Tuesday, February 26, 2013

PAPER : TANAMAN TEMBAKAU DELI


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tembakau (Nicotiana tabacum L.) merupakan tanaman berdaun lebar, berasal dari Amerika Utara dan Selatan, dan tanaman ini termasuk kedalam famili  Solanaceae. Pada umumnya daun tembakau dimanfaatkan untuk membuat rokok  dan cerutu. Selain itu juga digunakan sebagai bahan utama insektisida karena  mengandung zat alkaloid nikotin, sejenis neurotoxin yang sangat ampuh jika  digunakan pada serangga. Hasil penelitian terbaru ternyata tanaman ini dapat  menghasilkan protein anti-kanker yang berguna bagi penderita kanker. Tanaman  ini dimanfaatkan sebagai reaktor penghasil protein Growth Colony Stimulating  Factor (GCSF), suatu hormon yang menstimulasi produksi darah. Selain protein  anti kanker, GSCF juga dimanfaatkan sebagai stimulan perbanyakan sel tunas  (stem cell), dapat dikembangkan untuk memulihkan jaringan fungsi tubuh yang  sudah rusak (Arief, 2007).
Sebagai salah satu sumber pendapatan negara, tembakau mempunyai nilai  ekonomi yang cukup penting karena menyumbang pendapatan negara melalui  cukai. Di Indonesia, tembakau cerutu berkualitas ekspor berasal dari Sumatera,  dikenal dengan nama tembakau deli yang khusus digunakan sebagai pembalut cerutu (Erwin dan Suyani,  2000).
            Tembakau deli sangat spesifik lokasi, hanya dapat dibudidayakan di  Sumatera Utara tepatnya diantara Sungai Wampu dan Sungai Ular. Ditanam pada  awal musim kemarau dan untuk dapat tumbuh baik memerlukan air yang cukup.  Adanya fenomena pemanasan global menyebabkan musim kemarau panjang  sehingga lingkungan menjadi kurang sesuai untuk pertumbuhan tanaman ini dan mengakibatkan bergesernya waktu tanam. Varietas-varietas tembakau deli yang  dibudidayakan selama ini seperti Deli-4 dan F1-45 sangat peka terhadap cekaman  kekeringan. Kekurangan air menyebabkan rendahnya kualitas daun tembakau.  Naif (2007) melaporkan dari tahun ke tahun produksi tembakau deli terus  menurun, pada tahun 2007 tembakau deli yang dilelang hanya 1,675 bal  sedangkan kebutuhan dunia 3.000 bal. Berarti hanya setengah saja kebutuhan  dunia terpenuhi. Rendahnya nilai lelang tembakau deli disebabkan oleh faktor  lingkungan seperti hujan dan panas sehingga mempengaruhi kualitas. 
Air merupakan salah satu faktor pembatas bagi partumbuhan dan produksi,  mempengaruhi penampilan morfologi, anatomi dan fisiologi tanaman terutama  daun (Sutoro et al., 1999). Sebagai bahan pembungkus cerutu, tembakau deli yang  diinginkan adalah berdaun lebar, tipis dan elastis, sedangkan kekurangan air  menyebabkan luas daun menjadi lebih sempit dan tebal. Karakter morfologi  umum untuk menduga tingkat toleransi tanaman terhadap cekaman kekeringan  dapat dike tahui dengan mengamati perkembangan perakaran yang dapat
digunakan untuk membedakan tanaman tahan atau peka (Chairani et al., 2007).  
Toleransi tanaman terhadap kekeringan timbul akibat meningkatnya  kemampuan tanaman untuk menghindari pengaruh langsung dari kekeringan  dengan jalan meningkatkan luas penyerapan air melalui sistem gabungan antara  akar tanaman dan mikoriza. Hifa eksternal pada mikoriza masih mampu menyerap air pada pori-pori mikro tanah pada saat akar tanaman sudah mengalami kesulitan menyerap air. Selain itu, penyebaran hifa ekternal didalam tanah sangat luas  sehingga dapat mengambil air relatif lebih banyak dibandingkan dengan tanaman  tanpa mikoriza (Abdullah et al., 2005 ;  Mawardi dan Djazuli, 2006) . 
Selama ini belum ditemukan varietas tembakau deli yang adaptif terhadap  cekaman kekeringan, untuk meningkatkan toleransi tembakau deli terhadap  cekaman kekeringan, salah satu alternatifnya adalah menginokulasinya dengan mikoriza. Perluasan bidang setiap hara dan air pada tanaman bermikoriza akan membantu tanaman beradaptasi pada kondisi kekeringan.
TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Syarat Tumbuh Tembakau Deli

