah dan iklim mikro di sekitar tajuk tanaman akan mempercepat kehilangan lengas tanah terutama pada musim kemarau. Pada musim kemarau, peningkatan suhu iklim mikro tanaman berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama pada daerah yang lengasnya terbatas. Pengaruh negatif suhu terhadap lengas tanah dapat diatasi melalui perlakuan pemulsaan/mengurangi evaporasi dan transpirasi
(Fitzpatrick, 1983).
            Angin bergantung pada temperatur atmosfer dari masukan dan kehilangan radiasi. Itu juga berpengaruh pada kehadiran atau ketidakhadiran dari vegetasi, isi dari air tanah dan kedalaman tanah. Temperatur di antara siang dan malam dan melewati tahun, fluktuasi diurnal meningkat sampai 35 o C dapat terjadi pada permukaan tanah (Wood, 1995).
            Kelembaban maksimum adalah kelembaban tertinggi yang memungkinkan tanaman masih dapat melakukan pertumbuhan. Kelembaban optimum adalah kelembaban yang diperlukan untuk tumbuh secara maksimal. Kelembaban minimum adalah kelembaban terendah yang memungkinkan tanaman untuk tumbuh (Putra, 2010).
KESIMPULAN
1.      Angin merupakan faktor penting untuk kehidupan dan sangat menarik untuk dikaji, dimana fungsi utamanya adalah mengontrol pembagian air hujan yang turun ke bumi menjadi run off atau infiltrasi.
2.      Penyerapan air adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tanaman baru.
3.      Peningkatan angin di sekitar iklim mikro tanaman akan menyebabkan cepat hilangnya kandungan lengas tanah. Peranan angin kaitannya dengan kehilangan lengas atau kelembaban tanah melewati mekanisme transpirasi dan evaporasi.
4.      Pengaruh angin terhadap proses penyerapan air tanaman sorgum yaitu apabila semakin kecepatan angin, maka proses penyerapan air akan terjadi, karena suhu tanah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan suatu tanaman menuju titik layu permanen.
5.      Kelembaban maksimum adalah kelembaban tertinggi yang memungkinkan tanaman masih dapat melakukan pertumbuhan. Kelembaban optimum adalah kelembaban yang diperlukan untuk tumbuh secara maksimum. Kelembaban minimum adalah kelembaban terendah untuk memungkin tanaman untuk tumbuh.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus ,       2011.         Budidaya       Tanaman      Sorgum.     Diakses      dari
http://www.scribd.com pada tanggal 23 Oktober 2011.
Anonimus , 2011.   Sorgum.   Diakses   dari http://www.repository.usu.ac.id pada
                 tanggal 23 Oktober 2011.
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI PRESS, Jakarta.
Campbell, A.,  Jane, B.,  dan Reeca. 1974.  Biology.  Benyamin Cumming,   New
    York.
Fitzpatrick, E. A. 1985. Soils. Longmann Scientific&Technical, Aberdeen.
Guslim. 2007. Agroklimatologi. USU PRESS, Medan.
Hartman, H. T., W. J. Flocker dan A. M. Kofranek. 1987. Plant Science.  Prentice-
    Hall, New Jersey.
Holmes, M. J. l949. Crops of The Grass Family. Macmillan Publishing, Canada.
Putra, M. E. W. 2010.  Suhu  dan  Kelembaban  Tanah.  Universitas Islam Negeri,
    Jakarta.
Starr, C.  dan  R. Taggart. 1 956.   Biology   The   Unity  and  Diversity of    Life.
   Wadsworth Publishing Company, California.
Titiek dan W. Hadi.  2002.  Hubungan  Tanah,  Air,  dan  Tanaman.  IKIP PRESS,  
    Semarang.
Tohari. 1994. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. UGM PRESS, Yogyakarta.
Wood, M. 1995. Environmental Soil Biology. Blackie Academic & Professional,

                 London

No comments:

Post a Comment