 Menurut Padmo dan Djatmiko (1991), spesies tanaman tembakau yang pernah ada di dunia ini diperkirakan mencapai lebih dari 20 jenis, di mana persebaran geografis sangat mempengaruhi cara bercocok tanam serta spesies, varietas yang diusahakan, dan mutu yang dihasilkan. Klasifikasi tanaman tembakau dalam sistematika tumbuhan sebagai berikut:
Kingdom          : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Subdivisio       : Angiospermae
Kelas                : Dicotyledonae
Ordo                : Solanales
Famili               : Solanaceae
Genus               : Nicotiana L.
Spesies            N. tabaccum, N. Rustica
            Tanaman tembakau merupakan tanaman berakar tunggang yang tumbuh tegak ke pusat bumi. Akar tunggangnya dapat menembus tanah kedalaman 50- 75 cm, sedangkan akar serabutnya menyebar ke samping. Selain itu, tanaman tembakau juga memiliki bulubulu akar. perakaran akan berkembang baik jika tanahnya gembur, mudah menyerap air, dan subur (Matnawi, 1997).
            Tanaman Tembakau memiliki bentuk batang agak bulat, agak lunak tetapi kuat, makin ke ujung, makin kecil. Ruas-ruas batang mengalami penebalan yang ditumbuhi daun, batang tanaman bercabang atau sedikit bercabang. Pada setiap ruas batang selain ditumbuhi daun, juga ditumbuhi tunas ketiak daun, diameter batang sekitar 5 cm (Matnawi, 1997).
            Daun tanaman tembakau berbentuk bulat lonjong (oval) atau bulat, tergantung pada varietasnya. Daun yang berbentuk bulat lonjong ujungnya meruncing, sedangkan yang berbentuk bulat, ujungnya tumpul. Daun memiliki tulang-tulang menyirip, bagian tepi daun agak bergelombang dan licin. Lapisan atas daun terdiri atas lapisan palisade parenchyma dan spongy parenchyma pada bagian bawah. Jumlah daun dalam satu tanaman sekitar 28- 32 helai         (Matnawi, 1997).
             Bakal buah tembakau terletak diatas dasar bunga dan mempunyai 2 ruang yang membesar, setiap ruang mengandung bakal biji anatrop yang banyak sekali. Bakal buah ini dihubungkan oleh sebatang tangkai putih dengan sebuah kepala putik diatasnya (Padmo dan Djatmiko, 1991).
            Buah tembakau berbentuk bulat lonjong dan berukuran yang kecil, didalamnya banyak berisi biji yang bobotnya sangat ringan. Dalam setiap gram biji berisi 12000 butir biji. Tiap-tiap tembakau dapat menghasilkan rata-rata 25 gram biji. Kira-kira 3 minggu sesudah pembuahan buah tembakau telah jadi masak (Padmo dan Djatmiko, 1991).
            Biji dari buah tembakau yang baru dipungut kadang-kadang belum dapat berkecambah bila disemaikan sehingga biji tembakau perlu mengalami masa istirahat atau dormansi. Kira-kira 2-3 minggu untuk dapat berkecambah, untuk dapat memperoleh kecambah yang baik sekitar 95% biji yang dipetik harus sudah masak dan telah disimpan dengan baik dengan suhu yang kering (Padmo dan Djatmiko, 1991).
Syarat Tumbuh

Iklim
            Tanaman tembakau pada umumnya tidak menghendaki iklim yang kering ataupun iklim yang sangat basah. Angin kencang yang sering melanda lokasi tanaman tembakau dapat merusak tanaman (tanaman roboh) dan juga berpengaruh terhadap mengering dan mengerasnya tanah yang dapat menyebabkan berkurangnya kandungan oksigen di dalam tanah (Matnawi, 1997).
            Untuk tanaman tembakau dataran rendah, curah hujan rata-rata 2.000 mm/tahun, sedangkan untuk tembakau dataran tinggi, curah hujan ratarata 1.500-3.500 mm/tahun (Matnawi, 1997).
            Penyinaran cahaya matahari yang kurang dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang baik sehingga produktivitasnya rendah. Oleh karena itu lokasi untuk tanaman tembakau sebaiknya dipilih di tempat terbuka dan waktu tanam disesuaikan dengan jenisnya (Matnawi, 1997).
            Suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan tanaman tembakau berkisar antara 21-32,30 C. Tanaman tembakau dapat tumbuh pada dataran rendah ataupun di dataran tinggi bergantung pada varietasnya. Ketinggian tempat yang paling cocok untuk pertumbuhan tanaman tembakau adalah 0 - 900 mdpl (Matnawi, 1997).

Tanah
            Tanah yang dikehendaki oleh tanaman tembakau adalah tanah yang gembur, remah, dan mudah mengikat air. Selain itu lahan yang baik untuk tanaman tembakau adalah yang memiliki tata air dan udara yang baik sehingga dapat meningkatkan drainase. Hal ini disebabkan karena tanaman tembakau yang sangat peka terhadap air yang menggenang. Tanah yang optimal bagi tanaman tembakau adalah yang memiliki pH 5 – 6 (Matnawi, 1997).
BUDIDAYA TEMBAKAU DELI
 
Budidaya Tembakau Deli

Budidaya Masa Prapanen
a.      Pembibitan
Langkah pertama dalam pembibitan adalah mengadakan benih yang bermutu dari varieatas unggul. Benih yang bermutu dan varietas unggul dapat menentuka hasil tembakau. Varietas unggul tembakau dapat diperoleh dari tetua-tetua yang memiliki sifat-sifat yang unggul.
Dengan telah lamanya pengembangan tembakau di Indonesia (1860), (de Jonge, 1989) maka diperkirakan Indonesia telah memiliki plasma nutfah yang besar sebagai sumber genetik untuk melakukan pemuliaan tanaman. Kelemahan-kelemahan varietas yang ada terhadap lingkungan marginal seperti hama dan penyakit, kekeringan, kemiskinan unsur hara dan kemasaman tanah dapat diatasi dengan memberdayakan berbagai ragam genetik dalam plasma nutfah yang ada.
Pada prinsipnya pembibitan tembakau dapat dilakukan secara bedengan dengan hasil bibit tembakau cabutan atau sistem polybag dengan hasil bibit dalam polybag. Kegiatan pembibitan tembakau terdiri dari persiapan benih, pemilihan tempat pembibitan, pembuatan bedengan, penaburan benih, pemeliharaan, seleksi dan pemindahan bibit.
1)      Benih
Benih tembakau sangat kecil dengan indeks biji 50 – 80 mg/1 000 biji atau setiap gram mengandung 13000 butir benih, dengan demikian untuk dapat menyebar secara merata di atas bedengan tidak dapat disebarkan secara langsung. Benih yang digunakan untuk pembibitan harus dipersiapkan dari areal khusus pembibitan dan diseleksi secara tepat. Benih harus memiliki daya kecambah lebih dari 80 %.
Benih merupakan sarana produksi yang menentukan hasil tembakau karena setiap benih memiliki sifat genetik dan morfofisiologis yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Benih haruslah memiliki kemurnian yang tinggi tidak tercampur benih rusak, kotoran ataupun biji gulma, daya kecambah di atas 80 % dan bebas hama dan penyakit. Dengan demikian untuk pengadaan benih harus diseleksi dari pohon induk ataupun proses pemuliaan yang benar serta teknologi produksi benih yang memenuhi standar sehingga diperoleh benih unggul dan bermutu.
Untuk pengadaan benih tersebut diperlukan sarana prasarana yang memadai serta sumber daya manusia yang memahami pemuliaan dan produksi benih. Untuk itu pengadaan benih haruslah dikelola secara profesional baik oleh instansi terkait (seperti Balitas Malang dan Badan Penangkar Benih) dan swasta yang berkecimpung dalam industri tembakau. Sebagai contoh kasus Balitas Malang telah menghasilkan beberapa varietas unggul tembakau beserta sistem produksi benihnya. Contoh yang lain adalah untuk petani tembakau binaan PT. BAT Indonesia Tbk memperoleh benih yang dihasilkan secara standar produksi benih oleh PT. BAT Indonesia Tbk di Bali. Hasil dari benih ini adalah : keseragaman tanaman, vigor tanaman tinggi yang diawali oleh daya kecambah yang tinggi. Sedangkan contoh kasus petani Temanggung yang menggunakan benih hasil panen sendiri terdapat banyak kelemahan seperti daya kecambah serta produksi yang rendah.
2)      Pesemaian Bedengan
Kegiatan pertama adalah pemilihan lahan untuk pembibitan dengan kriteria : dekat dengan areal pertanian, dekat dengan sumber air, tanahnya gembur subur dan mudah diolah, lahan terbuka terhadap sinar matahari, bebas dari tanaman famili Solanaseae pada pertanaman sebelumnya dan bebas dari gangguan hewan peliharaan.
Pengolahan Tanah pesemaian bedengan dilakukan 30 – 35 hari sebelum penaburan benih. Pengolahan tanah ini harus sudah dilakukan    70 – 80 hari sebelum tanam agar bibit siap salur pada waktu tanam, karena umur bibit tembakau siap salur adalah 40 – 45 hari. Pengolahan tanah terdiri dari pembajakan I dan pembajakan II dengan interval 1 sampai 2 minggu dan dengan kedalaman bajak 30 – 40 cm. Bedengan dibentuk dengan arah timur barat yang berukuran lebar 1 m panjang 5 m tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 75 – 100 cm.
Penaburan Benih dilakukan setelah bedengan semai siap tanam. Sebelum penaburan benih dilakukan pemupukan dasar dengan dosis       0,5 – 1 kg pupuk NPK/m2, 3 sampai 4 hari sebelum sebar. Benih tembakau dapat disebar di bedengan dengan perendaman atau tanpa rendaman sebelumnya. Perendaman benih dapat dilakukan selama 48 jam sebelum sebar. Penaburan benih dapat dilakukan dengan gembor berisi air ditambah sabun sebagai pendispersi agar benih tidak mengumpul. Penyebaran benih tanpa perendaman dapat dilakukan dengan mencampur benih dengan abu atau pasir halus agar merata.
Pembibitan perlu diberi naungan untuk melindungi benih dari cahaya matahari konstruksi atap naungan terbuat dari bambu berbentuk setengah lingkaran memanjang sepanjang bedengan. Naungan dapat digunakan plastik Polyetilen berukuran 5,2 m x 1,2 m x 0,5 m. Plastik Polyotilen (atap) dapat dibuka dari pukul 07.00 sampai 10.30 pada saat bibit berumur 15 – 20 hari, pukul 07.00 – 12.00 pada saat umur bibit 20 – 28 hari dan satu hari penuh setelah umur bibit 28 hari.
Di atas benih perlu dihamparkan mulsa dari potongan jerami berukuran ± 25 cm. Mulsa tersebut berfungsi untuk mencegah benih berpindah pada saat penyiraman atau saat hujan, melindungi kecambah dari matahari dan mengurangi penguapan serta mencegah kerusakan permukaan bedengan.
Pemeliharaan pembibitan meliputi penyiraman, pemupukan, pengaturan naungan, penjarangan mulsa, penyiangan, penjarangan tanaman, pengendalian hama dan penyakit dan seleksi bibit. Penyiraman pada pembibitan harus dilakukan secara intensif untuk memperoleh pertumbuhan bibit yang baik. Waktu dan volume penyiraman pada pembibitan seperti tertera pada tabel berikut.
Waktu dan Volume Penyiraman pada Pembibitan Tembakau
No
Waktu Penyiraman (HSS)
Frekuensi
Volume (l/m2)
1.
0 – 7
3 – 4 kali/hari
4.2 – 5.6
2.
7 – 20
2 – 3 kali/hari
2.8 – 4.2
3.
20 – 30
1 – 2 kali/hari
1.4 – 2.8
4.
30 – 35
1 kali/minggu
1.5
Keterangan : HSS = Hari Setelah Sebar
Sumber : Standar kultur Teknis PT. BAT Indonesia Klaten
Pemupukan bedengan semai dilakukan 3-4 hari sebelum penaburan benih. Dosis pemupukan adalah 35 g ZA, 100 g SP-36 dan 20 g ZK per m2 bedengan. Atau dapat digunakan pupuk majemuk NPK dengan dosis 0.1 – 1 kg/m2 bedengan. Pupuk ditabur merata di atas bedengan dan dicampur dengan lapisan tanah atas.
Hama dan penyakit yang sering menyerang pembibitan adalah ulat daun, ulat pucuk, ulat tanah dan penyakit rebah kecambah Phytium spp. Contoh jadwal penyemprotan insektisida dan fungisida pada pembibitan tembakau seperti tersaji pada tabel berikut.
Jadwal Penyemprotan Insektisida dan Fungisida di Pembibitan Tembakau
No
Umur Bibit (hari)
Volume Air (l/ha)
Insektisida
Fungisida
1
14
500
Fastac atau Decis
Benlate
2
17
500
Fastac atau Decis
Benlate
3
20
500
Fastac atau Decis
Topsin atau Orthocide
4
23
600
Fastac atau Decis
Topsin atau Orthocide
5
26
600
Azodrine atau Gusadrin
Topsin atau Orthocide
6
29
700
Fastac atau Decis
Benlate
7
32
800
Fastac atau Decis
Topsin atau Orthocide
8
36
900
Azodrine
Topsin atau Orthocide
9
38
1000
Azodrine
Benlate
10
41
1500
Fastac/Decis/Gusadrin
Benlate
Sumber : Arsip Kebun Wedi Birit, (1998)
Penjarangan bibit (reseting) perlu dilakukan untuk menghindari kelembaban yang berlebihan karena bibit terlalu padat yang dapat menimbulkan serangan penyakit rebah kecambah atau lanas. Disamping itu penjarangan juga diperlukan agar bibit tidak mengalami etiolasi dan tidak terjadi persaingan unsur hara sehingga bibit tumbuh dengan vigor seragam. Reseting dilakukan pada umur 21 hari.
Seleksi bibit dilakukan tiga kali yaitu pada umur 10 – 13 hari, 20 – 23 hari dan 33 hari. Bibit siap salur memiliki kriteria umur 38 – 40 hari, tinggi bibit 10 – 12 cm, diameter batang 0,8 – 1 cm, jumlah daun 5 -6 lembar, warna daun hijau dan tanaman sehat. Pencabutan bibit dilakukan pada pagi atau sore hari dengan menyiram bedengan sebelumnya. Pencabutan dilakukan dengan menyatukan daun yang telah sempurna.
b.        Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah ditujukan untuk memberi kondisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan akar tanaman tembakau, sehingga sistem perakaran berkembang baik dan mampu menyerap air serta unsur hara dalam jumlah yang cukup untuk menunjang pertumbuhan yang terjadi dalam waktu singkat. Guna memperoleh perakaran yang baik pengolahan tanah harus mencapai kedalaman olah lebih dari 30 cm, disamping upaya lain kearah terbentuknya struktur tanah yang remah.
Untuk lahan bekas sawah pekerjaan pertama adalah membersihkan jerami kemudian dilanjutkan dengan pembuatan got keliling untuk mengeringkan lahan dan sebagai saluran irigasi di areal pertanaman tembakau. Selanjutnya dilakukan pembajakan pertama dan dilanjutkan bajak ke-dua dengan arah memotong bajak pertama. Gebrus total dilaksanakan sesudah jarak tanam yang digunakan ditentukan. Gebrus total dilakukan dengan cara menarik tanah lapisan atas dan mencangkul tanah lapisan bawah sedalam 30 cm untuk menutup lubang dibelakangnya. Gebrus total bertujuan untuk menembus lapisan olah dan oksigen tanah. Selanjutnya dilakukan bajak 3 dan bajak 4 serta penghancuran tanah yang masih berupa bongkahan. Guludan yang tinggi menentukan keberhasilan tanaman tembakau karena berhubungan dengan drainase dan pemupukan.
Pengolahan tanah dilakukan 70 hari sebelum penanaman dimana H-70 dilakukan pembersihan jerami, H-60 pembuatan got keliling, H-55 pembajakan 2, H-40 pembajakan 3, H-30 pembajakan 4, H-25 pembersihan rumput di pematang dan H-15 dilakukan bajak siap tanam.
c.         Penanaman
1)      Jarak Tanam dan Populasi Tanam
Tembakau deli Temanggung Jarak tanam digunakan 100 cm x 50cm (jarak tanam pagar ganda) atau 100 cm x 75 cm. Populasi tanaman berkisar antara 11.000 hingga 18.000 batang/ha.
Tembakau deli Madura ditanam dengan populasi berkisar antara      20.000 sampai dengan 33.000 tanaman/ha. Jarak tanam yang paling baik adalah 100 cm x 50 cm atau 100 cm x 45 cm dengan populasi tanaman 33.000 tanaman /ha.
2)      Musim Tanam dan Penanaman
               Tembakau deli ditanam pada bulan Maret-April.Untuk menjamin pertumbuhan tanaman yang seragam dilakukan seleksi bibit yang akan ditanam. Penyiraman pada waktu penanaman dapat dilakukan sebelum atau setelah penanaman. Untuk mencegah serangan hama pada bibit yang baru ditanam di sekitar lubang tanam diaplikasikan Furadan 3G dengan dosis 2 gram/lubang tanam.
Waktu tanam sebaiknya dilakukan pada sore hari (pukul 14.00 – 17.00) untuk menghindari kelayuan bibit karena terik sinar matahari. Cara penanaman diusahakan agar akar bibit tidak terlipat dan patah. Penanaman dilakukan dengan tangan sedalam 4 cm kemudian tanah ditekan agar pangkal batang dan akar melekat dengan tanah.
Penyiraman sebanyak 1 liter/lubang tanam dilakukan setelah penanaman setiap pagi dan sore sampai tanaman “nglilir” (mulai tumbuh). Penyulaman dilakukan mulai umur 3 hari sampai umur 10 hari setelah tanam, bibit diambil dari cadangan bibit yang ditanam diantara barisan tanaman.

d.        Pemeliharaan Tanaman dalam Budidaya Tembakau

1)      Pendagiran/pembumbunan

Pendangiran dimaksudkan untuk memperbaiki susunan udara tanah, memudahkan perembesan air, mengendalikan gulma dan memperbaiki guludan. Pendangiran dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak akar tanaman yang berada pada kedalaman 30 cm – 40 cm di dalam tanah. Pendangiran dilakukan 3 – 4 kali tergantung pada kondisi tanah pada lahan dan gulma. BAT di Klaten misalnya melakukan pendangiran sebanyak 4 kali yaitu pada 1 sampai 14 HST 30 – 35 HST, 45 – 55 HST dan 80 – 85 HST. Pendangiran umumnya dilakukan setelah pengairan.

2)      Pemupukan
Pemupukan pada tanaman tembakau ditujukan untuk memenuhi unsur hara sehingga tanaman dapat menghasilkan krosok yang tinggi baik jumlah maupun kualitasnya. Untuk menghasilkan 2.000 kg krosok/ha tanaman tembakau menyerap unsur hara seperti tertera pada tabel berikut.
Jumlah Unsur Hara yang Terserap Oleh Tanaman Tembakau untuk Menghasilkan 2.000 kg krosok/ha.
Unsur Hara Tanaman
Kg/ha
N
70
P
12
K
80
Ca
55
Mg
22
S
18
B
0,07
Mn
0,7
Fe
Sedikit
Zn
Sedikit
Cu
0,04
Mo
Sedikit
Sumber : McCants dan Woltz (1967)
Dosis pupuk yang diterapkan sangat beragam tergantung pada tanah teknologi, jenis tembakau dan kemampuan pendanaan. Tembakau Deli Temanggung : Pemupukan yang diterapkan petani : 600 kg ZA, 100 kg TSP dan pupuk kandang sekitar 17-22,5 ton/ha. Tembakau Madura : 200 kg ZA/ha,         100 – 120 kg SP36/ha dan 5 ton pupuk kandang/ha.
3)        Pemangkasan
Pada tanaman tembakau dikenal 2 macam pemangkasan yaitu : topping (pangkas pucuk) dan suckering atau pembuangan tunas samping (wiwil). Pangkas pucuk maupun wiwil pada tanaman tembakau bertujuan untuk menghentikan pengangkutan bahan makanan ke mahkota bunga atau kekuncup tunas sehingga hasil foto sintesis dapat terakumulasi pada daun sehingga diperoleh produksi krosok dan kualitasnya yang tinggi. Pangkas pucuk dan wiwil biasanya dilakukan secara manual. Pangkasan pucuk dilakukan pada saat button stage atau saat daun berjumlah 20 helai di atas daun bibit. Pangkasan wiwil dilakukan 3 sampai 5 hari sekali pada saat panjang tunas samping sekitar 7 cm. Wiwil dilakukan sampai panen berakhir. Pangkasan wiwil saat ini sudah dapat dilakukan dengan bahan kimia (sucrisida) Hyline 715. Penggunaan sucrisida memberikan hasil yang lebih baik.

Panen
Panen dilakukan secara bertahap, pemetikan daun sebanyak 5 – 8 kali tergantung kemasakan dan jumlah daun. Saat panen biasanya dimulai apabila sudah ada berita tentang dimulainya pembelian tembakau deli oleh pabrik rokok atau gudang mulai buka. Panen daun tembakau dilakukan 10 – 15 hari sebelum awal pembelian tembakau deli. Pemetikan daun dimulai dari bawah, dipetik 2 – 3 lembar daun setiap kali petik. Daun yang siap panen ditandai oleh perubahan warna daun, dari hijau menjadi kuning kehijauan, warna tulang daun putih/hijau terang, tepi daun mengering, permukaan daun agak kasar dan tangkai daun mudah dipatahkan. Waktu panen pagi hari setelah embun menguap sampai siang hari. Apabila waktu panen turun hujan, maka daun yang cukup matang segera dipetik atau ditunda 6-8 hari. Daun yang telah dipetik segera diproses atau diolah menjadi tembakau deli. Pengolahan tembakau deli terdiri dari 3 tahap kegiatan, yaitu Pemeraman, pedeli dan penjemuran.

Pasca Panen
Sebelum diperam, daun tembakau disortasi agar diperoleh daun hijau yang ukurannya seragam. Pemeraman dilakukan dengan cara mengatur daun, yaitu didirikan di rak pemeraman. Lamanya pemeraman tergantung dari posisi daun pada batang. Daun koseran ( daun bawah), lama pemeraman 1-2 malam (24 – 48 jam) dengan warna daun peraman hijau-kekuningan. Daun tengah memerlukan waktu peraman 3 – 5 malam (72-120 jam) dengan warna peraman hijau kekuningan sampai kuning merata. Sedangkan daun tengah yang tebal dan daun atas memerlukan waktu peraman 4 – 7 malam (96 – 168 jam) dengan warna daun peraman kuning merata sampai kuning kemerahan.
Setelah daun tembakau diperam, selanjutnya dilakukan pedeli. Pedeli dimulai pada tengah malam sampai pagi dengan tujuan hasil deli dapat segera dijemur pada pagi harinya. Tebal irisan (deli) daun tembakau temanggung antara 1.5 mm – 2.0 mm, pisau yang digunakan untuk merajang harus selalu tajam agar hasil delinya baik dan seragam. Setelah daun tembakau dirajang, kemudian tembakau deli dicampur merata (digagrak) dan diratakan di atas “widig” atau “rigen” untuk dijemur.
Penjemuran hasil deli harus kering dalam 2 hari, tergantung panas matahari. Pada hari pertama deli di balik apabila lapisan atas sudah cukup kering, pekerjaan ini dilakukan kira-kira pukul 10.00 – 11.00. Pada malam harinya, deli diembunkan untuk memperoleh warna hitam. Pada hari kedua, penjemuran dimulai pada siang hari sampai deli tembakau lemas kembali. Setelah deli tersebut kering, kemudian dimasukkan kedalam keranjang bambu. Di dalam satu keranjang berisi tembakau deli yang sama mutunya. Selanjutnya tembakau deli siap dijual ke “gudang perwakilan pabrik rokok” atau kepada “tengkulak pengumpul”.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1.      Tembakau merupakan komoditi perkebunan penting sebagai penghasil devisa dan sumber pendapatan usahatani.
2.      Tembakau deli sangat unik, dimana hanya terdapat di sumatera utara saja, karena angin bahorok yang menjadikan perbedaan tanaman ini.
3.      Budidaya Tembakau deli pada umumnya hampir sama dengan tembakau yang lain, yang berbeda adalah hanya pada lokasi budidaya nya.
4.      Permasalahan budidaya pada tembakau deli adalah dari aspek pengendalian hama dan penyakit. Selain itu tanaman tembakau ini sangat sensitif terhadap cuaca.
5.      Permasalahan dari segi sosial ekonomi yaitu terutama adanya tekanan dari pihak-pihak anti rokok, industri hilir tembakau terbatas pada rokok, dan pengusahaan tembakau rakyat yang sangat kecil (rata-rata 0,25 ha)
Saran
            Sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan pertanian tembakau deli, baik dari segi penerapan teknologi pada sistem budidaya maupun pemasaran hasil produksi tembakau deli, agar petani tembakau lebih sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 2010. Budidaya tanaman tembakau rajangan diakses dari http://binaukm.com/
Agus, F. dan S. Rahayu, 2004. Mindi Dan Manfaatnya. World Argoforestry Centre.
Azabi, H. 2006. Zat Ekstraktif Kulit Kayu Gmalina dan Pengaruhnya terhadap Rayap Tanah. Medan.
BP2TP. Rebah Kecambah (Damping off). Diunduh dari www.karantinaonline.com/download/Rebah%20Kecambah.pdf.diakses tanggal 21 November 2010. Medan
Dewi, B.R. 2009. Jamur Phytium sp. Diunduh dari http://b-vie.blogspot.com /2009/03/jamur-phytium-sp.html. diakses tanggal 21 November 2010. Medan.
Erwin, 2000. Hama Dan Penyakit Tembakau Deli. Balai Penelitian Tembakau Deli PTPN II, Tanjung Morawa. Medan.
Heriyanto, A. 2000. Analisis Pendapatan Usahatani Dan Efisiensi Produksi Tembakau Madura Program Intensifikasi Tembakau Rakyat. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Matnawi, H. 1997. Budi Daya Tembakau Bawah Naungan. Kanisius, Yogyakarta.

Padmo, S dan Djatmiko, E. 1991. Tembakau : Kajian Sosial-Ekonomi. Yogyakarta. Aditya Media.
Qitanonq, E, 2006. Tembakau: Pengendalian Hama dan Penyakit. Kanisius, Yogyakarta.







3 comments: